Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Muncul nya Sebuah Misteri.
Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa, sudah beberapa bulan Yuanchi hidup di rumah kontrakan, bekerja sebagai guru bahasa inggris, Jerman dan Korea, sekaligus memberikan bimbingan kursus bahasa.
Pagi itu setelah sholat subuh, Ridho mampir ke kontrakan Yuanchi yang hanya bersebelahan dengan kontrakan nya itu.
"Ada apa Abang pagi pagi sudah mampir ke sini?" tanya Yuanchi meletakan secangkir kopi panas di meja didepan Ridho.
Saat itu mereka duduk di teras depan kontrakan Nuna Anchi itu.
"Emang nya Abang tidak boleh mampir disini?" tanya Ridho.
"Ist! Jangan sewot begitu bang, Anchi kan heran, tidak biasa nya" ujar wanita cantik itu sambil duduk di samping Ridho.
"Nuna!, kau masih menginginkan AXSA internasional itukah?" tanya Ridho tiba tiba.
Untuk beberapa saat, Yuanchi terdiam, menatap garis wajah Ridho.
"Kalau Abang tanya seperti itu, lha iya lah bang, perusahaan itu kan tetesan keringat Anchi bang, dari yang semula nyaris mati, lalu berkembang sebesar sekarang ini, setelah semua nya menjadi besar, mereka ingin menguasai nya, dan menendang Anchi begitu saja, dan yang membuat Anchi sangat sakit, orang yang Anchi anggap sahabat, ternyata tega menikam Anchi bang!" ucap Yuanchi sedih.
"Berapa persen kau pegang saham AXSA sekarang?" tanya Ridho.
"Hhh! Lima belas persen bang, sebuah nilai yang begitu kecil!" ucap Yuanchi lemah.
"Itu sudah cukup Nuna, hari ini rapat pemegang saham AXSA internasional, ayo berdandan rapi layaknya seorang direktris sebuah perusahaan besar, kita ambil kembali semua hak Nuna!" kata Ridho tersenyum.
"ist!, abang jangan buat Anchi tambah sedih, mana bisa kita bicara hanya dengan modal saham lima belas persen itu bang!" seru Yuanchi tambah sedih.
"Kau percaya saja kepada ku, tidak mungkin aku mempermalukan diri mu, hari ini akan kita buka mata papah mu itu agar dia melihat siapa kau sebenar nya, agar tidak mudah jumawa dengan harta kekayaan yang hanya secuil itu!" ucap Ridho tegas.
Sekali lagi Yuanchi menatap kearah wajah Ridho, mencari sedikit senyum candaan disana. Namun yang dia lihat hanyalah satu ketegasan luar biasa.
"A… Abang sungguh sungguh?, tetapi Anchi tak punya pakaian kantoran bang, semua harta benda Anchi, termasuk pakaian, sudah diambil papah dan mamah!" ucap Yuanchi sedih.
Seraya tersenyum ramah, namun masih dengan gurat ketegasan nya, Ridho melangkah masuk kedalam rumah kontrakan nya, lalu keluar lagi dengan sebuah paper bag besar.
"Ini ada pakaian kantoran milik almarhumah, pakailah, Abang yakin ini pas ditubuh mu, karena bentuk tubuh kalian sangat mirip!" ucap Ridho menyerahkan paper bag besar itu kepada Yuanchi yang menerima nya dengan keterkejutan luar biasa.
Bukan masalah pakaian nya, tetapi keseriusan pemuda dihadapan nya ini yang membuat nya terkejut.
Saat Yuanchi masuk kedalam rumah kontrakan nya menyimpan pakaian itu, Ridho juga masuk kedalam rumah nya mempersiapkan sarapan untuk putra putri nya.
Pagi hari nya, setelah mengantarkan ketiga anak anak nya kesekolah, Ridho segera bersiap siap untuk pergi bersama Yuanchi menghadiri rapat pemegang saham PT AXSA internasional.
Ridho sudah berjanji dengan Yuanchi bahwa pukul tujuh mereka sudah standby, meskipun rapat itu dimulai pukul sembilan pagi ini.
Yuanchi keluar dari kontrakan nya dengan pakaian resmi kantoran, lengkap dengan jas biru tua nya.
"Kita pakai motor ini kah bang?" tanya Yuanchi.
