Damar Prasetyo, lelaki yang berprofesi sebagai seorang ASN di suatu instansi. Damar dikenal sebagai lelaki yang baik. Namun sayang, hidupnya tak sebaik dengan sifatnya.
Istri yang dinikahi selama hampir tiga tahun, tiba-tiba meminta cerai. Padahal mereka sudah dikaruniai dua orang anak.
Damar pun dipindahkan ke daerah pelosok oleh atasannya yang tak lain adalah paman dari Rasita, mantan istrinya.
Ketika pindah ke daerah itu, Damar bertemu dengan Kasih seorang guru di daerah itu.
Perjuangan hidup Kasih dan juga beberapa orang yang dikenalnya di daerah itu, membuat Damar sadar, jika hidupnya masih lebih baik dibandingkan mereka.
Damar pun bangkit dan bertekad akan merubah hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Damar menggunakan warisan yang tak pernah dia gubris selama ini untuk membangun daerah itu.
Bagaimanakah kisah Damar? Apakah bisa dia mewujudkan keinginannya itu? Bagaimana pula reaksi Damar setelah tau alasan sebenarnya kenapa Rasita meminta cerai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan???
Damar melangkah masuk menuju sebuah perusahaan besar. Tempat yang sudah lama tak Damar datangi.
Karena dia merasa tak enak hati dan juga segan pada si pemilik bangunan dan perusahaan ini.
"Silahkan naik saja, Pak Damar. Pak Sean sudah berpesan jika adiknya datang, disuruh langsung ke kantornya saja." kata Resepsionis kantor itu dengan sopan.
Damar pun mengangguk dan segera masuk ke dalam lift menuju lantai kantor Sean.
Begitulah Sean dan Alisa selalu mengatakan kepada orang-orang di sekitar mereka jika Damar dan Amira adalah adik mereka.
Sean adalah suami dari Alisa, wanita yang sudah seperti kakaknya.
Mereka tak memiliki pertalian darah hanya saja ibu tiri Damar adalah saudara ibu Alisa.
Namun, Damar tetap dianggap saudara oleh wanita yang baik hati itu. Walaupun di masa lalu ibu tiri Damar membuat keluarga Alisa hancur berantakan.
Ayah Mbak Li, ayah Yudha bahkan menganggap Damar sebagai putranya. Dan mendapatkan hak yang sama dengan Alisa.
Ayah Yudha meninggalkan warisan sebagian saham perusahaan konstruksi milik almarhum untuknya dan Alisa juga Amira adik kandung Damar.
Namun, Damar tak pernah mau merecoki perusahaan yang dikelola oleh bang Rendi itu. Bahkan Damar tak pernah mengambil bagian keuntungannya.
Damar malu, dia bukan siapa-siapa namun diperlukan sangat baik oleh mereka.
Damar merasa bersalah ketika setiap pagi melihat ayah Yudha pulang dari makam istri dan anak sulungnya, Praja dengan mata sembab dan merah.
Damar tau jika lelaki tua itu menangis di sana walaupun dia tak pernah mau menunjukkan kesedihannya di depan orang lain.
"Assalamualaikum." Damar mengucapkan salam pada lelaki yang merupakan orang kepercayaan Sean, Aldo.
"Waalaikumsalam. Wah, akhirnya kamu nongol lagi. Apa kabarmu, Mar?" tanya Aldo sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Baik bang, memang kemarin lagi sibuk-sibuknya, bang. Mas Sean ada?" tanya Damar pada lelaki yang cukup tengil di antara mereka.
"Ada, di dalam sama Lutfi. Biasalah, kalau masalah cari info kan memang mainan bocah ajaib itu." kata Aldo sambil mengetuk pintu sebelum membuka pintu besar berwarna hitam itu.
"Assalamualaikum." Damar mengucapkan salam kepada dua orang yang terlihat serius membahas sesuatu itu
"Waalaikumsalam. Akhirnya kamu bisa keluar dari kandang kamu juga, Mar." ledek lelaki yang bernama Sean itu. Lelaki berparas blasteran yang didapatnya dari kakek sebelah ibunya yang memang warga Amerika.
