NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sisi lemah Kavi

Sambil menunggu Kavi siuman, Savinna memutuskan untuk pergi ke dapur, menyiapkan bubur untuk Kavi makan setelah laki-laki itu siuman nanti.

"Ram, gue pinjam bahan-bahan masakan lo yang ada di kulkas dulu ya, nanti gue ganti," izin Savinna sebelum ia mulai memasak.

"Pakai aja sih, Kak. Gak usah diganti segala, Kavi kan masih saudara gue juga," balas Rama santai.

"Okey, thanks."

Sambil menemani Savinna memasak, Rama terlihat sesekali menggulir layar ponselnya, "Gue gak sadar kalo cewek yang ditembak Kavi waktu itu tuh elo, Kak," ucap Rama memecah keheningan.

"Jadi, berita soal Kak Fazriel nembak gue itu udah sampai ke telinga lo juga?" tanya Savinna.

"Iya, cuma gue gak terlalu peduli soal itu sih. Gue bahkan gak sempat buat ngestalk ceweknya."

"Sesibuk itu kah?"

"Hahaha, bukannya sibuk sih, lebih tepatnya gue cuma gak mau ikut campur urusan orang lain," ungkap Rama.

"Bagus sih kalo kayak gitu, jarang ada loh cowok yang gak mau ikut campur urusan orang lain, apalagi menyangkut tentang cewek."

Tapi seandainya gue tau kalo ceweknya itu elo, gue pasti langsung cari tau lah, Kak, batin Rama.

"Kalo lo gue tinggal sendiri gapapa? Gue mau nungguin Kavi lagi nih, takutnya dia siuman disaat kita berdua lagi gak ada disana."

"Oh iya, gapapa ... lo temenin Kak Fazriel aja. Kalo dia udah siuman pas gue masih masak, jangan kasih tau ke dia dulu ya, soal keberadaan gue," pinta Savinna yang langsung diangguki oleh Rama.

Setelah itu, rama pun kembali ke kamarnya untuk memeriksa kondisi Kavi. Dan feelingnya benar-benar tepat, saat itu Kavi terlihat sudah siuman dan menoleh ke arah Rama yang baru saja datang.

Rama pun bergegas menghampiri Kavi, "Alhamdulillah, lo udah siuman."

"Wangi apa sih ini? Kok enak banget?" tanya Kavi dengan nada yang lemas.

Apa dia siuman setelah mencium aroma masakan dari Kak Savi? batin Rama bertanya-tanya.

"Wangi apa sih? Gue gak nyium apa-apaan tuh," ucap Rama berpura-pura tidak tahu.

Kavi mengerutkan dahinya sambil terus mengendus-endus memastikan indra penciumannya masih berfungsi dengan baik, "Masa lo gak nyium ada wangi masakan gini sih?" tanya Kavi heran.

"Lo kan tau di rumah gue gak ada siapa-siapa, mana mungkin ada yang masak?" tanya Rama mulai menakut-nakuti Kavi.

"Iya juga, hantu-hantu di rumah lo, gue lihat-lihat gak ada yang punya bakat masak sih," ucap Kavi yang memang memiliki kelebihan dalam hal melihat makhluk tak kasat mata.

Rama pun langsung merinding setelah mendengar Kavi bicara seperti tadi, karena ia tahu betul sepupunya itu benar-benar seorang indigo, "Sialan lo, kok jadi gue yang takut sih?"

Kavi pun tertawa puas setelah berhasil menakuti sepupunya itu, "Gue lapar nih, Ram. Boleh tolong pesenin makanan?"

"Tapi gue gak pegang uang, Kav."

"Pakai uang gue nih, pesan yang murah-murah aja, gue mau hemat soalnya."

"Lo gak usah makan lah, makanan yang tadi aja gue buang. Nanti kalo makanannya dibuang lagi kan jadi mubazir lagi!" omel Rama.

Wajah Kavi pun terlihat memelas setelah itu. Tubuhnya juga terlalu lemas untuk berdebat dengan Rama. Alhasil, Kavi memilih untuk diam hingga Savinna datang dengan semangkok bubur dan segelas teh hangat.

