Menjadi pedagang antar dua dunia? Apakah itu memungkinkan?
Setelah kepergian kakeknya, Sagara mewarisi sebuah rumah mewah tiga lantai yang dikelilingi halaman luas. Awalnya, Sagara berencana menjual rumah itu agar dapat membeli tempat tinggal yang lebih kecil dan memanfaatkan sisa uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, saat seorang calon pembeli datang, Sagara tiba-tiba mengurungkan niatnya. Sebab, dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan di belakang rumah tersebut, sesuatu yang mengubah pandangannya sepenuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Pandu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19 : Pergi Berburu Mobil
Keesokan harinya, cahaya matahari yang hangat masuk melalui celah-celah tirai kamar Sagara, membangunkannya dengan lembut. Dengan tubuh yang terasa lebih bertenaga dan pikiran yang segar setelah perayaan malam sebelumnya, Sagara segera bangkit dari tempat tidur. Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara pagi yang menyegarkan. Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaian rapi, Sagara berjalan keluar kamar dengan langkah mantap.
Setibanya di koridor, Sagara menuju ke ruang tengah dan langsung memanggil Surya, yang sudah dijanjikannya untuk menemani hari ini. Dia menemui Surya di ruang pelayan dan menyuruhnya bersiap-siap untuk perjalanan mereka hari ini. Surya yang selalu siap sedia, segera menyanggupi dan bergegas mempersiapkan segala keperluan.
Sagara kemudian kembali ke dalam rumah, menuju ruang makan. Saat dirinya tiba di ruangan itu, ia berpapasan dengan Ariva dan Raya, dua pelayan yang sedang sibuk menata dan merapikan makanan. Keduanya tersenyum ramah dan menyapa, "Selamat pagi, Tuan Muda," kata Ariva dengan nada lembut sambil menundukkan kepala sedikit.
"Selamat pagi," balas Sagara dengan senyum tipis. Keduanya pun bergegas kembali ke dapur, tampak belum selesai dengan tugas mereka.
Sagara mengambil tempat duduk di meja makan yang sudah dipenuhi aneka hidangan lezat. Matanya menyapu setiap piring yang tertata rapi di depannya. Semuanya terlihat menggugah selera. Namun, Sagara merasa jumlah makanan ini terlalu berlebihan untuknya seorang diri.
Dia merenung sejenak sambil melihat ke arah hidangan yang ada di depannya. Pikirannya mulai tertuju pada bagaimana selama ini para pelayan selalu berusaha memberikan yang terbaik, mungkin sedikit terlalu antusias hingga terkadang berlebihan. Sagara menyadari bahwa harus ada perubahan kecil agar efisiensi tetap terjaga.
Saat Sagara masih merenung, Emma, pelayan yang bertanggung jawab atas rumah tangga, berjalan mendekat dengan penuh hormat. "Tuan Muda, selamat pagi. Silakan menikmati sarapan Anda," ucap Emma sambil membungkuk sedikit.
Sagara tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Emma. Saya akan segera makan, tapi sebelum itu, ada hal yang ingin saya sampaikan."
Emma berhenti sejenak, memperhatikan dengan penuh perhatian. "Tentu, Tuan. Apa yang bisa saya bantu?"
Sagara berbicara dengan nada lembut namun tegas, "Saya menghargai semua upaya kalian dalam menyiapkan makanan, tetapi mulai sekarang, aku ingin agar tidak perlu terlalu banyak hidangan seperti ini. Cukup dua atau tiga jenis makanan dan buah-buahan saja, itu sudah lebih dari cukup untuk aku seorang. Tolong, atur jadwal makanannya dengan lebih sederhana."
Emma tersenyum lega, "Tentu, Tuan. Saya akan memastikan semuanya diatur sesuai permintaan Anda."
Sagara kemudian mulai menyantap sarapannya dengan tenang, menikmati setiap suapan sambil sesekali memikirkan agenda hari ini. Setelah selesai, dia kembali memanggil Emma.
"Emma, tolong panggilkan taksi untukku. Aku akan pergi bersama Surya membeli mobil dan beberapa keperluan lainnya."
"Tentu, Tuan Muda. Saya akan mengatur taksi segera," jawab Emma dengan cepat, lalu bergegas untuk melaksanakan perintah.
Setelah bersiap-siap, Sagara berjalan menuju halaman rumah. Di sana, ia melihat Surya sudah siap, berbincang santai dengan Jae, tukang kebun yang sedang merapikan tanaman hias di sudut taman. Ketika Sagara mendekat, keduanya segera menghentikan percakapan mereka dan memberi salam.
