" Bocil nakal itu istriku" pernyataan Zain kepada semua temannya yang ikut duduk bersama di sofa club'.
" what? ,,,, Istri Zain dia masih kecil Lo " tak percaya teman Zain menatap gadis kecil bar-bar yang tengah berjoget di atas punggung di Bawah kelap-kelip lampu sorot .
flash off.
Zain akhirnya menerima permintaan Papa nya untuk menikah lantaran itu adalah permintaan pertama dari orang tuanya yang selama ini selalu memberikan apapun yang Zain mau bahkan tak pernah mematahkan satupun hal yang Zain inginkan sebagai seorang anak .
" Tapi Maa apakah tidak ada calon istri untuk Zain yang Mama sukai selain Bocil nakal itu?" lesu Zain menatap Mama nya yang iseng sekali memilihkan calon istri senakal itu untuk dia yang sudah matang serta dewasa .
" tidak ada Zain , Walaupun dia nakal tapi Mama menyukai nya" pernyataan Mama Zain dengan senyum penuh damba bahkan sebuah harapan pada Zain .
yuk baca 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mul_yaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 menikah
" Emang dasar Daddy-Daddy gatel ya, tebar pesona" hujat Aya tak suka melihat gaya berpakaian Zain mengesampingkan rasa kagumnya dengan ketampanan pria matang itu .
Zain memakai celana jeans dengan atasan kemeja hitam yang 2 kancing bagian atasnya sengaja tidak di kancing sehingga memperlihatkan tubuh atletisnya.
" gatel gimana?" tanya Zain mempelototi Bocil itu begitu sampai di depan nya.
" Apaan pake baju buka-bukaan begini biar apa?" kata Aya mempelototi Zain balik dan mengancingkan kemeja Zain yang terbuka secara spontanitas .
Naluri Zain sebenarnya ingin menolak kelancangan Aya yang mengancingkan kemeja nya tapi fisiknya malah diam seribu bahasa menerima perlakuan yang tak pernah dia dapatkan itu .
" besok-besok kalau mengancingkan baju itu sampai selesai Daddy" kata Aya yang juga pernah marah pada Papi nya karena pake baju seperti itu.
" Itu akan menjadi tugas kamu setelah jadi istri saya" tegas Zain dengan senyum smkir nya .
" dihhh nggak mau emang Aya babu" tak setuju Aya mempelototi Zain.
" itu tugas mu" tegas Zain yang sedang memakai jam tangan itu .
" nggak mau " jawab Aya berjalan dibelakang mengikuti Zain .
" terserah, jika kamu mau berdosa " jawaban santai Zain berjalan semakin cepat dengan langkah lebarnya.
" Ehhh,, jangan bawa-bawa dosa ya Aya nggak mau nikah sama Daddy kalau gitu nanti ngejawab dikit aja dosa karena ngelawan yang lebih tua " omel Aya berlari mengejar Zain yang sudah jalan duluan itu .
" makanya jangan ngelawan " jawab Zain santai .
Sesampai di mobil .
" terus kita kapan cerai nya Daddy kalau nikah ?" tanya Aya begitu masuk kedalam mobil .
" Astaga, nikah aja belum dan kamu sudah bertanya kapan bercerai " ucap Zain menatap gadis itu sambil geleng kepala .
" Ya kan biar Aya nggak ragu , lagian kita nikah kan cuma buat penuhin permintaan orang tua kita " kata Aya menatap Zain penuh harap .
Zain sama sekali tidak menjawab bahkan berbicara saja tidak sejak Aya menanyakan perihal perceraian.
" Daddy " panggil Aya setelah lama menunggu jawaban dari Zain.
" apa" ketus Zain .
"jadi sampai kapan?" tanya Aya butuh kepastian.
" kenapa bertanya begitu?" tanya Zain lagi .
" Ya kan Aya udah punya pacar Daddy" kata Aya yang sebenarnya sangat berat hati untuk menikah , bagaimana jika pacarnya tau .
" kamu pikir saya juga tidak punya pacar" ketus Zain yang sebenarnya sama-sama mengorbankan perasaan sama seperti Aya hanya saja disini dia tak terlalu mencintai pacarnya lagi .
" lah bagus dong nanti pas kita cerai biar sama-sama datang ke pernikahan masing-masing" kata Aya dengan santainya.
" hummk, bagi saya menikah itu sekali seumur hidup " tegas Zain menghentikan mobilnya di tengah jalan, karena bagaimana pun Zain sudah ikhlas menerima semua ini.
" hahh,,,,, jadi setelah kita cerai Daddy bakalan jadi duda seumur hidup" kaget Aya .
" tidak ada istilah cerai dalam pernikahan kita nanti jadi putuskan pacar kamu itu " tegas Zain .