"Gimana, Ram? Kak Fazriel udah bangun?" tanya Savinna sembari memasuki kamar Rama. Gadis itu tampaknya belum menyadari jika Kavi sudah membuka matanya sejak tadi.

"Tuh, lihat aja sendiri," jawab Rama singkat.

Kavi pun langsung membulatkan matanya saat melihat kedatangan Savinna, "Savinna?" panggilnya lirih.

Savinna pun langsung menoleh ke arah Kavi saat itu juga, "Eh, Kak Fazriel udah bangun?" sapa Savinna dengan antusias.

"Kamu kok ada disini?" tanya Kavi lemas.

"Gue tinggal ke depan dulu deh ya," pamit Rama sebelum laki-laki itu pergi meninggalkan kamarnya sendiri. Rama seolah sengaja memberikan ruang privasi untuk mereka berdua.

"Savinna kok ada disini?" Kavi kembali mengulangi pertanyaannya yang belum sempat Savinna jawab sebelumnya.

"Kak Fazriel tadi pingsan dan aku mutusin buat datang kesini. Kebetulan, aku juga udah lumayan kenal sama Rama."

Kavi mengerutkan dahinya, "Kenal dari mana?" tanya Kavi penasaran.

"Kebetulan Rama itu temen dekatnya tetangga aku yang baru, Kak. Dan aku udah beberapa kali ketemu sama Rama dan kita berdua udah sempat kenalan juga."

"Hmm.." Kavi hanya berdeham merespon penjelasan dari Savinna barusan. Walaupun Kavi tidak bilang pada Savinna kalau dirinya tengah cemburu, tapi Savinna bisa melihat dengan jelas kecemburuan itu melalui perubahan ekspresi wajah Kavi pada saat itu.

"Kenapa ekspresinya berubah?" goda Savinna.

"Gapapa tuh."

Savinna pun terkekeh dengan jawaban dari Kavi yang seolah sengaja dibuat sejutek mungkin, "Mam dulu ya, biar cepat sembuh."

Kedua pipi Kavi langsung memerah saat itu juga. Kavi benar-benar tidak bisa menahan senyumannya yang hendak merekah, kenapa cara ngomongnya begitu sih? Kan jadi kelihatan makin lucu! gemas Kavi dalam hati.

"Ayo, duduk dulu," pinta Savinna sambil menarik-narik tangan Kavi.

"Kak Fazriel masih lemas, Sav. Kepala Kak Fazriel juga masih pusing banget nih."

Savinna pun percaya akan hal itu setelah melihat wajah Kavi yang memang masih sangat pucat dan suaranya yang juga terdengar sangat lemas. Dengan akal cerdiknya Savinna mengambil bantal lain lalu mengangkat kepala Kavi perlahan-lahan sebelum ia menambahkan sekitar dua bantal lagi untuk menyangga kepala Kavi agar posisinya kepalanya tidak terlalu rendah.

Kavi pun sempat terdiam selama beberapa saat saking syoknya dengan perlakuan Savinna yang begitu telaten dalam menanganinya. Kavi juga sempat dibuat gerogi lantaran wajahnya seolah dihadapkan langsung oleh pundak Savinna. Bahkan Kavi bisa mencium aroma parfum yang melekat di tubuh Savinna saat itu.

"Savinna kok wangi banget sih?" tanya Kavi disertai dengan senyuman usilnya membuat Savinna merasa malu.

"Gak boleh gitu ih!" rengek Savinna dengan rona merah di kedua pipinya.

Kavi pun kembali dibuat gemas oleh pacarnya itu. Kehadiran Savinna disana benar-benar membuat Kavi merasa lebih baik dari pada sebelumnya. Intinya, Savinna adalah sumber kebahagiaan Kavi untuk hari ini dan mungkin seterusnya.

"Buburnya enak banget, Kak Fazriel suka deh," puji Kavi setelah ia berhasil menghabiskan semangkok bubur buatan Savinna. Savinna pun sama sekali tidak menyangka jika Kavi akan menghabiskan bubur yang sengaja dibuat satu porsi penuh itu.

Savinna pun tersenyum dengan kedua mata yang ikut tersenyum, "Alhamdulillah kalo Kak Fazriel suka, aku jadi ikutan senang lihat Kak Fazriel lahap banget makannya. Aku tadi sengaja masukin udang ke dalam buburnya karena Rama bilang Kak Fazriel suka udang."

