"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Baru
Satu tahun kemudian
Sean dan Sonia sekarang disibukkan oleh kegiatan masing-masing, Sean sudah tidak lagi kejam pada istrinya, dia sangat berubah setelah kemesraan malam itu bersama Sonia, dia membuka toko kue untuk Sonia agar istrinya itu memiliki kesibukan dan tidak bosan di rumah, toko kue Sonia terletak di pusat kota yang tidak jauh dari lokasi kantornya Sean, jadi mereka bisa pergi dan pulang kerja bersama.
Sonia tidak terlalu di kekang lagi oleh suaminya, dia sudah diperbolehkan memakai handphone dan memiliki sosial media kembali. Namun mereka masih belum pernah menunaikan kewajiban sebagai suami istri, mereka juga masih pisah kamar, tapi bagi Sonia, perubahan Sean begini saja sudah membuatnya bahagia.
"Terima kasih, semoga suka sama cake nya ya." Sonia dengan ramah melayani pelanggan barunya.
Toko kue Sonia cukup besar dan dia juga memiliki tiga orang karyawan perempuan dan satu orang laki-laki, yang akan membantunya membuat cake dan melayani pengunjung.
Baru hari pertama, toko kue Sonia ramai di kunjungi oleh pembeli, selain letaknya strategis, tokonya pun begitu nyaman, apalagi pelayanannya, sangat ramah. Sonia cukup disibukkan hari ini, bahkan waktu untuk istirahat pun hanya sebentar.
Tak terasa sekarang sudah sore, dia bersiap untuk menutup toko kue itu, Sean hanya mengizinkan Sonia buka toko pukul 07.00 dan tutup pukul 17.00 pasalnya itu adalah jam kerjanya Sean.
Sean datang untuk menjemput Sonia, dia melihat istrinya sedang bersiap menutup toko.
"Rame ya?" Sapa Sean mendekati Sonia, Sonia melihat suaminya datang langsung tersenyum, "iya nih alhamdulillah, maka nya sampai telat tutupnya, bentar ya, dikit lagi kok beberesnya." Kata Sonia sambil membereskan pekerjaannya.
"Apa yang bisa aku bantu?" Tanya Sean sambil membuka jas yang dia kenakan dan menaikkan lengan bajunya hingga siku.
"Nggak ada sih, kamu duduk aja dulu, udah selesai semua kok." Kata Sonia sambil mengangkat beberapa kursi dan kerjaan lain dibantu oleh karyawannya.
Sean inisiatif untuk menyusun yang masih berantakan dan membantu Sonia mengangkat barang-barang yang menurut dia itu berat hingga semuanya beres.
"Kami pamit dulu Kak Sonia, Pak Sean." Pamit Lidia, Indah dan Naya pada Sean dan Sonia.
"Iya, kalian hati-hati ya."
"Iya kak."
Mereka bertiga pulang terlebih dahulu dari Sonia karena memang toko itu akan ditutup sendiri oleh Sonia.
"Loh, si Andre mana?" Sonia mencari-cari keberadaan Andre yang merupakan karyawan laki-lakinya, dia sangat jago dalam membuat cake.
"Udah pulang kali." Jawab Sean.
"Nggak mungkin, masak iya pulang nggak pamit dulu, ntar kalo aku kunci toko dan dia masih di dalam kan berabe." Kata Sonia sambil mencari keberadaan Andre.
"Andree, kamu dimana?" Panggil Sonia sedangkan Sean keluar untuk melihat kendaraan Andre apakah masih ada atau tidak.
"Itu motornya masih ada." Kata Sean.
"Ya Allah Andreee, ngapain kamu tidur disini?" Sonia kaget melihat Andre yang tertidur di atas sajadah. Andre mengusap matanya dan menguap, dia terlihat begitu lelah dengan mata merah habis bangun tidur.
"Maaf kak, aku capek banget tadi, ashar pun juga udah telat karena ngejar pesanan pelanggan." Jawab Andre.
"Haha kamu ini ada-ada aja sih, ya udah sana pulang, yang lain udah pada pulang loh." Kata Sonia.
"Iya kak, maaf ya kak, hari pertama kerja udah tidur." Andre hanya bisa nyengir.
"Nggak papa kok, lagian dari tadi yang banyak kerja kan juga kamu."
"Iya kak, jangan pecat saya ya." Lagi-lagi dia nyengir yang membuat Sonia tertawa.
