Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 : Sendirian
Azalea memutuskan kembali ke pesantren,tidak ada tempat yang layak dia datangi selain tempat ia di besarkan.Dengan berada di sana,Azalea berharap,hati dan jiwanya yang sedang kalut,bisa terobati.
***
Brawijaya hospital.
Adam menatap wanita yang sedang terbaring lemah di ruang ICU dengan tatapan sayu.Raut wajahnya terlihat sangat lelah,bayangkan dia tidak pernah tidur dari semalam.Nasib baik,tidak ada jadwal operasi yang harus ia lakukan hari ini.
Kemarin saat Adam mempersiapkan kepulangan Azalea,ponselnya berbunyi,dan ternyata,itu adalah panggilan dari mama Irene.Awalnya Adam enggan untuk mengangkat, tapi memikirkan Lily yang sedang bersama mama Irene tentu membuat Adam khawatir.
Benar saja,mama Irene berteriak histeris saat berbicara dengan Adam.Bagaimana tidak,Lily tiba tiba pingsan di tengah tengah makan siangnya.
Adam tidak lagi berfikir jernih,ia segera berlari meninggalkan Azalea yang tidak paham apa yang sedang terjadi.Bahkan sampai detik ini,ia belum menghubungi Azalea sama sekali.Mengingat akan hal itu,Adam buru buru keluar berencana menelpon sang istri yang ia tinggalkan di rumah sakit sendirian dari kemarin.
"Astaghfirullah,kenapa aku bisa melupakan Azalea?Mungkin ia masih berada di kamarnya."Adam setengah berlari,menuju ke ruangan di mana Azalea di rawat.
Bugh..
Adam menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.
"Maaf aku sedang buru buru."Tanpa melihat siapa yang ia tabrak Adam segera berlalu.Ia tidak ingin membuang waktu.
"Adam..."Panggil seseorang yang bertabrakan dengan Adam barusan.
Adam berhenti dan menoleh,cukup lama ia memperhatikan pria tinggi yang menatapnya.
"Bang Izel?"Ucap Adam setelah kembali dan memperhatikan dengan seksama siapa pria yang ternyata mengenal nya.
"Aku pikir kau sudah melupakanku."Ujar Izel.
Adam memeluk Izel,layaknya seorang sahabat yang sudah lama tidak pernah bertemu.
"Kapan balik dari Australia?"
"Sekitar sebulan yang lalu."
"Kenapa tidak mengabari ku?"
"Aku sudah beberapa kali ke poliklinik mencari mu.Tapi sepertinya,kamu sibuk sekali."Ujar Izel tersenyum renyah.
"Aku dengar dari Abi kalau kamu sudah menikah."
"Iya,dokter Lukman dan ibu Ivana datang.Maaf,,aku tidak memberitahu,aku tidak mungkin mengganggu studimu."Lanjut Adam.
"Aku sih cukup kecewa,tapi sudahlah, bagaimana pun,selamat ya bro,,,Oiya,,abi bilang,Lily katanya sudah hijrah ya,aku turut bahagia mendengarnya."Izel menepuk bahu Adam.
Adam menghela nafas.
"Sebenarnya tidak seperti itu bang,nantilah aku cerita,aku lagi buru buru soalnya."
"Aku pamit ya bang,kapan kapan aku akan mampir ke poliklinik orthopedi menemui mu.."Ujar Adam setengah berteriak sambil melambaikan tangannya dan di balas oleh Izel dengan gerakan tangan yang sama.
"Apa maksud perkataannya barusan?Membuatku penasaran saja."Gumam Izel.
***
Magnolia Residence.
Adam mulai panik,saat di rumah sakit tadi,perawat bilang kalau Azalea sudah pulang sejak kemarin,Adam mencoba menghubungi,tapi ponsel Azalea tidak aktif.
Begitu sampai di rumah,Adam pun tidak menemukan jejak Azalea.Tanpa mengetuk,tidak perduli Azalea marah padanya,Adam membuka paksa pintu kamar Azalea.
Bersih,tempat tidur yang biasa Azalea tiduri tampak rapi,seperti tidak pernah tersentuh.Adam semakin gelisah.
Dapur,taman,mushola,dan semua ruangan di rumah itu,tidak ada yang luput dari pencariannya.Hingga Adam bisa memastikan,jika Azalea pergi.Pergi tanpa memberitahu nya terlebih dahulu.
Adam terduduk di lantai.Tiba tiba saja,hatinya terasa sangat kosong.
"Kau mengabulkan permintaanku sebelum aku mengatakan apa maksud dan tujuanku ingin berpisah dengan mu?Kau jahat Aza,aku belum siap untuk semua ini."Adam menangis.Dia tidak pernah membayangkan jika akan mengeluarkan air yang berharga itu karena seorang wanita.
