NovelToon NovelToon
Mencintai Dosen Beristri

Mencintai Dosen Beristri

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Harumi Akari

Sekar mengalami dilema karena didekati oleh Pak Faisal, yang merupakan dosennya sendiri. Hal itu membuat Sekar ketakutan, namun lama-kelamaan Sekar makin menyukai Pak Faisal karena beliau sering membantu Sekar saat ia sedang dibully di kampus.

Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, keseriusan mereka terhalang oleh Pak Faisal yang sudah memiliki istri dan tidak mudah untuk menceraikannya karena istrinya yang merupakan selebgram.

Akankah Sekar mendapatkan cintanya? Atau justru cinta mereka berdua akan kandas dan Sekar dicap sebagai pelakor?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harumi Akari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diperlakukan Berbeda

Di dalam sebuah ruangan kecil, terdengar suara seorang pria dan juga wanita yang tengah memperdebatkan sesuatu, suara mereka saling meninggi saat tiap kata keluar dari bibir mereka. Tak ada yang mau mengalah dengan argument mereka sendiri.

Padahal Sekar ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya karena seharian pergi dengan dosennya dan cukup melelahkan.

“Sekar itu belum bisa ngehidupin dirinya sendiri mah! Kenapa kamu mau dia terus-terusan hidup mandiri dan nyari kerja sambilan? Kasihan dia masih 20 tahun dan tugas kuliahnya banyak!” hardik seorang pria yang berusaha menahan amarahnya dan menahan nada bicaranya agar tidak semakin meninggi.

“Justru itu! Keuangan kita juga semakin menipis pah! Bentar lagi adeknya juga mau kuliah kedokteran dan butuh duit banyak! Gaji papah aja nggak cukup lagi buat ngehidupin rumah tangga kita!” Balas istrinya.

Hal itu terus berlanjut hingga larut malam, sedangkan dibalik pertengkaran mereka berdua, ada seorang anak yang jelas tidak bisa tidur karena kamarnya bersebelahan dengan mereka. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menutupi telinganya agar tidak bisa mendengar apa-apa.

“Sekar itu juga anak kita, Mah! Kenapa kamu pilih kasih gitu sih sama anak! Gajiku sebulan 20 juta loh! Itu kan cukup banget buat kuliah mereka berdua! Usaha kamu juga kayaknya lancar-lancar aja kok. Kamu pakai buat belanja ya?!” tuduh sang papa.

“Kok kamu jadi nuduh aku sih! Duit kamu itu habis buat bayar UKT si Sekar tuh! Dia juga banyak banget pengeluarannya! Niatnya kita pindah ke sini kan juga biar Sekar nggak usah ngekos dan nggak ngeluarin duit! Tapi anaknya boros banget, Pa!” Ibu mana yang tega menuduh anaknya sendiri.

“Kamu terus saja menyalahkan Sekar! Sudahlah! Perdebatan kita ini juga nggak ada gunanya!” hardik pria itu dan terdengar suara pintu kamar mereka terbuka, lalu menutup dengan kencang. Sekar meringkuk dan langsung menangis sejadi-jadinya kala mendengar kedua orang tua mereka terus menerus bertengkar perihal ekonomi mereka, dan disangkut pautkan dengan Sekar yang selama ini selalu berusaha menjalankan tugasnya sebagai anak dan belajar dengan rajin.

Yang sebenarnya, dia bahkan tidak pernah dibelikan barang yang dia inginkan, dia selalu berusaha menabung sendiri dari uang saku yang diberikan oleh papanya. Sudah lama sekali Sekar merasa bahwa ibunya sangatlah pilih kasih.

“Apa mama sebenarnya tidak sayang kepadaku ya?” rintih sang anak yang masih berusaha untuk tidak terlalu memasukkan perkataan mamanya ke dalam hati. Untungnya papanya selalu membela Sekar dan setidaknya dia jadi bisa merasa lega karena masih memiliki seorang papa yang luar biasa baginya.

Hingga malam semakin larut, karena Sekar terlalu lelah menangis ia pun tertidur dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.

Keesokan harinya, Sekar sudah bersiap untuk berangkat kuliah pagi. Ia turun dari kamarnya menuju ke lantai satu untuk sarapan bersama-sama. Setiap hari rabu, mereka selalu sarapan bersama karena jam berangkat mereka sama.

Dengan kehidupan yang cukup mewah hingga memiliki dua ART, Sekar merasa hidupnya sudahlah cukup. Namun, ternyata sejauh ini ada hal yang menurutnya kurang….

