Aku Dan Takdirku

Aku Dan Takdirku

Draft

Tok... Tok...

"Masuk!".

Ceklek

"Dokter?" seorang pria berpakaian hitam putih berjalan menghampiri mereka dengan senyum mengembang diwajahnya. "Dok, apa ini anak kami?".

"Iya, selamat atas kelahiran putrinya" jawab sang dokter melihat si perawat memberikan putri mungil tersebut ditangan kedua orang tuanya. "Hanya saja...

Sepasang suami istri itu langsung melihat kepadanya, "Ada apa dok?" tanya si istri dengan mimik wajah khawatir melihat si dokter seperti sedang ingin memberitahu sesuatu yang membuat hati dan pikirannya terganggu. "Ada apa dok? Ada apa dengan putri kami? Dia baik-baik saja kan dok?".

Tersenyum, namun setelah itu sang dokter berjalan mendekati kedua pasutri tersebut. Kemudian melirik bayi mungil mereka, "Dengan berat hati saya harus memberitahu kepada ibu dan bapak, kalau bayi ini...

"Kenapa dok? Tolong jangan buat kami khawatir".

"Seperti yang saya lihat, bayi ini mengalami gagal jantung".

Duuuaaarrrrrr

Bagaikan disambar petir, sepasang suami istri tersebut langsung menangis histeris begitu mereka mendengar perkataan sang dokter kalau keadaan putri mereka sedang tidak baik-baik saja.

"Tapi ini masih prediksi saya" ucap sang dokter itu kembali. "Saya harap ibu dan bapak tidak perlu khawatir dan juga banyak-banyak berdoa, agar bayi mungil ini tidak kenapa-kenapa. Untuk lebih memastikan, silahkan ibu dan bapak membawa anak ini setelah 3 bulan kemudian" ia mencoba menenangkan mereka. "Kalau begitu, kami permisi".

Tidak lama begitu mereka keluar, "Sayang, aku tidak mau anak ini. Aku tidak mau menerima anak ini" ucap sang istri dengan air mata yang terus menerus berderai. "Bagaimana kalau sampai kedua orang tua kamu tau, bahwa anak ini mengalami gagal jantung? Mereka pasti akan sangat marah besar sayang? Mereka pasti akan mengutukku dan mengatai aku menantu tidak berguna hiks.. Hiks..".

"Lalu apa yang harus kita lakukan sayang? Bayi ini tidak berdosa, dia sama sekali tidak tau apa-apa".

"Pokoknya aku tidak mau tau sayang, aku tidak mau menerima kenyataan ini. Aku tidak mau papa dan mama kam... Aarrrkkhhh, kenapa harus seperti ini? Kenapa ini harus terjadi kepada ku aarrrkkhhh.. Apa salah ku? Dosa apa yang sudah aku lakukan sehingga aku harus menerima kenyataan ini hiks..".

"Sayang!" dengan erat sang suami memeluk istrinya. "Mau bagaimana pun anak ini anak kita, anak yang selama ini kita nanti-nantikan. Aku tidak akan perduli dengan kedua orang tua ku. Aku berjanji sayang kalau aku akan berjuang untuk mempertahankan putri kita".

"Sayang...

"Sshhhuuttt... Kamu tidak usah berpikir sampai sejauh itu sayang. Tugas kita saat ini hanyalah banyak berdoa semoga anak ini...

"Tidak sayang! Kamu dengar sendiri kan apa kata dokter tadi? Anak kita.. Anak kita mengalami bocor jantung. Terus, begitu kabar ini sampai ditelinga papa dan mama kamu. Semua akan berakhir, mereka pasti akan sangat membenciku, bahkan mereka akan memaksa mu untuk menceraikan aku sayang aarrrkkhhh hiks.. hiks..".

"Terus mau kamu sekarang apa?" dengan berat hati sambil menarik nafas dalam-dalam sang suami bertanya kepada istrinya.

"Aku mau kamu mengganti anak ini".

"Apa?".

"Tidak ada jalan lain, kamu harus mengganti bayi ini dengan bayi yang sempurna. Aku mohon, tolong dengarkan aku sekali ini saja, aku tidak mau menerima bayi ini. Apapun yang terjadi, kamu harus mengganti bayi ini sebelum papa sama mama tiba di Indonesia".

"Baiklah kalau itu mau kamu, aku harap kamu tidak akan menyesalinya".

Tersenyum, "Terima kasih sayang, terima kasih banyak".

*

3 hari kemudian di sebuah pantai asuhan, tiba-tiba seorang wanita paruh baya melihat bayi mungil yang begitu sangat menggemaskan tergeletak diatas meja dengan pakaian hangat membuat ia langsung melihat sekelilingnya.