Adam memutuskan kembali ke kamar,tidak ada yang menarik untuk ia lakukan.Kepergian Azalea mengikutsertakan sebagian jiwanya.
Malam hari, seseorang mengetuk pintu kamar Adam.
"Pak,makan malam sudah siap."
"Iya bi."
Adam melangkah gontai menuju meja makan.Di sana,tidak ia lihat sosok wanita yang berpakaian serba tertutup menyambutnya.Ini baru sehari,dan Adam sudah sangat merindukan Azalea.
"Pagi tadi,ibu masak.Berhubung bapak pulangnya lama,makanannya bibi taruh di kulkas,kalau bapak mau makan masakan ibu tadi pagi,biar bibi hangatkan dulu."Ujar wanita paruh baya itu.
Deg.....
Jantung Adam seakan di remas.Memasak?Di situasi di mana ia sudah bertekad meninggalkan ku,ia masih mau membuatkan ku makanan?"
Adam berdiri.
"Iya bi,tolong hangat kan semua masakan ibu.Panggil aku di ruang kerja jika semuanya siap."Adam beranjak pergi.Ia harus mengontrol emosinya.
Beberapa saat berlalu,Adam kini kembali duduk.Netranya berembun.
Ayam bumbu rujak,sayur asem,sambal dan beberapa lauk kesukaan nya tersaji di atas meja.
"Sebelum ibu pergi pagi tadi,adakah ia mengatakan sesuatu pada bibi?"Ujar Adam perlahan.Untuk berbicara saja,ia sedikit kesulitan.
"Ibu perginya sore pak,kalau bibi tidak salah,ba'da ashar.Ibu duduknya lama di ruang tengah,mungkin menunggu bapak pulang."
Tangan Adam gemetar,perlahan ia berusaha memindahkan sesendok demi sesendok sayur dan ayam ke piringnya.
"Apa yang ibu katakan?"
"Boleh bibi meniru ucapan ibu?"tanya bi Suti ragu.
Adam mengangguk.
"Bi,kayaknya bapak pulangnya malam,ibu harus ke pesantren sore ini,takut kendaraan umum yang ke desa habis.Telpon bapak tidak aktif,tolong bibi sampaikan ya.Begitu kata ibu."
"Jadi bibi tanya,ibu berapa hari di pesantren?Ibu tidak jawab,ibu hanya bilang,'Bi,tolong urus keperluan makan bapak,jangan sampai bapak ke rumah sakit tidak sarapan.Tolong ya bi?'begitu kata ibu pak."
Seperti ada dua buah batu besar yang menghimpit dada Adam,terasa sesak.
"Bibi boleh pergi."Ujar Adam.
Adam memasukkan makanan ke dalam mulutnya di sertai air mata yang terus mengalir.Sesakit inikah?Dia berencana menebus kesalahan nya pada Lily,mencoba menemani Lily di sisa hidupnya yang mungkin tidak akan lama lagi,namun ia harus membiarkan hati dan jiwanya tersiksa karena sang istri yang pergi tanpa sempat menjelaskan kenapa ia harus melukainya untuk yang kesekian kali.
***
Pesantren Al Hidayah.
Abi dan umi terpaku memandangi Azalea yang berdiri di depan pintu,satu tangannya memegang koper dan yang satunya lagi meremas ujung jilbabnya.Jangan lupa jika ia tidak akan pernah menatap Abi dan umi dalam situasi yang seperti ini.
Abi menghela nafas sedangkan umi menghambur memeluk Azalea.
"Masuklah..."Ujar Abi Ahmad.
"Kamu sudah makan nak?"Tanya umi Kalsum.
"Belum umi."
"Ya sudah,kamu shalat magrib dulu,setelah itu kita makan bersama."
"Iya umi."
Azalea masuk ke dalam kamarnya.
"Apa mungkin mereka bertengkar?"Umi Kalsum terlihat khawatir.
"Tidak,Azalea tidak akan membantah perkataan suaminya,Abi yakin itu."
"Ataukah,Adam bertindak kasar pada anak kita?"Umi kembali gelisah.
Abi Ahmad menggeleng.
"Itu juga tidak akan terjadi.Abi mengenal sifat Adam umi."Abi Ahmad memang meyakini jika Adam adalah anak yang baik.Didikan kedua orangtuanya yang taat agama menjadi jaminan bagi abi Ahmad,itulah kenapa dulu ia setuju menikahkan Azalea dengan Adam.
"Lalu,apa kira kira yang terjadi dengan mereka?"
Pembicaraan Abi dan umi seputar kepulangan Azalea berakhir begitu Azalea keluar.
Makan malam tiba,Abi dan umi terlihat lahap,berbeda dengan Azalea,ia hanya mengaduk aduk nasi dan sayur di atas piringnya.
Abi dan umi hanya memperhatikan,tidak ada niat menegur.Untuk hari ini biarlah Azalea merasakan kesendiriannya.
...****************...