“Gimana kuliah kamu, Sekar? Lancar kan? Kalau butuh apa-apa bilang sama papa ya.”

Papanya menyambut Sekar dengan hati yang berbunga-bunga, seakan semalam tidak terjadi

apa-apa.

“Lancar kok, Pa. Sekar menikmati banget kuliah Sekar dan temen-temen Sekar juga baik banget!” ujar Sekar dengan senyuman.

“Syukur deh kalau gitu, tadinya papa takut kamu nggak mau kuliah di tempat yang dekat sama rumah ini. Papa nggak mau kamu sampai ngekos sembarangan,” ujar papanya Sekar sembari mengoleskan selai cokelat ke rotinya sendiri.

“Terima kasih ya, Pa. Sekar suka kuliah di sini kok,” jawab Sekar yang juga sedang menikmati sarapan paginya dengan nasi goreng.

“Inget ya! Nggak ada tuh yang namanya pacaran-pacaran! Mama sama papa nyekolahin kamu bukan buat pacaran ya,” ketus mamanya Sekar.

“Iya, Ma. Sekar nggak bakal pacaran dulu kok. Sekar lagi nggak pingin mikirin itu malah,” jawab Sekar yang nada bicaranya semakin pelan.

“Bagus deh kalau sadar diri. Syukur-syukur kamu kerja biar bisa nambah uang jajan kamu sendiri, nggak usah sampai minta papa dan adik kamu juga ada duit!” Singgung mamanya Sekar yang nampak tidak menyukai Sekar.

“Ma! Kok gitu si bilangnya!” Papanya Sekar langsung menyikut lengan istrinya perlahan dan marah.

Sekar yang tadinya sedang menikmati makanannya, langsung hilang mood makannya dan berusaha untuk tersenyum.

“Tenang aja Sekar, Papa bakal kasih berapapun yang kamu mau kok. Jangan sungkan minta papa ya?”

“Sekar bakal cari kerjaan kok, Pa,” imbuh anak pertama di rumah itu.

Sontak hal itu langsung membuat papanya sedikit bersedih, namun sebaliknya, mamanya justru sangat bahagia mendengarnya. “Nanti aku bakal cari kerja sambilan biar aku nggak perlu uang jajan lagi, Pa. Biar papa juga bisa kasih uang ke Rena. Dia bentar lagi juga mau kuliah, Pa. Pasti keperluannya banyak, Sekar bakal berusaha cari kerjaan kok.”

Dengan polosnya, wanita itu tersenyum kecil dan langsung membuat papanya iba, ia merasa gagal jadi seorang ayah.

Sekar pun kembali makan dua suap, lalu mengambil roti dan mengoleskan selai ke rotinya. Ia membawa bekal untuk di makan di kampus agar bisa menghemat pengeluarannya sendiri dan juga kedua orang tuanya.

“Makanan kamu nggak dihabisin, Nak?” tanya papa.

“Sekar udah kenyang, Pa. Ini sekar bawa bekal roti ya?” ujar Sekar sembari memasukkan roti ke dalam wadah makanan.

Ia pun langsung beranjak dari kursi dan mencium kedua tangan orang tuanya, hingga saat ia sedang mencium tangan papanya, beliau tidak melepaskan genggaman tangan Sekar.

“Nanti kalau sudah selesai kuliah, ke kantor papa ya? Papa mau bicara sama kamu,” ujar papanya Sekar.

“Pa! Mau ngapain sih kamu! Jangan dimanja terus, kebiasaan deh!” ketus istrinya.

Namun, saat itu papanya Sekar tidak menjawab apa-apa dan hanya diam saja mendengar protes dari istrinya. Batinnya sudah terlalu lelah untuk kembali berdebat.

Sekar pun menganggukkan kepalanya dan langsung pergi berangkat kuliah. Hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai di universitasnya.

Memiliki teman yang baik, dosen yang pengertian, circle yang menyenangkan, adalah impian dari Sekar sendiri. Ia merasa hidupnya sangatlah tidak beruntung di usianya yang masih muda, jika boleh meminta, ia ingin agar hidupnya jadi lebih baik dan jauh dari orang-orang yang toxic, seperti yang ada di kampusnya dan kelasnya sendiri.

Sekar menatap ke langit-langit yang berwarna biru cerah, saat sudah sampai di gerbang utama kampus, Sekar menghela nafas panjang lebih dulu, karena hari yang berat sudah menanti di depannya.

Saat sekar sedang naik tangga menuju kelasnya, kakinya tiba-tiba tersandung dan membuat Sekar terjatuh.

DUG!

“Aduh!” rintih Sekar saat ia terjatuh

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!