"Yang mau mecat kamu itu siapa? Udah sana pulang, sambung aja tidurnya di rumah, lebih enak." Andre melenggang pergi setelah melipat sajadahnya, di toko Sonia ada mushalla jadi karyawan bebas mau ibadah, tidak perlu pergi jauh-jauh, juga ada ruang khusus istirahat karyawannya. Sean sudah merancang semuanya agar karyawan di toko istrinya nyaman dan betah.
"Lah kamu, kemana aja?" Tanya Sean pada Andre.
"Ketiduran pak."
"Istri saya panik nyariin kamu."
"Hehe maaf pak, abis tadi tokonya rame, nggak ada istirahat, pas udah sepi dan stok kue masih banyak, ya saya tidur pak." Jawab Andre yang membuat Sean tersenyum.
"Sana pulang, teman-temanmu udah pada pulang, untung aja kamu nggak saya kunciin tadi."
"Iya pak, kalau begitu saya pamit dulu, permisi." Sonia mendekati Sean yang sudah menunggunya untuk pulang.
"Ada-ada aja karyawan kamu."
"Haha dia ketiduran di atas sajadah tau nggak, saking lelahnya, kan yang masak kue-kuenya cuma kami berdua, aku sama Andre. Kebetulan pembeli banyak ya kami berdua jadi keteteran, dia itu hebat tau, dia ngajarin resep-resep kue baru sama aku. Kamu nemu dia dimana sih?" Tanya Sonia.
"Dia itu anak jalanan sebenarnya sayang, dia ngelamar kerja di kantor dan jadi tukang kebun, soalnya di perusahaan nggak ada juga posisi yang cocok buat dia, soalnya dia nggak punya ijazah." Jawab Sean.
"Terus?" Mereka ngobrol sambil menutup toko dan berjalan ke mobil.
"Waktu aku ada meeting, kami ingin memesan kue ternyata kue yang datang hancur, kesalahan pengirimnya sih, nah, dia nawarin diri untuk bikin kue simple gitu, aku terima dan pas dicicipi, ternyata enak banget. Makanya aku suruh dia buat kerja di toko kue kamu, jadi bakatnya nggak terbuang sia-sia ."
"Baik banget suami aku." Puji Sonia sambil mencolek dagu Sean yang membuat Sean tersenyum.
"Mau martabak nggak?" Tawar Sean pada Sonia.
"Mau dong, tapi beliin ya."
"Haha kamu dong yang beliin aku, secara ini kan pendapatan pertama kamu di toko dan toko juga rame kan, ya nggak papa dong sekali-kali traktir suami jajan." Canda Sean, Sonia menyipitkan mata dan mendekatkan wajahnya pada Sean yang saat ini sedang mengemudikan mobil.
"Sejak kapan kamu belajar malak orang?" Tanya Sonia, Sean langsung mencium singkat bibir Sonia dan Sonia sontak menjauhkan wajahnya dari Sean.
"Uangku banyak, ngapain malak orang." Jawab Sean.
"Uang kamu banyak kan, yaudah kamu berati yang traktir aku."
"Pelit banget jadi manusia."
"Ya biarin, nanti kalo kamu beliin aku martabak, aku bakalan beliin kamu aqua gelas."
"Hah?" Sean mendelikkan matanya.
"Buat apaan itu aqua gelas, sekarang juga kalo mau beli minuman udah ada botolan, yang kemasan gelas nggak bakalan hilangin dahaga."
"Buat apaan? Ya buat minumlah kalo makan martabak nggak ada air, ntar keselek gimana? Ya bisa mati kita. Kalo botolan mahal, mending kemasan gelas, cuma 500 perak doang."
"Pelit banget ini manusia Ya Allah." Sean dan Sonia langsung tertawa lepas, mereka begitu konyol saat ini.
"Itu tu tu, martabak mini abang tu enak banget." Tunjuk Sonia, itu memang langganan Sean jika membelikan martabak untuk istrinya. Sean melipirkan mobil, dengan tidak sabarnya Sonia keluar, dia langsung menghampiri tukang martabak itu dengan sumringah.
Sean hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Sonia yang seperti bocah baru dikasih jajan. Sean mendekati Sonia "mau rasa apa?" Tanya Sean yang melihat Sonia sedang melihat daftar menu.
"Hm mau rasa cokelat campur vanila, trus cokelat campur strawberry, trus strawberry campur vanila, trus cokelat keju, truss..."
"Bang, pesan semua rasa lengkap." Sean langsung memesan karena pusing mendengar pesanan Sonia, Sonia memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Bikin pusing yang jual aja kamu, masa pesannya begitu." Kata Sean sambil mengusap lembut rambut Sonia.
