NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Si Culun

Mengandung Benih Si Culun

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:102.7k
Nilai: 5
Nama Author: Reni mardiana

Ayu Lestari, seorang wanita yang harus rela pergi dari rumahnya saat warga mengetahui kehamilannya. Menghabiskan satu Malam dengan pria yang tidak di kenalnya, membawa petaka dan kemalangan pada Ayu, seorang wanita yang harus rela masa depannya terenggut.

Akankah Ayu menemukan siapa ayah bayi yang di kandungnya? bagaimana reaksinya saat mengetahui bahwa pria yang menghamilinya adalah seorang pria yang di kenal culun?

Penasaran kan? yuk ikuti terus kisahnya sampai akhir ya, jangan lupa tambahkan subscribe, like, coment dan vote nya. 🤗🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemana Ayah?

“Nahkan, apa saya bilang. Ternyata benar dugaan saya kalau Ayu itu memang wanita murahan. Buktinya dia berbadan dua. Nikah aja belum udah hamil, malu-maluin. Cihh, dasar sampah masyarakat!”

Tetangga 1 selalu berhasil menjadi provokator para warga, sehingga semua orang langsung menyerang Ayu dengan kata-kaya yang begitu menyakitkan.

“Ini, Bu Sari, ini yang Ibu bilang anak baik-baik, hahh? Hamil di luar nikah kok, baik. Apa jangan-jangan dulu ibu hamil mereka di luar nikah, iya!”

Bantah tetangga 2 yang selalu menambahkan bumbu di dalam masalah supaya semua orang menatap jelek keluarga Ayu.

“Cukup, hentikan! Ini buka salah Ibu, Bapak, ataupun Kakak saya. Tapi ini murni kesalahan saya. Semua itu terjadi karena kecelakaan bukan karena saya menyerahkan tubuh saya sendiri. Jadi saya mohon sama kalian semua jangan menghakimi keluarga saya!”

Sekian lama Ayu berdiam diri menerima semua hinaan itu, akhirnya dia berani melawan semua orang demi melindungi nama baik keluarga yang sudah dihancurkan.

“Alaahh, omong kosong! Mana ada maling teriak maling. Dasar murahan! Berani dibayar berapa kamu sama pria itu, hahh? Atau kamu jadi simpanan om-om hahah ….”

Ledekan yang terdengar seperti hinaan itu berhasil melukai hati Ayu yang sangat dalam. Sari yang tidak kuat mendengar cacian itu hampir saja jatuh pingsan jika bukan Dika yang siap siaga memapah ibunya untuk duduk di dekat sang ayah.

“Hentikan semua ini saya mohon! Kalian semua tidak tahu apa-apa jadi jangan pernah berkata kasar tentang adik saya. Kalian hanya orang luar, sedangkan kami yang tahu Ayu dari kecil jadi tidak seharusnya kalian menghakimi dia seolah-olah kalian adalah orang yang paling suci!”

“Demi apa pun saya percaya dengan adik saya sendiri. Kejadian ini pasti bukan karena adik saya yang bersalah, melainkan karena pria itu yang sudah memaksanya. Benar ‘kan, Dek? Katakan sama Kakak dan kasih tahu alasan kenapa kamu bisa sampai seperti ini. Kakak yakin kamu tidak bersalah, jadi jangan takut. Kakak akan selalu ada bersamamu!”

Pembelaan dari Dika untuk sang adik benar-benar tidak tanggung-tanggung, walaupun dia tahu apa yang dilakukan Ayu salah tetap saja tidak membuatnya langsung tutup telinga.

Dengan semua penyesalan, kesalahan, juga kesedihan yang sangat berat dijalani oleh Ayu. Dia langsung berlutut di depan kedua orang tuanya.