" ihhh,,, nggak mau kalau gitu nggak usah nikah aja kita" tak setuju Aya .
" Jadi setelah kita menikah kamu masih ingin pacaran?" tanya Zain dengan seksama .
" Iya lah ,hubungan kami lebih dulu ada daripada hubungan kita " ucap Aya dengan egois serta pemikiran labil nya .
" Baiklah lakukan semua sesuka kamu mu, tapi jangan pernah minta peran suami dari saya" tegas Zain dengan ekspresi datarnya.
" okey,,, tapi kalau seandainya Papi udah nggak ngasih Aya jajan Daddy harus kasih Aya uang " syarat Aya yang diangguki Zain .
Malam harinya pernikahan sederhana itu dilangsungkan di apartemen Zain dengan hanya diketahui pihak keluarga dan beberapa orang saksi .
Setelah serangkaian acara dan perpisahan keluarga kini tinggallah Zain dan Aya di kamar berdua .
" Daddy mau kemana?" tanya Aya pada Zain yang keluar ruang ganti memakai baju casual nya .
" ke Club' " jawaban singkat Zain yang sedang menggulung lengan kemejanya, bahkan walaupun mereka baru menikah rasanya tak lebih dari dua orang asing yang dipaksa bersama .
" ikut dong Daddy " kata Aya penuh harap menghampiri Zain yang berdiri di depan kaca itu .
" Hehhhh Bocil besok sekolah sudah malam ini " ucap Zain berbalik menatap Bocil yang memakai piyama tidur itu yang malah ingin ikut dengan nya ke Club .
" besok libur tanggal merah " kata Aya dengan semangat pergi keruang ganti .
" Saya tidak akan membawa kamu ke Club , bisa di bunuh Papi saya " ucap Zain formal yang baru beberapa jam yang lalu menikahi dan mengambil alih tanggung jawab atas Aya dari Papinya .
Rasa nya masih terngiang-ngiang ditelinga Zain semua ucapan Papi Aya ditelinga nya yang membuat Zain merasa benar-benar terikat dalam pernikahan ini walau bagaimanapun nantinya.
" Ya kan perginya diam-diam Papi nggak akan tau " bujuk Aya yang sangat senang pergi ke Club untuk berjoget .
" cukup kamu yang pembohong jangan ngajak-ngajak saya" ketus Zain segera berjalan keluar kamar .
" mmhk,, kalau nggak bawa Aya Daddy juga nggak boleh pergi " tegas Aya memegang lengan Zain yang akan membuka pintu kamar itu .
" lepaskan sebelum saya marah" tegas Zain menepis tangan Bocil itu tapi dia menempel seperti cicak di lengan Zain .
" nggak mau ,,, Aya takut disini " keras kepala Aya tetap memegang lengan Zain , selain ingin ikut ke Club sebenarnya Aya lebih takut lagi di tinggal di apartemen sendirian.
" astaga Bocil ini " lesu Zain mengurungkan niatnya untuk pergi ke Club , baru ingat kalau mereka hanya tinggal berdua di apartemen tentu Bocil itu akan takut jika ditinggalkan sendiri di apartemen semalam ini .
" tidur sana saya tidak akan pergi " ucap Zain kembali memutar langkah nya menuju ranjang .
" beneran ?" tanya Aya kurang percaya belum melepaskan lengan Zain .
" Iya " kata Zain kembali masuk ruang ganti .
" kamu tidur di bawah ?" tanya Zain begitu keluar ruang ganti melihat Aya yang sedang membentangkan kasur di samping ranjang nya.
" Iya Daddy kalau tidur di kamar sebelah sendirian Aya takut jadi tidur di bawah aja deh " kata Aya mengambil keputusan dan tak mau juga tidur seranjang dengan Daddy Zain.
" terserah kamu saja" suara lesu Zain berbaring di atas ranjang king size nya , sebenarnya walaupun tidak mencintai Aya dia sama sekali tak berniat menyuruh Aya tidur pisah ranjang dari nya tapi kalau sudah inisiatif Bocil itu dia bisa apa.
" lampunya jangan dimatikan ya Daddy " kata Aya pada Zain yang berbaring di ranjang itu .
" mmmh" jawab Zain tanpa mengalihkan tatapan dari ponselnya walaupun pada akhirnya nanti jika Bocil itu sudah tidur dia akan tetap mematikan lampu.
" umur Daddy berapa?" tanya Aya penasaran berbaring menghadap Zain yang berbaring di atas ranjang itu .
Deg
Begitu Zain melirik Bocil itu dia meneguk Saliva melihat Aya yang berbaring dengan rambut tergerai itu .
Next.
Kasih hadiah dulu dong🤭
hebat otornya
kalo bacanya mendalami/Tongue/