"Kalo aku pesannya satu-satu, kamu nggak bakalan pesan semuanya kan tadi, aku sengaja bikin kamu pusing biar kamu pesan semua rasa dan aku puas makannya."
"Picik banget ini anak orang."
"Haha."
...🕊🕊🕊...
"Aku keluar dulu ya, mau nitip nggak?" Pamit Sean pada Sonia yang baru saja menunaikan shalat isya.
"Mau kemana?"
"Keluar sebentar ada perlu, nanti pas pulang aku jelasin sama kamu."
"Oh oke, aku nitip mie ayam special Solaria aja ya, lagi pengen."
"Oke, aku jalan dulu." Sean mengecup kening sonia lalu pergi. Sonia melipat sajadahnya dan tiduran sambil memainkan ponsel, dia membuka instagram dan melihat berbagai postingan yang dia suka.
[Gimana kabar kamu?] ada DM yang masuk ke instagram Sonia dan itu dari Fian.
[Baik, alhamdulillah]
[Oh syukurlah kalau begitu]
[Tumben banget kamu chat aku, udah setahun lebih lo aku nikah sama Sean tapi kamu nggak pernah datang ke sini ataupun nanyain kabarnya aku]
[Takut sama singa di rumah kamu Son, nanti dia malah ngereog]
Sonia tertawa mendapat balasan seperti itu dari Fian, dia dan Fian dulu cukup dekat, semenjak kejadian lima tahun yang lalu antara dirinya, Nila, Endro dan Fian, mereka tidak pernah bertemu lagi. Endro dan Fian juga tidak pernah mampir atau bertemu dengan Sean dan Sonia semenjak mereka menikah.
[Ya udah sini, dia nggak ada di rumah, lagi keluar]
[Ntar nyampe sana masakin indomie telur ya, seperti biasa]
[Oke siap]
Sonia menunggu kedatangan adik iparnya itu, dia menghubungi Sean terlebih dahulu untuk memberitahu kalau Fian akan datang karena bagaimana pun Sean juga pasti sangat merindukan adiknya. Sean dengan cepat mengangkat panggilan telfon istrinya, Sonia mengerinyitkan dahi saat mendengar ada suara orang merintih.
"Sean." Panggil Sonia.
"Iya sayang ada apa?"
"Kamu lagi dimana? Itu yang merintih kesakitan siapa?" Tanya Sonia memastikan kalau Sean baik-baik saja.
"Aku lagi liat orang kelahi, di dekat gedung kosong."
"Ngapain kamu ke gedung kosong? Itu yang kelahi kamu atau siapa? Jangan bikin aku panik Sean."
" Bukan aku sayang, aku cuma nonton aja kok."
"Tolong, tolong saya, siapapun tolong saya, saya mau dibunuh." Teriak pria di seberang sana.
Deg
Jantung Sonia seketika berdetak kencang, pikirannya sudah tidak bisa lagi dia kendalikan.
"Sean itu siapa sih?" Tanya Sonia panik, Sean memejamkan matanya kesal dan menyuruh Kenzo untuk membekap mulut pria itu.
"Nanti lagi ya nelfonnya, aku ada urusan."
"Tunggu, jangan dimatiin dulu."
"Ada apa sayang? Aku bentar lagi bakalan pulang kok."
"Tadi Fian dm aku, bilang kalau dia mau datang ke rumah, bolehkan?"
"Iya boleh, sekalian suruh nunggu aku pulang baru dia boleh pergi."
"Iya. Kamu hati-hati ya, cepat pulang, aku khawatir banget sama kam...AAAA." Tiba-tiba Sonia teriak kencang yang membuat Sean cemas.
"Son," Panggil Sean, wanita itu tidak menjawab, "Sonia, kenapa?" Tanya Sean lagi, namun tetap tidak ada jawaban dari Sonia. Sean memutuskan panggilannya dan menyelesaikan urusannya di sini dulu.
"Bunuh saja baji*ngan ini, nggak penting juga nyik*sa dia." Kenzo melayangkan pedangnya ke kepala pria itu hingga mengge*linding ke kaki Sean. Sean begitu puas melihat semua itu, salah satu musuhnya sekarang sudah tersingkirkan.
"Pulang dulu, tadi Sonia telfon dan tiba-tiba teriak, takut terjadi apa-apa sama dia." Kata Sean pada Kenzo.
"Aku ikut, bosan di rumah, nginap boleh dong."
"Bersihin dulu itu baju, gila aja kalau istriku melihat tubuhmu berlumuran darah begitu."