“Bu, Pak, ma-maafin Ayu. Ayu tidak berniat membuat kalian kecewa, tapi jujur i-ini semua bukan sepenuhnya salah Ayu. Ini murni karena kecelakaan yang Ayu sendiri tidak tahu siapa pria itu. Ayu mohon maafkan Ayu, Bu, Pak. Jika kalian marah, kecewa pukul Ayu, pukul. Ayu memang pantas dihukum. Cu-cuma jangan pernah kalian benci Ayu. Ayu sayang sama Ibu dan Bapak, tidak mungkin aku sengaja melakukannya. Ayu minta maaf, Bu, maaf … Pak, maafin Ayu hiks ….”

Kata maaf tak henti-hentinya Ayu ucapkan lantaran sudah mencemari nama baik keluarga. Tidak lupa Ayu juga mencium kedua kaki orang tuanya untuk meminta ampun atas apa yang telah terjadi padanya.

Baru pertama kali Ayu melihat Satyo menangis hanya karena ulahnya. Selama ini sang ayah selalu tegas, tegar, juga tidak pernah sekecewa ini bila sang anak melakukan kesalahan.

Cuma kali ini kesalahan Ayu sudah sangat fatal dan tidak bisa ditoleransi. Meski rasanya sangat berat dia tetap pasrah dengan nasibnya sendiri.

“Kenapa kamu tega melakukan ini sama Bapak dan Ibu, Yu. Kenapa? Apa salah kami sampai kamu melukai hati kami. Jika kami salah beritahu kami, tapi jangan hukum kami seperti ini. Kami tidak kuat, Yu. Hati kami sakit hiks ….”

Satyo memukul dadanya membuat Ayu semakin merasa bersalah. Dia menahan tangan sang ayah sambil menggelengkan kepalanya karena tidak ingin sesuatu terjadi pada kedua orang tuanya.

“Anak siapa yang ada di perutmu, Yu? Katakan sama Ibu apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, hem? Kenapa kamu jahat sama kami, Nak, kenapa!”

Sari menatap anaknya penuh kekecewaan karena tidak menyangka Ayu bisa melakukan hal menjijikan itu. Rasanya sang ibu tidak percaya anak yang dibesarkan penuh kasih sayang kini menjadi anak yang tidak memiliki harga diri.

Ayu menatap orang tuanya, kemudian menenangkan hati untuk mengingat kejadian yang berulang kali berusaha dilupakan.

Gadis itu menahan emosi ketika tubuhnya sedikit gemetar demi menjelaskan kejadian pada malam tersebut sejujur-jujurnya.

Tidak ada kebohongan yang Sari dan Satyo lihat dari kedua mata putrinya. Air mata yang mengalir deras membuat sang ibu tak kuasa mendengar penderitaan yang telah Ayu alami.

Sari memeluk Ayu bersama Satyo. Mereka menangis bersama karena baru mengetahui nasib buruk yang menimpa sang anak.

“Maafkan Bapak dan Ibu, Yu. Bapak tidak tahu jika sesungguhnya kamulah korban dari kekejaman itu. Bapak pikir kamu melakukannya dengan keinginan sendiri, nyatanya kamu malah dijebak oleh orang yang bertanggung jawab. Sekali lagi maafkan Bapak, Yu, Bapak khilaf sudah menyalahkanmu maaf hiks ….”

“Ibu juga minta maaf, Yu. Ibu telah berpikir buruk tentang kamu. Sekarang Ibu yakin kamu memang anak Ibu yang baik. Kamu tidak melakukannya, tetapi kamu rela menerima takdir ini sebagai jalan hidupmu. Maafkan Ibu, Yu, maaf hiks ….”

“Tidak, Bu, Pak. Kalian tidak salah. Ini salah Ayu. Ayu yang sudah membuat kalian kecewa. Ayu minta maaf hiks ….”

Sorakan demi sorakan dari para warga membuat Pak RT selalu berusaha menenangkan demi memberikan waktu kepada Ayu dan keluarganya.