"Selamat pagi, Tuan Muda," ujar Surya dan Jae hampir bersamaan, sambil sedikit membungkukkan badan sebagai tanda hormat.
"Selamat pagi," jawab Sagara sambil tersenyum. "Bagaimana kabar kalian hari ini? Semua berjalan dengan baik?"
"Baik, Tuan," jawab Jae. "Saya sedang merapikan tanaman-tanaman di sini. Sepertinya musim ini akan banyak bunga yang bermekaran."
"Taman ini adalah salah satu kebanggaan kediaman Adyatama, dan aku senang melihatnya selalu terawat dengan baik," balas Sagara.
Surya pun menyela dengan nada hormat, "Tuan Muda, saya sudah siap untuk perjalanan kita hari ini. Taksi seharusnya segera tiba."
"Baik, terima kasih, Surya. Aku rasa kita akan mendapatkan kendaraan yang cocok hari ini. Aku sangat mengandalkan kamu untuk membantuku memilih mobil yang bagus," ujar Sagara dengan keyakinan.
Surya tersenyum, merasa terhormat atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. "Saya akan melakukan yang terbaik, Tuan Muda."
Tak lama kemudian, taksi yang ditunggu pun tiba. Sagara dan Surya segera masuk ke dalam mobil. Surya duduk di depan, di samping supir, sementara Sagara dengan nyaman duduk di kursi belakang. Taksi melaju meninggalkan kediaman Adyatama dengan lancar. Sepanjang perjalanan, Sagara mengamati pemandangan kota yang mulai ramai di pagi hari, sementara Surya yang lebih mengetahui lokasi tujuan sesekali memberikan arahan kepada supir untuk memastikan mereka tiba di tujuan tanpa hambatan.
Setelah beberapa waktu, taksi berhenti di depan sebuah showroom mobil yang cukup besar. Surya segera turun, diikuti oleh Sagara. Mereka disambut oleh seorang pria yang tampaknya adalah kawan lama Surya.
"Surya! Lama tidak bertemu," ujar pria itu dengan senyum lebar. "Apa kabar?"
"Baik, Doni," jawab Surya sambil berjabat tangan erat dengan kawannya itu. "Ini Tuan Sagara, tuan muda dari keluarga Adyatama."
Doni segera membungkuk sedikit, menunjukkan rasa hormatnya. "Selamat datang, Tuan Muda. Kami siap melayani kebutuhan Anda."
Sagara tersenyum sopan, "Terima kasih, aku berharap bisa mendapatkan mobil yang sesuai dengan kebutuhanku."
Doni mempersilakan mereka masuk dan mulai memperlihatkan berbagai model mobil yang ada di showroom. Surya, dengan pengalamannya, memberikan pendapat dan rekomendasi pada setiap model yang mereka lihat. Setelah beberapa waktu, perhatian Sagara tertuju pada sebuah sedan mewah yang tampak klasik, tetapi masih bergaya modis.
"Aku rasa ini cukup menarik," ujar Sagara, sambil mengamati mobil tersebut dari berbagai sudut.
Surya mengangguk setuju. "Mobil ini memang keluaran lama, Tuan, tapi performanya masih sangat baik. Dari segi tampilan dan ketangguhan, ini adalah pilihan yang tepat."
Sagara yang merasa yakin dengan pendapat Surya, akhirnya memutuskan untuk membeli mobil tersebut. Ia segera menandatangani kontrak pembelian dan menyelesaikan semua administrasi yang diperlukan. Setelah semua urusan selesai, Sagara menunggu sebentar di ruang tunggu showroom. Tidak lama kemudian, Surya muncul kembali dengan ekspresi gembira.
"Mobilnya sudah siap, Tuan Muda," lapornya dengan semangat.
Sagara mengangguk dan mengikuti Surya menuju pintu keluar. Di sana, mobil sedan baru miliknya sudah terparkir rapi di depan showroom. Surya langsung masuk dan mengambil posisi sebagai supir, sementara Sagara duduk di kursi belakang, merasakan kenyamanan mobil baru tersebut.
"Baiklah, sekarang kita pergi ke pusat perbelanjaan yang terbesar di kota ini," perintah Sagara dengan tenang.
Surya pun segera menyalakan mesin dan melajukan mobil dengan kecepatan yang stabil, menuju tujuan berikutnya, pusat perbelanjaan yang megah, tempat di mana Sagara akan melengkapi kebutuhan lainnya.