Ridho menatap kearah Yuanchi, "kenapa?, kau malu?" tanya nya.
"Ah tidak sih bang, cuma Anchi takut saja, kita dilarang masuk nanti!" ucap dara itu jujur seraya duduk di boncengan motor Ridho.
Motor Ridho melaju membelah kemacetan lalulintas pagi, namun tidak terlalu jauh, mereka berbelok kearah sebuah rumah mewah berhalaman sangat luas.
Saat motor Ridho memasuki halaman rumah mewah itu, seorang anak laki laki usia sembilan tahun berlari menyongsong kedua nya.
"Paman Ido!… Mah!… mamah!, paman Ido datang!" teriak anak laki laki itu memeluk kaki Ridho.
"Heh jagoan paman!, hari ini kau tidak sekolah?, bolos?" tanya Ridho pura pura galak.
"Tidak paman!, Gerhana tidak bolos, memang hari ini libur, ada ujian kelas enam paman!" sahut pria kecil itu takut.
"Ist! Abang membuat anak kecil takut!" Yuanchi mencubit pinggang Ridho , hingga pemuda itu menggeliat karena geli.
Dari arah pintu, seorang wanita muda nan cantik, menatap kearah mereka dengan senyum bahagia tersungging di bibir nya.
"Alhamdulillah ya Allah, kau bangkitkan kembali semangat kakak ku, kasihan dia begitu menderita!" gumam halus wanita itu.
"Mamah benar, dia begitu menderita, dan kini ada secercah harapan untuk menarik nya keluar dari Dunia nya yang gelap itu!" ucap seorang pemuda yang entah sejak kapan, sudah berada di belakang nya.
Wanita cantik itu menyandarkan kepala nya di dada pemuda itu, bulir air mata nya mengalir, mengingat penderitaan kakak nya itu.
"Ta!… Rita, pinjam mobil nya ya?" teriak Ridho saat melihat Rita adik nya berdiri di ambang pintu bersama Guntur suami nya.
"Kakak jadi mau mengambil seluruh kepemilikan PT AXSA internasional itu kak?" tanya Rita meyakinkan hati nya.
"Bukan kakak Ta!, tapi ada orang yang membeli semua saham AXSA internasional, kalau kakak, dari mana duit nya?" sahut Ridho enteng.
Rita menatap kearah Yuanchi yang berjalan disamping Ridho, "halalin napa kak?, sangat serasi sekali kok, anda Nuna Anchi kan?, saya Rita adik dari kak Ridho!" ujar Rita menyalami Yuanchi.
Yuanchi hanya diam, tidak mengerti dengan kehidupan pria yang dia sukai itu.
Tidak pernah terlintas di pikiran nya, jika Ridho punya adik yang kaya raya, justru jauh lebih kaya dari papah nya.
"Jadi pinjam mobil nya kak?, tuh di garasi, pilih saja sendiri, mau langsung pergi?, atau kita sarapan dulu?" tanya Rita.
"Singgah sarapan dulu lah Do!" tawar Guntur pada sahabat yang kini menjadi kakak ipar nya itu.
"Enggak deh Tur, masih ada urusan di tempat lain!" jawab Ridho berjalan menuju ke arah garasi mobil.
Ridho membawa mobil hitam milik almarhumah ibu nya dulu, meskipun sudah berumur, tetapi mobil itu masih mobil mewah saja, alias banyak di cari kolektor mobil mewah.
Di Jalanan, Yuanchi hanya terdiam, dia tidak mengerti, siapa sebenar nya pemuda tampan yang dia kenal sebagai duda miskin beranak tiga ini.
Yuanchi terus berpikir hingga kepala nya terasa berdenyut sakit, sekali dia mengenal pemuda ini, satu persatu misteri muncul. Benarkah dia hanya seorang pemuda miskin biasa.
Ternyata mobil yang dikemudikan oleh Ridho bukan nya menuju ke hotel tempat pertemuan, tetapi singgah kesebuah salon terlebih dahulu.
Ridho menyuruh mendandani Yuanchi.
"Bang!, Anchi tak punya uang banyak untuk bayar salon!" bisik Yuanchi di telinga Ridho.
"Diam lah!, kalau hanya bayar salon ini sih Abang masih mampu!" sahut Ridho.