Akan tetapi, suasana semakin memanas membuat Pak RT dengan berat hati meminta izin kepada Sari dan Satyo untuk mengusir Ayu dari kampung ini.

“Sebelumnya saya selaku ketua RT meminta maaf atas ketidaknyamanan ini, Bu Sari, Pak Satyo. Namun saya tidak bisa menahan Ayu lebih lama lagi. Ayu harus keluar dari sini dan tidak boleh menginjakkan kaki di kampung ini lagi.”

Satyo dan Sari melepaskan pelukan Ayu lantaran terkejut mendengar perkataan ketua RT. Mereka tak menyangka setelah mendengar penjelasan itu sang anak tetap harus meninggalkan kampung kelahiran.

Pak RT melakukan itu bukan karena tidak memiliki hati nurani, melainkan semua ini demi ketentraman warga yang dari tadi sudah mengamuk karena perbuatan gadis itu.

Padahal di dalam hati Pak RT ingin sekali menahan Ayu lantaran tidak tega akan nasib malang yang menimpanya. Apa lagi kejadian itu membuat Ayu menjadi korban ketidak tanggung jawaban dari pria tersebut.

“Tidak bisa. Saya mohon sama kalian semua terutama Pak RT untuk tidak mengusir adik saya. Kalian tidak dengar tadi Ayu ngomong apa. Di sini Ayu yang jadi korbannya, jadi kalian tidak boleh mengusirnya sebab bukan Ayu yang bersalah, tapi pria itu! Kalau perlu saya akan cium kaki kalian satu persatu asalkan kalian tidak menghakimi Ayu lagi. Saya mohon, saya mohon!”

Dika yang tidak terima membela habis-habisan sang adik. Dia memohon sambil bersujud di depan RT maupun warga setempat.

Hanya saja permohonan itu tidak digubris membuat beberapa warga langsung masuk ke dalam dan menyeret paksa Ayu untuk keluar dari kampung. Sementara Sari, Satyo, serta Dika ditahan oleh beberapa warga untuk tidak menolong gadis malang itu.

“Cepat keluar dari kampung ini. Saya tidak mau kampung ini tercemar!” pekik seorang pria yang sudah memegang tangan Ayu bersama pria lainnya.

“Nggak, Ayu nggak mau keluar dari sini. Ayu mau sama Ibu, Bapak, dan Kakak. Ayu nggak mau jauh dari mereka. Ayu nggak mau hiks ….”

“Tidak bisa. Cepat ikut kami! Kampung kamu tidak terima wanita hamil di luar nikah sepertimu. Jadi cepat keluar dari sini, ayo!” bentak pria lain.

“Nggak mau, nggak mau. Lepaskan, lepaskan Ayu. Ayah, Ibu, tolong Ayu, tolong hiks ….”

Isak tangis keluarga pecah ketika melihat Ayu diperlakukan tidak baik oleh semua orang, padahal sudah jelas gadis itu tidak bersalah. Namun bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur dan keluarga tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ayuu ….”

Teriak Sari, Satyo, dan Dika secara bersamaan karena tidak bisa menahannya lantaran mereka juga ditahan oleh warga lainnya untuk tidak menolong Ayu.

Setelah Ayu pergi Dika yang merasa khawatir melihat adanya celah langsung berlari kencang sekuat tenaga untuk mencari sang adik.

“Dek, di mana kamu? Dek!”

Dika berteriak sepanjang jalan kampung sambil melirik ke arah kanan dan kiri. Sampai akhirnya dia menemukan Ayu telah duduk di bawah pohon dekat berbatasan kampung.

“Ayu!” teriak Dika yang merasa senang masih bisa bertemu adiknya. Dia berlari kemudian memeluknya sangat erat.

“Maafkan Kakak, Dek. Maaf hiks ….”

“Kakak nggak salah. Ini salah Ayu. Ayu yang seharusnya minta maaf sudah mencoret nama baik semua. Ayu minta maaf, Kak. Mungkin ini sudah takdir Ayu hidup penuh hinaan,” jawab Ayu di dalam pelukan sang kakak.

