NovelToon NovelToon
Aku Dan Takdirku

Aku Dan Takdirku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yanti sihite

Miraya, nama yang begitu sangat indah pertama kali Miraya mendengar nama tersebut sejak ia kecil. Sebab nama tersebut, diberikan oleh nyonya Shabrina, seorang ibu yang begitu sangat mulia yang sering disebut si ibu panti asuhan tempat para anak-anak dibesarkan.

Namun seiring berjalannya waktu, nama itu tidak seindah yang selama ini Miraya bayangkan lagi, ia malah jatuh diambang maut hingga akhir dari perjalanan hidupnya.

"Tuhan, jika kamu izinkan aku hidup. Maka panjangkan umur ku. Tapi jika hidup ku sampai disini, tolong biarkan aku bahagia meskipun itu hanya sementara".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yanti sihite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

DDDDRRRTTTTT.. DDDDRRRTTTTT..

"Diana, kamu dimana?".

"Oh iya Mira, aku lupa memberitahu mu kalau aku sedang berada dirumah sakit".

"Rumah sakit? Sedang apa kamu disana? Bukannya tadi kamu?".

"Iya, saat aku memasuki kelas, ibu Shabrina tiba-tiba menelpon memberitahu kalau ibu berada di rumah sakit".

"Astaga! Lalu bagaimana dengan keadaan ibu?".

"Ibu Shabrina baik-baik saja. Beliau hanya kelelahan".

"Baiklah, aku akan kesana".

"Mmmmm".

Tidak lama setelah Miraya mematikan ponselnya, ia segera berlari menuju halte bus, hingga beberapa menit kemudian, bus tersebut tak kunjung tiba disana dan pada akhirnya Miraya memutuskan menggunakan taksi.

"Pak taksi" lalu ia masuk ke dalam dan tak lupa memberitahu sang supir untuk membawa ia kesebuah rumah sakit yang berada dijalan xx. "Ya Tuhan, aku tidak tau apa yang terjadi, tapi aku sangat berharap kalau Bu Shabrina baik-baik saja. Aku tidak mau kehilangan sosok ibu yang begitu sangat baik seperti dia".

Beberapa menit kemudian, akhirnya Miraya tiba di rumah sakit tersebut, lalu ia berlari menuju ruangan, hingga ia tiba disana langsung melihat Shabrina sedang terbaring lemas diatas ranjang rumah sakit.

"Kamu sudah datang Mira?" Diana melihatnya dengan tatapan sendu.

Lalu Miraya menjawabnya dengan anggukan sembari berjalan mendekati Shabrina yang sedang menutup kedua matanya.

"Ibu Shabrina juga menelpon ku".

"Kepan Mira?".

"Setelah kita berpisah, tapi sayangnya aku malah tidak menjawab panggilannya" Miraya meneteskan air mata. "Maafkan aku bu, aku tidak tau kalau...

"Jangan menangis seperti itu Mira, dokter bilang ibu Shabrina hanya kelelahan saja" ia memeluk Miraya dengan lembut. "Ibu Shabrina juga tidak akan suka kalau beliau melihat mu menangis seperti ini".

"Tapi aku.. Aku merasa sangat bersalah Diana, aku merasa kalau...

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" ucap Shabrina menghentikan kedua orang itu. "Ibu sedang butuh istirahat, kalau kalian ingin berdebat, pergilah keluar dari ruangan ini".

Namun kedua orang itu bukannya pergi keluar, mereka malah tersenyum secara bersamaan sambil memeluk Shabrina dengan penuh kebahagiaan.

"Ya Tuhan, aku tidak mau wanita kuat ini jatuh sakit, biar aku saja yang merasakannya. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengannya" Miraya semakin erat memeluk tubuh Shabrina.

"Apa yang kamu bicarakan ini gadis nakal? Kamu...

"Sshhhuuttt... Ibu jangan banyak bicara dulu" kemudian mereka tertawa bersama. "Oh iya Bu...

"Sudah.. Sudah Mira, sebaiknya kalian berdua pergi saja. Ibu sangat butuh istirahat".

"Hhhmmm" kedua gadis itu langsung cemberut seperti sedang menunjukan kekesalan mereka. "Baiklah kalau begitu, semoga ibu cepat pulih".

"Iya, kalian pulanglah".

Tidak lama begitu kedua gadis itu pergi meninggalkan ruangan Shabrina, ia pun kembali istirahat.

.

Jam 21:35 Alex tiba dikediaman keluarga Ramos.

"Alex, kamu baru pulang nak?" wanita itu adalah ibunya Alex. "Kenapa kamu terlihat begitu sangat lelah sekali? Kamu baik-baik saja sayang?".

"Mmmm, aku baik-baik saja ma".

"Tapi kenapa wajah kamu..

"Aku baik-baik saja ma" Alex memotong perkataan Lestari. "Sudah ya ma, aku mau istirahat".

