Racun Kesesatan

Mulai saat itu kini Genya resmi menjadi miliknya Raphael seutuhnya, hanya untuk melunasi hutang yang tidak tau kebenarannya itu. Karena ayahnya Genya sudah tidak ada di dunia ini sekarang.

Di siang harinya, Raphael terduduk santai di ruang tamu sambil menonton film kesukaannya.

Seperti biasa, dia hanya bersantai di rumah besarnya itu tanpa memikirkan beban apapun.

"Sayangg, kemari lah!" Raphael memanggil Genya.

"Iya Tuan" Sahut Genya yang kemudian datang menghampiri Raphael.

"Makanlah kue ini sampai habis, jangan sampai tersisa!" Kata Raphael menyuruh Genya memakan kue besar tertumpuk dua di atas meja.

"Ta-tapi saya tidak akan bisa menghabiskan nya Tuan." Kata Genya merasa ngeri karena dia bukanlah seorang mukbangers.

Jawaban itu membuat Raphael kesal, dia mengambil pisau buah, kemudian menarik Genya hingga berlutut di lantai.

"Apa kau tuli?! Haruskah aku mengorek telingamu itu dengan pisau ini?!" Bentak Raphael mengarahkan pisau buah yang digenggamnya ke arah Genya.

Dengan cepat Genya mengambil potongan kue dengan tangannya dan memakannya dengan lahap.

Raphael yang tadinya marah kini tersenyum begitu melihat Genya melakukan perintahnya.

Raphael mengelus-elus rambutnya Genya dengan lembut sambil terus menatap Genya yang belepotan makan kue.

Raphael menjilati krim yang menempel di bibirnya Genya. Gadis itu merasa merinding, namun dia tidak bisa menolak apa yang dilakukan Raphael kepadanya.

Raphael terus menonton Genya makan hingga gadis itu benar-benar menghabiskan semua kue itu. Raphael tersenyum puas karena Genya berhasil melakukan misi pertama darinya.

"Wahh sayangku menghabiskan semua kuenya dengan cepat! Sekarang bersihkan wajahmu yang berantakan itu!" Kata Raphael tersenyum menyuruh Genya mencuci mukanya.

Dengan cepat Genya berlari menuju toilet, dia sudah tidak bisa menahan rasa mual di perutnya itu.

"Hoekkkk! Hoekkkk!" Genya memuntahkan semua kue yang dia memasukkan ke dalam perutnya barusan.

Dia tidak menyangka Raphael akan menyuruhnya melakukan hal yang seperti itu.

Laki-laki itu benar-benar iblis, Raphael benar-benar sedang mempermainkan gadis itu sekarang.

Tak berselang lama, Raphael tiba-tiba datang mencari Genya ke toilet rumahnya.

"Sayang, kenapa kau membuatku menunggu terlalu lama ?" Kata Raphael yang terdengar oleh Genya.

Dengan panik gadis itu segera menyiram muntahan kuenya agar Raphael tidak melihatnya.

......................

Kembali pada Eden, Yurika dan Yukari yang kini sudah sampai di rumah nya Eden.

Para pelayan nya Eden kini lebih dikejutkan lagi, dengan kedatangan tuan mereka yang di barengi oleh datangnya dua perempuan cantik.

Kemarin lusa tuan mereka membawa gadis kecil di malam hari dan kemudian di bawa ke kamarnya. Tapi sekarang dengan si kembar bersaudara.

"Tuan! Siapa mereka?" Tanya si pelayan tua yang merupakan pelayan paling lama bekerja di rumah itu.

"Halo bibi!" Sapa Yurika Yukari berbarengan dengan senyum manis di bibir mereka berdua.

Si bibi pelayan tidak bisa berkata-kata saat diberikan senyuman semanis itu oleh si kembar. Si bibi langsung peka jika si kembar bukanlah calon istri untuk tuan nya.

"Selamat datang, masuklah" Kata Eden mempersilahkan Yurika dan Yukari masuk ke rumahnya.

Si bibi dan pelayan lain sudah sangat peka, jika ada tamu pasti mereka akan memberikan suguhan seperti teh dan camilan.

"Duduklah" Suruh Eden yang kemudian duduk di sofa rumahnya.

"Eden, kami tidak ingin berlama-lama disini karena kami masih sangat mengantuk sekarang. Katakan saja apa yang sebenarnya terjadi kemarin lusa pada Genya" Kata Yurika tanpa basa-basi langsung ingin mengetahui cerita langsung dari Eden.