“Tidak, Dek. Kamu nggak boleh ngomong begitu. Kakak percaya kamu adik Kakak yang terbaik. Jadi, Kakak mohon bersabarlah. Kakak akan bantu kamu dan anakmu. Percaya sama Kakak, percaya. Oke!” tegas Dika melepaskan pelukannya, kemudian memegangi kedua rahang sang adik.

“Kakak salah. Ayu bukan orang baik. Benar kata mereka. Ayu sudah kotor. Ayu sampah masyarakat dan Ayu wanita murahan. Seandainya anak ini tidak ada mungkin Ayu tidak akan diusir dari kampung kita. Dasar pembawa si*al arrghh … Hiks ….”

Ayu memukul perutnya sendiri merasakan jika dunia yang dimilikinya sudah hancur akibat kehadiran anak di dalam perutnya itu.

“Cukup, Dek. Cukup! Jangan salahkan anak itu. Ingat, dia tidak bersalah. Bapaknyalah yang bersalah karena tidak bertanggung jawab. Percayalah, Dek. Kelak anak itu akan memberimu kebahagiaan sebagai ganti rasa sakitmu ini. Jadi Kakak mohon banget sama kamu. Tolong jaga ponakan Kakak. Jangan sakiti dia karena begitu-begitu juga itu anakmu, darah dagingmu. Mengerti?”

Dika benar-benar paham isi hati adiknya. Dia berusaha menguatkan Ayu untuk tidak melakukan apa pun terhadap keponakannya.

Setelah Ayu tenang, mengerti keadaan Dika membawanya ke panti asuhan. Pria itu menitipkan sang adik di sana serta memberikan alasan yang sejujur-jujurnya kepada ibu panti.

Bersyukurnya Dika karena Ayu telah diterima di panti membuat hatinya lega. Mungkin untuk saat ini sang adik jauh lebih aman berada di sana, sehingga keluarga bisa menjenguk setiap hari ataupun setiap bulan.

“Terima kasih, Ibu Panti. Terima kasih, Kak. Kalian sudah baik sama Ayu dan menerima Ayu meski kondisi Ayu seperti ini. Sekali lagi maafkan Ayu, Kak. Sampaikan maaf juga untuk Bapak dan Ibu di rumah. Bilang sama Mereka Ayu baik-baik saja di sini.”

Sang kakak mengangguk memeluk adiknya membuat ibu pantis tersenyum kecil. Baru kali ini ada keluarga yang begitu peduli, meskipun Ayu melakukan salah. Namun keluarganya selalu mendukung bukan malah menyalahkan atau menghakimi seperti warga di kampung.

Selesai urusan Ayu. Dika pergi kembali ke rumah untuk memberikan kabar ini kepada kedua orang tua yang pasti sangat mengkhawatirkan kondisi sang putri.

Ingin sekali Ayu menahan Dika, tetapi dia harus tetap harus kuat menjalani hukuman ini sebagai pertanggungjawaban atas ap yang sudah terjadi.

Kesalahan itu mungkin bukan sepenuhnya salah Ayu. Cuma dia juga harus bertanggung jawab demi menjaga serta membesarkan sang anak.

Jika Ayu tidak bisa menjadi anak yang baik untuk Sari juga Satyo. Setidaknya kelak dia bisa menjadi ibu terbaik bagi anak yang ada di dalam kandungannya.

*****

6 tahun telah berlalu. Ayu telah berhasil melahirkan seorang putra yang tampan dan pintar dengan usia 5 tahun dan diberi nama Raja Maheswara.

Anak itu tumbuh menjadi seorang pangeran kecil yang tangguh, cerdas, cerewet, juga ramah terhadap siapa pun.