"Kamu diam-diam selalu cari tau tentang kesukaan Kak Fazriel ya?"

"Bukan cuma kesukaan, tapi juga masa lalu Kak Fazriel dan segala hal tentang Kak Fazriel."

Degh!

"Kamu tanya-tanya soal apa aja ke dia?" tanya Kavi sedikit panik. Kavi sangat takut jika Savinna mengetahui tentang masalalunya yang kelam dan ikut menghakimi dirinya sebagai penyebab kematian Rania, sama seperti yang Anton lakukan selama ini padanya.

"Banyak ... salah satunya tentang konflik yang selama ini Kak Fazriel alami. Lebih tepatnya konflik antara Kak Fazriel dengan Om Anton."

Kavi memejamkan matanya perlahan sambil menghela napas lemas, "Kak Fazriel bukan pembunuh, Sav.." jelas Kavi seolah takut Savinna akan salah paham padanya.

Melihat ekspresi kecemasan yang timbul di wajah Kavi, Savinna pun langsung membelai lembut kepala Kavi sambil menyisir rambut Kavi menggunakan jemarinya, "I know," ucapnya lembut menenagkan Kavi. "Aku sama sekali gak nyalahin Kak Fazriel atas insiden waktu itu. Aku pun yakin semua ini udah jadi takdir dari tuhan. Jadi, jangan pernah menyalahkan diri Kak Fazriel sendiri ya?" lanjutnya.

"Tapi Papa selalu nyalahin Kak Fazriel, Sav. Papa yang buat Kak Fazriel jadi selalu ngerasa bersalah selama ini," adu Kavi dengan suara yang gemetar menahan tangis.

Sejujurnya, Savinna juga sedih saat mendengar suara Kavi yang gemetar menahan isak tangisnya yang hampir pecah, tapi Savinna berusaha untuk tetap tersenyum dan menghibur kekasihnya itu, "It's okey..." kali ini tangan Savinna beralih untuk membelai pipi Kavi. "Mau satu dunia menyalahkan Kak Fazriel atas kejadian itu, aku bakal tetap disini ... di samping Kak Fazriel dan aku gak akan biarin Kak Fazriel ngerasa sendirian atau bahkan benar-benar ninggalin Kak Fazriel sendirian."

Kavi sangat terharu setelah mendengar itu, saking terharunya, Kavi sampai tidak bisa membendung air matanya lagi. Kavi yang saat itu sudah dalam posisi duduk berusaha untuk mengalihkan pandangannya agar Savinna tidak melihat tangisannya. Tapi, Savinna malah menarik tengkuk Kavi dan membenamkan wajah Kavi ke pundaknya. Savinna juga mengusap punggung Kavi berusaha untuk menenangkan kekasihnya itu. Kavi tentu saja tidak ingin mengotori baju Savinna dengan air matanya, alhasil Kavi sempat menarik mundur tubuhnya sendiri untuk menjauh dari Savinna.

Namun tampaknya Savinna tidak membiarkan hal itu terjadi karena ia seolah menahan Kavi untuk tetap berada pada posisinya itu, "Nangis yang keras, Kak. Tumpahin semua air mata Kak Fazriel di pundak aku. Panggil aku kapan pun Kak Fazriel butuh tempat buat cerita atau bahkan numpahin tangisan kayak sekarang gini. Aku selalu siap, kapan pun Kak Fazriel butuh aku."

Tangisan Kavi pun semakin pecah. Laki-laki itu kini mulai melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Savinna yang ramping. Kavi memeluk tubuh mungil Savinna erat-erat seolah tidak ingin kehilangan gadis itu sama sekali.

"Makasih ya, Kak Fazriel udah jadi alasan aku buat selalu tersenyum. Aku harap, Kak Fazriel selalu ada disini sama aku sampai kita berdua bisa jadi partner hidup yang sebenarnya. Jangan tinggalin aku sendirian ya, Kak," Savinna sampai ikut meneteskan air matanya juga setelah mengatakan itu. Savinna berharap jika kata-katanya barusan menjadi bahan pertimbangan untuk Kavi agar ia menghilangkan rencana buruk untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!