mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.
Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Relik Kegelapan
Tubuhku yang terkoyak perlahan mulai pulih saat aku berjalan menghampiri satu-satunya orang yang masih hidup di antara puing-puing dan darah. Bekas luka di lenganku menutup seperti tidak pernah ada, darah yang mengering di kulitku memudar. Setiap tarikan napas terasa lebih ringan, meski jiwaku masih berdenyut oleh rasa puas dari pertarungan yang baru saja berlalu. Ini pertarungan yang menyenangkan, pikirku, sambil tersenyum tipis. Ya, kekacauan seperti ini pertarungan hidup dan mati adalah yang selama ini kucari.
Langkahku semakin mendekat ke pria yang duduk tersandar di dinding reruntuhan kastil, napasnya tersengal-sengal, darah mengalir dari luka di tubuhnya. Wajahnya penuh ketakutan, tapi di balik itu, ada senyum licik di bibirnya. Senyum seorang yang percaya bahwa apa yang akan terjadi selanjutnya sudah tertulis dalam takdir yang tidak bisa dihindari.
“Akhirnya,” gumamku pelan, “tinggal kau saja.” Suaraku menggema di udara yang masih dipenuhi aroma kematian.
Dia terbatuk, darah keluar dari sudut bibirnya. “Kau pikir... ini sudah berakhir?” Suaranya penuh dengan ejekan, meski napasnya semakin lemah. “Kau terlalu bodoh kalau berpikir bisa kabur setelah semua ini.”
Aku menghentikan langkah tepat di depannya, menatap langsung ke dalam matanya. “Jelaskan padaku,” kataku tenang, tapi dingin. “Siapa kalian sebenarnya?”
Pria itu tertawa pelan, suaranya terdengar serak dan penuh kebencian. “Kau... sungguh ingin tahu? Kami bukan sekadar kelompok acak. Kami adalah... ‘Ordo Abyssus.’” Namanya menggantung di udara, seperti racun yang menetes di dalam pikiranku. Suara pria itu semakin melemah, tapi dia tampak puas telah menyebutkan nama tersebut. “Kami... adalah bayangan yang mengawasi dari kegelapan. Ini bukan sekadar markas kecil... Ini adalah... salah satu basis penelitian rahasia kami.”
Aku menyipitkan mata, mencoba memahami lebih jauh. Ordo Abyssus? Nama itu bergema dalam pikiranku, terasa berat, penuh rahasia kelam yang belum tersingkap. Kegelapan yang menyelimuti mereka jauh lebih dalam daripada yang kupikirkan. Ada sesuatu yang lebih besar di balik sekte ini. Ini hanya bagian kecil dari sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya.
“Kau... akan diincar. Para elit, para petinggi... mereka akan datang setelahmu. Apa yang kau lihat di sini hanyalah... bayangan kecil dari kekuatan kami,” lanjutnya, senyum licik masih di wajahnya meskipun dia tahu ajalnya sudah dekat.
Aku menghunuskan tanganku ke arah lehernya, mencengkeramnya dengan kuat, ingin memeras lebih banyak informasi. Tapi sebelum dia bisa melanjutkan kata-katanya, wajahnya memucat, matanya melebar ketakutan. Tiba-tiba, tubuhnya mulai menggeliat, lalu diam, tak bernyawa.
“Bocah sialan,” desisku pelan. Ada sesuatu yang menghentikannya untuk berbicara lebih jauh, mungkin semacam larangan sihir. Ordo Abyssus jelas tidak ingin rahasia mereka terungkap.
Aku membiarkan tubuhnya jatuh ke tanah dengan suara berdebum pelan. Pikiranku terus berputar, mencoba memahami seberapa besar ancaman yang mungkin sedang menantiku. Namun, aku tahu satu hal pasti: pertarungan ini baru permulaan.
Saat aku memutuskan untuk meninggalkan tubuhnya, mataku tertarik oleh sesuatu yang bersinar di tengah ruangan, seakan memanggilku. Di sana, di pusat reruntuhan kastil, terdapat sebuah altar batu tua, penuh dengan ukiran yang tidak aku kenali. Dan di atas altar itu, sebuah relik. Cincin.
Aku mendekat, memandangi benda itu dengan penuh rasa ingin tahu. Cincin itu terbuat dari logam hitam pekat, seolah-olah menyerap setiap cahaya yang mengenainya. Di permukaannya terdapat ukiran yang rumit dan misterius, membentuk pola yang seakan berubah-ubah setiap kali aku melihatnya dari sudut berbeda. Aura gelap mengelilinginya, hampir seperti jaring kegelapan yang tidak kasat mata, namun terasa menekan. Aku bisa merasakan kekuatan luar biasa yang terkandung di dalamnya, kekuatan yang menarik dan menggoda, tapi juga mengancam.
“Relik Kegelapan,” gumamku pelan. Nama itu tiba-tiba muncul di pikiranku, seakan benda ini berbisik langsung ke dalam benakku. Sebuah kekuatan kuno yang terikat pada bayangan, mengendalikan kegelapan itu sendiri. Relik yang bisa memberiku kekuatan baru sesuatu yang belum pernah kumiliki sebelumnya.
Tanganku terulur, jemariku menyentuh permukaan cincin itu. Saat aku memegangnya, sensasi dingin langsung merambat dari jari-jariku hingga ke seluruh tubuh. Ada kekuatan yang hidup di dalamnya, kekuatan yang hampir tidak bisa kukendalikan. Bayangan di sekelilingku tampak bergerak, mengikuti setiap gerakanku. Rasanya seperti kegelapan itu sendiri kini tunduk padaku.
Aku menyelipkan cincin itu ke jariku. Segera setelah cincin itu melingkar di jari manisku, aku merasakan sesuatu yang berubah. Kegelapan menyelimutiku, membentuk perisai tak terlihat di sekitarku, dan saat aku mengerahkan niatku, tubuhku mulai menyatu dengan bayangan di bawah kakiku. Aku bisa merasakan setiap bayangan di sekitar kastil, setiap sudut gelap, setiap celah yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Ini... sempurna.
Kekuatan baru ini memberiku kemampuan untuk bersembunyi dalam bayangan, untuk menjadi bagian dari kegelapan itu sendiri. Rasanya seperti aku telah menemukan senjata rahasia baru yang sangat cocok dengan sifatku yang haus akan kekacauan dan misteri.
Aku tersenyum, puas dengan apa yang baru saja kudapatkan. “Relik Kegelapan ini... akan sangat berguna,” gumamku.
Namun, di balik kepuasan ini, aku tahu bahwa dengan kekuatan baru ini datang tanggung jawab baru. Ordo Abyssus tidak akan membiarkanku pergi begitu saja setelah mengambil relik berharga mereka. Mereka akan datang, dan aku siap untuk menyambut mereka dengan kegilaan yang sama seperti yang selalu kunikmati.
Aku menatap altar yang kini kosong, lalu berbalik meninggalkan tempat itu. Ada banyak hal yang harus kupersiapkan, banyak yang harus kulakukan. Kegelapan mungkin bersembunyi, tapi aku sekarang bisa mengendalikannya.
Dengan senyum tipis di wajahku, aku melangkah keluar dari reruntuhan kastil yang sunyi. Masa depanku penuh dengan darah, bayangan, dan kekuatan yang tidak terkendali dan aku tidak sabar untuk menghadapinya.
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