"Astaga! Siapa yang sudah menaruh bayi ini disini?" ia masih mencoba mencari sosok yang sudah menaruh bayi tersebut disana. Namun ia tak kunjung menemukan, hingga akhirnya ia membawa bayi tersebut masuk ke dalam rumah.

"Ibu? Itu apa yang ibu bawa?".

"Iya Bu, itu apa?".

Wanita paruh baya tersebut tersenyum yang tak lain adalah Sabrina, ibu si pemilik panti asuhan.

"Bayi" jawabnya melihat mereka.

"Apa? Bayi?" mereka sedikit kaget. "Bayi siapa Bu? Lalu dimana orang tua bayi itu?".

"Ibu tidak tau. Ibu hanya menemukan bayi ini tergeletak diatas meja yang ada di taman".

Dengan raut wajah sedih mereka melihat si bayi mungil tersebut, "Kasihan sekali, kenapa bayi mungil ini harus merasakan kesedihan yang kita rasakan Bu. Bahkan, disaat dia dewasa nanti, dia tidak akan mengetahui siapa orang tuanya".

Sabrina tersenyum, "Begitulah takdir manusia! Tidak semua orang bisa merasakan kehangatan kedua orang tuanya. Kalian juga jangan terus menerus berkecil hati, sebab kalian semua begitu sangat sempurna dimata Tuhan".

Mereka tertawa, "Ibu Sabrina bisa saja menghibur kami. Terus, ibu akan memberinya nama siapa?".

"Miraya, ibu akan memberikan nama itu. Nama yang begitu sangat indah bukan?".

"Iya bu, Miraya nama yang begitu sangat indah".

"Mmmm, semoga nama itu akan selalu melindungi dia sampai dewasa nanti".

"Amin".

*

20 tahu kemudian..

"Mira! Mira! Kamu dimana?" Diana mencoba mencari sang pemilik nama tersebut. "Ya ampun, anak itu ada dimana sih? Udah tau ini sudah hampir jam 8 pagi, tapi dia belum juga...

"Diana! Aku disini" dengan wajah sedikit tertawa Miraya melambaikan tangan kepada Diana yang sudah kesal menunggu dirinya.

"Ya ampun Mira, kamu dari mana saja sih? Kamu enggak lihat...

"Aku tau dan aku minta maaf hehehehe.. Tadi aku ada urusan sebentar".

"Urusan apa?".

"Nanti aku cerita, sekarang ayo kita berangkat sebelum kita berdua benar-benar akan terlambat".

"Tapi tunggu sebentar".

"Apa?".

"Ibu Shabrina" jawab Diana melihat sekeliling mereka. "Tadi ibu Shabrina begitu sangat buru-buru sekali, tapi aku tidak tau ibu itu mau pergi kemana".

"Oh, paling ibu Shabrina mau pergi ke pasar atau tidak ibu itu mau bertemu keluarga atau teman-temannya gitu".

"Mmmm, mungkin saja kali yah. Ya sudah, ayo kita pergi".

"Ayo".

Tidak lama begitu kedua orang itu tiba di kampus, mereka pun langsung berpisah menuju ruangan mereka masing-masing. Namun Miraya bukannya memasuki kelas, ia malah berjalan menuju kantin, sebab ia tiba-tiba merasa lapar.

"Sebentar saja Mira, kamu harus mengisi perut dulu sebelum masuk ke dalam ruangan itu" ucapnya dalam hati.

Kemudian Miraya mengambil salah satu kursi yang berada di bagian pojok kantin, lalu ia memesan makanan dan minuman yang selalu ia pesan setiap kali ia memasuki kantin tersebut.

"Oh iya Bu, Mira minta tolong yah pesanan Mira sedikit di percepat hihihihi" dengan wajah tidak enak ia menunjukkan gigi ratanya.

"Iya Mira, tidak apa-apa. Ibu akan segera membuat pesanan kamu".

"Hehehehe.. Terima kasih Bu".

Lalu si pelayan kantin pergi meninggalkan Mira, kemudian Miraya mencoba mengeluarkan ponselnya dari dalam tas sembari melihat kearah sekeliling kantin dengan wajah linglung hingga berselang 10 menit kemudian.

"Ekh, tuan muda!" dengan senyuman, wanita yang biasa duduk di kursi kasir begitu sangat manis menyambut pria yang baru saja memasuki kantin tersebut. "Silahkan duduk tuan! Mau pesan apa? Pelayan kami akan segera membawa pesanan tuan".

"Tuan?" Miraya bergumam dalam hati. "Siapa pria itu? Kenapa dia memanggilnya dengan sebutan tuan?".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!