"Tunggu sebentar Alex".

"Apa lagi ma?".

"Ada hal penting mau mama bicarakan dengan mu sama papa".

"Perjodohan lagi?".

Lestari langsung tersenyum, "Iya sayang, ini mengenai perjodohan kamu dengan keluarga Tekur. Ayo duduk dulu" sang ibu lalu menarik pergelangan tangan Alex duduk diatas sofa bersama dengan tuan Ramos. "Oh iya, kemarin bukannya papa sudah bicara dengan keluarga Tekur kalau perjodohan ini segera dilaksanakan".

Ramos menatap putranya, "Mmmm.. Papa sudah bicara dengan calon mertua kamu. Mereka sangat ingin sekali kalau pernikahan kamu dengan Tiara segera dilaksanakan".

Dengan nafas berat Alexander menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

"Kenapa Alex? Kamu terlihat sangat gusar sayang? Apa yang membuat mu seperti itu?".

Dan lagi-lagi Alex menarik nafas panjang, setelah itu ia berkata kalau ia akan siap menerima perjodohan tersebut asalkan mereka tidak terus menerus membahas soal perjodohan dihadapannya lagi.

"Aku sangat lelah, aku ingin istirahat".

"Iya sayang, naiklah mmmm..".

Dengan senang hati, Lestari merangkul lengan suaminya. Ia terlihat begitu sangat bahagia, sebab ia akan memiliki menantu dan juga cucu yang akan mewariskan keluarga mereka nanti.

"Oh iya pa, setelah Alex menikah, papa mau cucu laki-laki atau perempuan? Mama mau anak laki-laki. Kalau papa?".

"Sama saja ma, yang penting anak mereka lahir dengan sempurna".

"Iya sih pa, tapi mama mau anak mereka lahir anak laki-laki".

"Mama ada-ada saja".

Sedangkan Alex begitu ia memasuki kamar, ia langsung mendapatkan panggilan dari Tiara yang akan menjadi calon istrinya. Tidak menunggu lama, ia pun menjawab.

"Mmmmm?".

Tersenyum, "Alex, kamu sedang apa? dari suara mu terdengar kamu begitu sangat lelah sekali".

"Mmmmm, aku baru saja pulang dari kantor. Ada apa?".

"Aku ingin memberitahu mu, kalau hari ini aku baru saja tiba di bandara Soekarno-Hatta. Tidakkah kamu berniat untuk menjemput ku?".

Alex lalu menatap wajahnya di depan cermin, "Kenapa tidak dengan supir mu saja?".

Mendengar jawaban Alex, Tiara mendengus kesal membuat Alex langsung menyadari kalau wanita itu pasti kecewa kepadanya.

"Ya sudah kalau begitu, aku tutup dul...

"Tunggu aku disana, aku akan segera menyusul mu" Alex mematikan ponselnya, ia lalu keluar dari dalam kamar, kemudian berkata kepada sepasang suami istri yang sedang menatapnya dengan heran. "Aku ada urusan sebentar".

"Kemana sayang?".

Namun pertanyaan Lestari tidak dijawab oleh putranya itu, lalu ia melihat suaminya seperti sedang mencari jawaban melalui Ramos.

"Papa juga tidak tau ma" jawab ia melanjutkan membaca koran.

"Tapi pa, mama takut Alex kenapa-kenapa dijalan. ini sudah jam 10 malam, bagaimana bisa papa setenang itu".

"Mama, Alex itu bukan anak kecil lagi".

"Tapi pa..

"Sudah ma, sebaiknya mama istirahat saja. Nanti papa akan menyusul".

"Aaiiisss.. Anak sama papa tidak ada bedanya. Kalian berdua itu sama-sama menyebalkan tau" dengan kesal Lestari langsung pergi meninggalkan Ramos yang masih asik dengan korannya.

Hingga beberapa menit kemudian, Alex telah tiba di bandara, ia lalu mencari sosok wanita tersebut hingga kedua tangan Tiara melambai kepadanya sambil tersenyum manis.

"Alex, aku disini!".

Begitu Alex melihat, ia pun segera menghampiri Tiara.

"Aku pikir kamu tidak akan menjemput ku Alex".

"Mmmm, aku tidak mau calon istri ku kenapa-napa".

Dengan senang hati Tiara langsung memeluk tubuh Alex sambil berkata terima kasih dan tidak lupa mencium bibir Alex yang begitu sangat seksi. Namun berbeda halnya dengan Alex, ia malah melepaskan ciuman tersebut, dan berkata kepada Tiara agar wanita itu tidak melakukannya di depan umum.

"Kenapa?" Tiara pura-pura tidak merasa bersalah sambil melihat sekeliling mereka. "Lagian, apa perduli kamu dengan mereka?".

"Ayo, aku akan mengantar mu pulang".

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!