Akhirnya Yuanchi hanya menuruti semua kata kata Ridho saja, tanpa banyak membantah lagi.
Nyaris pukul setengah sembilan, Yuanchi selesai di dandani.
Ridho tertegun untuk beberapa saat lama nya, seakan dia melihat seorang aktris cantik yang biasa main di Drakor Drakor itu, namun kali ini dengan mengenakan kerudung putih yang indah, membuat pesona dan kharisma nya memancar keluar.
Sekali lagi Yuanchi tercengang, saat Ridho melakukan pembayaran di salon itu dengan gold card.
"Siapa sebenar nya duda miskin beranak tiga ini, masa ada orang miskin pegang gold card, bukankah itu dikeluarkan oleh Bank internasional, dan biasa nya dana nya diatas satu milyar rupiah?" pikir Yuanchi bingung.
Setelah selesai melakukan pembayaran, mereka langsung menuju ke hotel tempat rapat tahunan pemegang saham itu dilakukan.
Saat mereka tiba di halaman hotel itu, waktu sudah menunjukan pukul sembilan lewat seperempat.
Saat mereka mau masuk ke dalam ruang rapat, dua orang karyawan PT AXSA internasional yang ditugaskan menjaga keamanan segera menghampiri kedua nya.
"Maaf mas dan mbak nya mau kemana?" tanya pria itu.
"Kami ingin menghadiri rapat ini, memang nya ada apa ya?" tanya Yuanchi.
"Kalian punya surat undangan nya?" tanya pria itu lagi.
"Tidak!, kami tidak memiliki surat undangan itu, karena saya memiliki saham di perusahaan ini, jadi saya bisa berhadir tanpa harus pakai surat undangan!" jawab Yuanchi.
"Maaf sekali nona, nona tidak bisa masuk kedalam ruangan ini, hanya orang orang penting saja yang boleh masuk!" ujar pria itu lagi.
"Heh dengar!, nama saya Yuanchi, saya memiliki saham lima belas persen di perusahaan ini, jadi sudah selayak nya saya bisa masuk!" ucap Yuanchi dengan nada meninggi.
Bukan nya mempersilahkan masuk, malahan kedua pria itu menertawakan Ridho dan Yuanchi, "heh nona!, jangan melawak di tempat ini, kami tidak terima pelawak, ini acara orang orang besar, bos bos berduit!" ujar nya.
Dari arah luar, masuk seorang wanita cantik dan seorang pria paro baya, berjalan berdempetan.
Saat melihat Yuanchi , wanita cantik itu buru buru membuat jarak dengan pria paro baya itu.
"Hai Anchi!, kau juga mau menghadiri rapat penting ini ya?, kasihan, hidup mu sangat terpuruk sekali sekarang, lima belas persen saham sebenar nya tidak seberapa, aku bersedia membeli saham saham itu dengan harga mahal, asal saja kau mau menjual nya kepada ku!" ujar wanita cantik itu.
"Heh Dani!, meskipun hanya lima belas persen, tetapi tetap saja aku punya hak untuk ikut rapat pemegang saham ini!" kilah Yuanchi mulai marah melihat sikap Daniar.
"Ck!, ck!, ck!, ck!, kasihan kau Anchi, walau bagai manapun, kau tetap tidak bisa merebut perusahaan ini dari tangan ku, aku pemilik dus puluh lima persen saham perusahaan ini sekarang, karena mengingat persahabatan kita, baiklah, kau boleh masuk sekarang, meskipun kau sebenar nya tidak ada hak suara apapun!" ucap Daniar jumawa.
"Bersedia atau tidak!, setelah ini saham lima belas persen milik mu itu akan ku beli kembali!" ucap Anthonius Juan seolah olah tidak mengenal putri nya itu lagi.
"Tidak apa apa tuan!, kita lihat saja nanti!" sahut Yuanchi tidak kalah dingin nya.
Banyak sudah kekecewaan pada papah nya ini menumpuk dihati Yuanchi, ditambah lagi bila dia mengingat bagai mana kejam nya pria paro baya itu kepada nya dahulu.
Tuan Anthonius Juan melangkah masuk kedalam ruangan rapat itu sambil menggandeng tangan Daniar, meninggalkan Yuanchi yang terpaku melihat pertunjukan kemesraan kedua manusia beda generasi itu.
...****************...