Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Sudah seminggu berlalu Kedai BB(Bubur sumsum Barokah) milik Ibu Nia berkembang pesat, baru saja beberapa hari yang lalu ia membukanya. Berkat Widi semuanya lancar jaya tidak pernah kekurangan, jika Widi yang turun tangan semuanya beres.
"Alhamdulillah ya Pak, beberapa hari ini ramai terus," ucap Nia dengan rasa syukurnya.
"Iya Bu Alhamdulillah."
Nia dan Wendi merasa sangat bersyukur, dengan pilihan mereka sendiri. Ia tidak ingin merepotkan anaknya, meskipun Widi mampu menafkahi kedua orang tuanya hingga tua nanti.
"Maaf Pak Wendi, persiapan sudah beres semua."
"Oke, kita berangkat sekarang." Wendi bangkit dari duduknya dan pamitan pada istrinya.
Kedua pasangan suami istri mengadakan pembagian makanan gratis setiap hari Jumat, bentuk rasa syukurnya karena sudah tercapai membuka sebuah kedai impian mereka selama ini.
Di lokasi pembagian makanan gratis, lapak mereka langsung di serbu pemulung, pengemis, gojek, dan sebagainya. Tiba-tiba Mbak Yulia tetangga lama Nia. Melihat Nia sedang membagikan makanan di pinggir jalan, ia merasa tidak percaya dan terus mengucek-ngu cek kedua matanya untuk memastikan agar tidak salah orang.
"Kok mirip Mbak Nia sama Mas Wendi?" gumam Mbak Yulia menatap dari sebrang jalan.
"Sepertinya benar deh itu Mbak Nia sama suaminya, coba aku deketin deh."
Seketika Mbak Yulia langsung menyebrang jalan, ia tidak mau ketinggalan untuk dijadikan bahan gosip. Menoleh kanan kiri memastikan tidak ada kendaraan yang lalu lalang di jalanan, kian dekat semakin yakin dugaan Mbak Yulia.
"Mbak Nia!" panggil Mbak Yulia begitu sampai di lapak Nia.
Nia dan Wendi langsung menoleh ke sumber suara, alangkah terkejutnya mereka begitu bertemu dengan tetangga lamanya yaitu Mbak Yulia.
"Mbak Yulia? Gimana kabarnya sekarang Mbak?" tanya Nia dengan basa-basi.
"Kabarku baik, Mbak Nia gimana kabarnya sudah lama kita nggak ketemu?"
"Ini Mbak Nia lagi ngapain?" cerocos Mbak Yulia seraya menatap bingkisan makanan yang dibagi-bagi pada orang.
"Alhamdulillah kabar kami sehat semua Mbak. Ia Ini kita lagi bagi-bagi makanan, hitung-hitung bersedekah sama orang. Mbak Yulia mau?"
"Beneran boleh aku ambil makanan yang ada di sini?" tanya Mbak Yulia tamPak dari raut wajahnya yang girang.
Nia menganggukkan kepalanya.
"Aku ambil 4 ya!" ucap Mbak Yulia menunjukkan telaPak tangan yang ada 4 jari seraya melukiskan senyuman di wajahnya.
Mbak Yulia mengambil bingkisan makanan bagaikan orang yang sedang kelaparan.
"Bu, banyak banget dia ngambilnya. Apa nggak dikasih uang belanja sama suaminya?" bisik Wendi yang heran menatap Mbak Yulia.
"Sstt. Sudahlah Pak ikhlaskan saja, Bapak kan tahu Mbak Yulia itu seperti apa orangnya?" jawab Nia dengan berbisik, meskipun dulunya Mbak Yulia pernah berbuat jahat, tapi ia tetap berbuat baik pada siapa pun.
"Mbak Nia, Widi mana?" tanya Mbak Yulia setelah selesai mengambil makanan, ia celingak-celinguk mencari sosok Widi.
"Biasa Mbak kalau jam segini mah dia lagi kerja, emangnya ada apa?" tanya Nia
"Oh nggak ada apa-apa sih, memangnya Widi kerja apa sih Mbak, kok aku nggak pernah tahu dia kerja apa selama ini." jiwa kepo Mbak Yulia mulai meronta-ronta.
"Oh iya, terima kasih makanannya Mbak Nia." ucapnya dengan senyum mesem.
"Sama-sama Mbak Yulia."
Nia dan Wendi saling bertatapan, mereka tahu selama ini Widi merahasiakan pekerjaannya pada orang lain.
"Hmm, masa iya kamu gak tahu Mbak?" tanya Nia mencoba menjaga rahasia Widi.
"Yang aku dengar sih, katanya Widi punya perusahaan ya?" ucapnya seraya mengingatkan sesuatu yang pernah ia dengar.
Deg!
Jantung Nia dan Wendi pun berdetak kencang begitu mendengar penuturan Mbak Yulia. Seketika mereka terdiam tidak tahu harus menjawab apa.
Tiba-tiba salah satu karyawan BB(Bubur sumsum Barokah) pun datang menghampiri mereka, sepintas ide mereka muncul langsung berpamitan pulang.