Dengan ragu kemudian Eden menceritakan semuanya agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara mereka semua.

Dia juga mengatakan kalau Genya masih perawan, dia tidak memasukkan nya, hanya sedikit menggosok nya.

Yurika dan Yukari merasa geleh begitu mendengar Eden bercerita tanpa sensor sedikitpun.

"Aku hanya ingin memberitahu mu, jika sebenarnya Gin sudah mengetahui tentangmu." Kata Yukari.

"Apa kau tau? Gin sendiri yang datang ke bar untuk melihat CCTV nya. Bukankah itu aneh? Hanya untuk seorang pelayan bar yang katanya memiliki hutang kepadanya itu, dia perlakukan dengan sangat baik!" Lanjut Yurika menambahkan.

"Hutang? Hutangnya siapa? Memangnya untuk apa gadis kecil seperti itu meminjam uang kepada Gin?" Tanya Eden kepada Yurika dan Yukari.

"Aku juga tidak tau, aku sempat mendengar dari Theo waktu itu dia dapat menyebutkan nama 'Betran'. Katanya gadis itu adalah putrinya Betran!" Kata Yurika tiba-tiba mengingat apa yang Theo katakan padanya saat di bar waktu itu.

Mendengar nama 'Betran', Eden langsung terkejut. Yurika dan Yukari terheran begitu melihat reaksi Eden yang terlihat sangat terkejut. Sebenarnya apa yang Eden ketahui?

"Kau terlihat terkejut dan panik, memangnya ada apa dengan Betran-Betran itu?" Tanya Yukari penasaran.

"Itu bukanlah hutang uang! Tidak, aku harus segera menyelamatkan anak itu!" Kata Eden panik.

"Sebenarnya ada apa?" Tanya Yurika dan Yukari dari tadi penasaran tapi masih belum mendapatkan jawaban dari Eden.

Eden kemudian menceritakan apa yang dia ketahui tentang hubungan antara Raphael dengan ayahnya Genya yaitu Betran.

Karena Betran tiba-tiba meninggal dunia setahun yang lalu, kini Raphael malah menargetkan putrinya Betran.

Yurika dan Yukari tidak mengetahui cerita itu karena mereka tidak terlalu kepo dengan kehidupan nya Raphael, lagipula mereka termasuk anggota baru di NTO. Karena mereka baru masuk ke NTO sejak 3 tahun yang lalu.

Mereka yang mengetahui sifat asli Raphael yang lebih kejam dari iblis itupun ikut mengkhawatirkan Genya.

"Sial, aku sudah memberikan nya nomor telepon dan alamat rumahku. Tapi sampai sekarang dia masih belum menghubungi ku, apa dia sudah memutuskan untuk bersama dengan Gin?" Kata Eden terlihat begitu mengkhawatirkan Genya.

"Aku punya nomornya, coba kau saja yang menghubungi nya sekarang. Jelaskan semuanya!" Kata Yurika yang memiliki nomor telepon Genya karena Genya bekerja di bar miliknya.

Eden dan Yukari mengangguk berbarengan, Yurika segera membacakan nomor ponselnya Genya. Dengan cepat Eden menyalin nomor tersebut.

Dia mengirimi Genya pesan singkat yang menyuruhnya untuk segera kabur dari rumah nya Raphael.

Mereka bertiga tidak sabar menunggu balasan dari Genya.

......................

TING!

Terdengar suara notifikasi pesan dari ponselnya Genya yang masih dipegang oleh Raphael.

Dengan sigap tangan laki-laki itu mengambil ponsel miliknya Genya yang masih belum dia kembalikan itu.

Dahinya mengernyit begitu membaca pesan yang dikirimkan oleh Eden. Tapi syukur nomor itu belum tersimpan di ponselnya Genya, dan Eden juga menggunakan nickname yang bukan namanya.

Jadi Raphael tidak mengetahui siapa orang yang menghubungi Genya dan mengungkapkan semua kebusukannya itu.

"Sayang, kemarilah!" Panggil Raphael kepada Genya.

Dengan cepat Genya datang menghampirinya, Raphael memberikan ponsel milik Genya kembali. Tapi dengan ekspresi wajah masam dia melemparkan ponselnya Genya hingga terjatuh ke lantai.

Layar kaca ponselnya Genya retak dan berbentuk seperti sarang laba-laba. Genya gemetar saat melihat ponselnya yang sangat ia sayangi itu sekarang rusak gara-gara di lempar oleh Raphael.