Raja adalah obat dari segala sakit yang Ayu hadapi di masa lalu, hingga sekarang mereka telah memiliki kehidupan yang jauh lebih layak.

“Bunda, apa Ayah sudah kembali dari tugasnya? Bunda bilang Ayah akan segera kembali kalau sudah menjadi orang sukses. Kok, sampai sekarang Ayah belum juga menemui kita? Apa Ayah belum sukses?”

Pertanyaan itu selalu keluar dari mulut Raja yang sangat cerewet itu. Ya, walaupun sang anak berusaha 5 tahun, tetapi dia sudah pandai berbicara tanpa cadel sedikit pun.

Ayu bingung harus menjawab apa karena sudah kehabisan kata-kata untuk memberikan alasan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya.

Rasanya lelah hati Ayu ketika terus menerus membohongi Raja demi menutupi statusnya. Hanya saja tidak ada cara lain karena dia sendiri pun masih mencari jawaban itu yang tidak tahu sampai kapan akan terjawab.

Seakan-akan takdir sedang bermain petak umpet karena sampai detik ini hidup mereka masih terus selimuti oleh masa lalu yang misteri.

*****

Bersambung.

1
jaran goyang
𝒍𝒂𝒂𝒂𝒌𝒐𝒐𝒐𝒓𝒓𝒓𝒓 𝒂𝒏𝒋𝒊𝒈....𝒈𝒌 𝒑𝒏𝒚 𝒉𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒓𝒊 𝒌𝒂𝒖 𝒏𝒚.... 𝒎𝒊𝒏𝒖𝒔 𝒐𝒕𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒖.... 𝒌𝒍𝒐 𝒏𝒚𝒕 𝒉𝒃𝒔 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒒 𝒃𝒌𝒏
jaran goyang
𝒈𝒂𝒔 𝒌𝒏 𝒚𝒖....𝒋𝒈𝒏 𝒎𝒖𝒅𝒉 𝒅𝒊 𝒕𝒏𝒅𝒔
Soraya
smoga sehat kembali ya thor lanjut
Soraya
si culun ada ada aja
sholeha
hajar ya pelkor tu
kaylla salsabella
semoga author cepat sehat
dan bisa update lagi
Heri Wibowo
adiknya belum di over keibu.
@haerani-d
ulat bulunya dibakar aja yu 😬

semoga kak othor kembali dalam keadaan yang terbaik, tetap semangat 🤗
Ade Syafira
ulat keket nggak tau malu
L B
dasar belatung nangka 😏😤😤
putus urat malu.
Nur Faris
haduuuuh ulat bulu satu nich sll aja nemplok suami orang🙄🙄🙄
ikka
sudah and certianya .dan tamat .sekian terima kasih
Reni Mardiana: maksudnya?
total 1 replies
💥💚 Sany ❤💕
Waduh Gib...... jangan asal jawab dong.... ntar masalah bertambah 😂😂😂😂
💥💚 Sany ❤💕
Jawaban Ayu bikin ketawa 😂😂😂😂😂
💥💚 Sany ❤💕
🤣🤣🤣🤣 sekalinya buka puasa gini amat ya Gib... 😂😂😂
💥💚 Sany ❤💕
Buka hatimu Ayu.... kasian juga Gibran klu terlalu lama puasa 😁😁😁
💥💚 Sany ❤💕
Berharap banget Ayu n Gibran jadi suami istri pada umumnya, biar Raja cepat dapat adx baru 😂😂😂😂
Heri Wibowo
nggak dipanggil genteng saja daripada seng
Nur Faris
ternyata nek lampir cm dijadikan alat balas dendamnya grandong😱😱😱
L B
seng 😄 kenapa nggak sepaket rumah komplit aja kan yu, " my house " 🤭🤭🤭 .
gibran, belum tau aja kamu kalau anak-anak itu suka niru panggilan orang tuanya 😄 ada yang manggil ayahnya dengan sebutan mas, abang, sayang 😁😁🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!