"Maaf Pak, Bu. Semuanya sudah habis," ucapnya dengan sopan sedikit membungkuk bentuk rasa hormat pada bosnya.
"Oh ya sudah, kalian bereskan semuanya. Kita langsung pulang saja," jawab Wendi dengan tegas.
"Memangnya itu siapa? Dari bajunya kelihatan seperti pekerja ya?" tanya Mbak Yulia yang terus menatap pekerjanya dengan teliti.
"Iya mereka pekerja."
"Jangan-jangan kalian membuka usaha?" tebak Mbak Yulia.
Seketika mereka terdiam, dan buru-buru mengelak dari Mbak Yulia. Nia dan Wendi ikut membantu karyawannya membereskan laPak.
"Ada apa dengan Mbak Nia? Kenapa mereka kompak melarikan diri dari pertanyaan aku?" Batin Mbak Yulia yang bingung melihat pasangan suami istri.
"Mbak Nia!" panggil Mbak Yulia ketika berdiri di samping Nia.
"Eh maaf Mbak Yulia, saya buru-buru." jawab Nia dengan cepat, ia pura-pura mengambil barang dari karyawannya untuk di masukkan ke dalam mobil.
"Aneh!" ucapnya dengan lirih.
Mbak Yulia buru-buru meninggalkan laPak Nia. Nia dan Wendi menatap punggung Mbak Yulia yang peri meninggalkan lokasi, seketika mereka bernafas lega melihat kepergian Mbak Yulia.
"Hu, Alhamdulillah dia cepat pergi dari sini!" gumam Nia seraya memegang dadanya yang berdebar.
"Iya Bu, untung saja dia gak terlalu cerewet seperti kakakmu." Wendi langsung membungkam mulut dengan tangannya.
Ups!
Lagi, Wendi tidak sengaja kelepasan berbicara di depan Nia. Ia langsung meminta maaf pada Nia, namun jawaban Nia di luar dugaan Wendi.
"Maaf Bu, Bapak kelepasan," ucap Wendi dengan menunduk pasrah.
"Gak apa-apa Pak, kenyataannya memang begitu kok," jawab Nia seraya melukiskan senyuman indah di wajahnya.
.
.
.
Mbak Yulia buru-buru pulang ke rumahnya seperti di kejar anj*ng, seketika tetangganya menatap heran padanya.
"Kenapa dengan Yulia? Pulang kok ketakutan gitu seperti di kejar hantu saja?" ucapnya heran.
"Mbak Yulia!"
Mbak Yulia tidak mendengar panggilan tetangganya, ia tetap berjalan cepat entah ke mana tujuannya.
"Aneh banget sih Mbak Yulia!"
Hingga di suatu tempat, Mbak Yulia berhenti di rumah ketua perkumpulan emak berdaster, sebut saja Ibu Ira.
"Assalamualaikum, Bu Ira!" ucap Mbak Yulia dengan ngos-ngosan.
Ibu Ira pun keluar dari dalam, begitu melihat Mbak Yulia yang kecapean langsung saja ia mengizinkan masuk ke dalam.
"Wa'alaikumsalam, Mbak Yulia kenapa?" tanya Bu Ira menatap heran.
"Saya cuma mau ngasih tau ke Ibu Ira," Mbak Yulia mengatur nafasnya yang masih tercekat.
"Minum dulu Mbak Yulia." Bu Ira memberikan segelas air kepada Mbak Yulia.
Mbak Yulia langsung menyambut gelas yang berisi air dari tangan Bu Ira. Lantas, ia meminumnya bak kehausan.
"Alhamdulillah!" ucap lirih Mbak Yulia seraya mengusap lehernya yang merasa lega.
"Bu Ira, aku punya berita baru!" ucap Mbak Yulia dengan heboh.
"Apa Mbak?"
"Masih ingat sama Mbak Nia?" tanyanya lagi, berharap Bu Ira masih mengingatnya.
"Hm. Mbak Nia Ibunya Widi ya?" tanya Bu Ira sambil mengingatnya.
"Betul!"
"Emangnya ada apa dengannya, Mbak?"
"Tahu gak Bu. " Mbak Yulia berbisik ke telinga Bu Ira. Sontak membuat Bu Ira tak percaya dengan ucapan Mbak Yulia.
"Masa sih Mbak! Gak mungkin deh orang seperti itu bisa sukses?"
Tanpa pikir panjang Mbak Yulia langsung mengeluarkan hpnya yang berada di dalam tas kecil.
Bu Ira mencoba bertanya-tanya pada Henti. Mungkin sekiranya Henti lebih tahu kehidupan keluarga Nia saat ini, karena semenjak mereka pindah tidak pernah lagi terdengar kabar dari bibir Henti.
"Assalamualaikum Bu Henti!" pekik Bu Ira yang baru saja tiba di teras rumah Henti.
Sementara itu, Henti yang tengah asik nonton film favoritnya pun terlonjak kaget, mendengar teriakkan seseorang di luar.
"Ikan terbang! Eh ikan terbang!" kaget Henti langsung menutup mulut dengan tangannya seketika.
"Siapa sih yang teriak-teriak di rumah orang, berisik banget!" gerutu Henti beranjak dari sofanya.