"Oke nanti diatur." Sean menunggu Kenzo yang sedang membersihkan tubuhnya sedangkan Sean sendiri sudah rapi dan tidak ada jejak apapun di tubuhnya. Kenzo menaiki mobil Sean dengan keadaan yang sudah rapi dan wangi. Mereka segera menuju ke rumah Sean, selama di jalan Sean selalu menghubungi Sonia tapi tidak masuk, dia semakin cemas.
...🕊🕊🕊...
Setelah 35 menit di jalan akhirnya mereka sampai, Sean berlari memasuki rumahnya dan terdiam melihat Fian sedang duduk santai di ruang tamu sambil memperbaiki sebuah ponsel. Sean sangat tau kalau itu ponselnya Sonia, layar ponsel itu rusak parah.
"Sonia mana?" Tanya Sean pada Fian.
"Tuh lagi masak di dapur." Jawab Fian santai. Sean segera menghampiri istrinya yang sedang memasak indomie telur pesanan Fian. Sean bernafas lega melihat istrinya baik-baik saja.
"Sayang, kamu kenapa tadi teriak?" Tanya Sean sambil merangkul pinggang Sonia dan mengecup pipi istrinya.
"Oh tadi si Fian ngagetin aku, masak dia tiba-tiba nongol di jendela kamar, ya kagetlah, sampai hp aku rusak layarnya karena jatuh."
"Kurang ajar, ngapain dia ke kamar kamu, pantesan aja aku hubungin udah nggak bisa lagi."
"Iseng kali, kayak nggak kenal adekmu aja."
"Itu lancang namanya, biar aku kasih pelajaran." Sonia dengan cepat menahan lengan Sean, dia tidak mau ada pertengkaran antara Sean dan Fian di sini.
"Ngapain? Dia dari TK sampe Universitas sering dapat pelajaran, jangan ditambah lagi, bisa-bisa mumet kepalanya." Canda Sonia untuk mengalirkan suasana biar tidak ada emosi.
"Bisa aja kamu, eh buatin aku sama kenzo juga ya, laper, belum makan."
"Oke, mie ayam aku gimana? Pasti lupa ya." Sean hanya menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Abis makan indomie kita ke solaria."
"Ya udah sana duduk dulu, aku kelarin masaknya." Sean bergabung dengan Fian dan Kenzo, Kenzo yang memang basic nya sudah berteman dengan Sean sejak kecil, dia juga akrab dengan Fian. Mereka saling ngobrol dan sesekali tertawa.
"Lain kali kalau mau bertamu ke rumah orang, masuk ya lewat pintu, bukan jendela, jendela kamar pula, kamar istri orang pula." Sean mengemukakan kekesalannya pada Fian.
Fian berdiri lalu senyum dan memeluk Sean dengan erat, dia begitu merindukan kasih sayang dari abangnya itu. Sean juga sangat merindukan adiknya, dia membalas pelukan Fian dengan hangat lalu memukul kepala Fian.
"Kenapa baru sekarang kau kemari?" Tanya Sean.
"Ya karena sudah ada Sonia bersamamu, kalau saat kau masih sendiri ngeri dekat-dekat denganmu, bawaannya smackdown mulu." Mereka bertiga tertawa lepas.
Sean dan Fian memang saling menyayangi satu sama lain, semenjak ayah mereka menikahi Nila, hubungan mereka jadi renggang dan untuk melindungi Sean dari wanita ular seperti Nila, Fian rela untuk tinggal bersama papa dan ibu tirinya. Namun kedekatan Fian dan Sean tidak pernah diketahui oleh Nila maupun Endro, mereka menganggap kalau Sean dan Fian adalah musuk bebuyutan.
"Apa kabar wanita sialan itu?" Tanya Kenzo pada Fian.
"Ikan lele? Dia trauma semenjak dicambuk oleh Sean." Jawab Fian.
"Hah? Kau menganiaya dia Sean?" Tanya Kenzo tak percaya, karena selama ini yang dia tau Sean selalu diam dan malas berurusan dengan Nila.
"Siapa suruh nyakitin Sonia." Jawab Sean.
"Kelaaasss." Puji Kenzo sambil mengacungkan jempolnya.
Sonia memanggil ketiga pria itu untuk makan, indomie telur lengkap sudah terhidang di meja makan.
"Waw makan enak nih." Kata Fian.
"Gimana hp ku? Ganti itu." Kata Sonia pada Fian.
"Minta sama suamimu." Jawab Fian enteng. Sean hanya tersenyum dan mereka menyantap masakan Sonia yang begitu lezat.
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.