Sean memeluk Damar dan menepuk-nepuk punggung lelaki yang dianggapnya sebagai adik itu.
"Gimana kabarmu?" tanya Sean pada Damar
"Baik mas, mas sama mbak Li gimana kabarnya? Senja sama adik-adiknya pasti sekarang makin lucu ya mas." tanya Damar pada lelaki itu.
"Baik, mas dan mbak mu juga anak-anak. Amira juga. Cukup lama kamu menghindari kami. Apa kamu tidak merindukan mereka?" tanya Sean pada Damar.
Damar hanya menunduk saja, dia tau salahnya. Dan saat ini, Damar seperti diberikan hukuman karena menghindari dan memutus semua keluarganya demi keutuhan rumah tangganya yang justru akan hancur itu.
"Iya mas, kapan-kapan aku akan menemui mereka." kata Damar.
"Jadi, apa nih yang bisa mas bantu?" tanya Sean pada Damar
"Rasita minta cerai mas, udah proses katanya." kata Damar dengan sendu
"Lalu, kamu mau mas batalkan prosesnya?" tanya Sean
Tentu saja hal itu mudah untuknya yang memiliki kekuasaan.
"Nggak mas, udah gak nyaman juga dia hidup sama aku. Cuma anak-anakku mas, kalau bisa aku mau ambil hak asuh anak-anakku mas. Selama ini Rasita selalu acuh dengan anak-anak." kata Damar
Sean menghela nafas dengan panjang, dia melirik Lutfi yang masih ada di ruangan itu.
"Kamu udah tau kan kalau anak-anak bawah umur hak asuhnya sudah pasti jatuh ke tangan ibunya?" tanya Sean
"Sudah mas, makanya aku mau minta bantuan mas. Kasian anak-anakku mas." kata Damar sembari menahan tangisannya.
"Ya sudah, mas lihat dulu situasinya. Tapi mas nggak bisa menjanjikannya. Karena biar bagaimanapun anak-anak kamu perlu ibunya apalagi yang bayi, pasti masih menyusui ibunya." kata Sean
"Rasita tak pernah mau menyusui anak-anak mas. Semua anakku minum susu formula." kata Damar
Sean menggeleng pelan, sungguh tak menyangka jika wanita yang dinikahi Damar memiliki sifat seburuk itu.
Pantas saja Alisa, istrinya tak setuju mereka menikah. Termasuk juga Mbak Las.
"Lalu, kalau kamu mendapatkan hak asuh anak-anakmu. Apa rencanamu? Kamu bisa mengasuh mereka sambil bekerja?" tanya Sean
Damar mendadak bingung dengan pertanyaan Sean.
Apa rencananya jika mendapatkan hak asuh anak-anaknya, sedangkan dia saja akan dimutasi ke daerah yang terpencil.
Bahkan listrik saja di sana hanya hidup di malam hari. Fasilitas kesehatan pun belum memadai. Dan jika terjadi hal yang tak diinginkan akan sangat sulit untuk mendapatkan pengobatan.
"Aku dimutasikan ke desa Timur, mas. Dan sekarang aku pun jadi bingung, apa rencanaku selanjutnya. Karena ke tempat itu pun aku tak pernah." kata Damar.
"Desa Timur??? Daerah yang sulit untuk dilalui. Mas dengar harus menyebrang dengan motor air dulu baru sampai ke tempat itu." kata Sean
"Iya mas, makanya sekarang aku bingung kalau pindah ke sana bagaimana anak-anak. Fasilitas di sana belum lengkap bahkan masih jauh." kata Damar.
Sean mengkode Lutfi, lalu lelaki itu pun segera keluar dari ruangan itu.
"Sebelum mas ikut campur, mas mau tanya dulu. Apa kamu mencintai istrimu?" tanya Sean
Damar terkejut dengan pertanyaan lelaki di depannya itu. Damar pun berpikir sejenak, menyelami hatinya. Apakah dia mencintai istrinya?
Jujur saja di awal pernikahan Damar tak merasakan perasaan itu. Apalagi Damar dijodohkan oleh atasannya yang tak lain adalah mertuanya. Yang Damar rasakan hanya ingin menikah dan membina rumah tangga saja.
Dia beranggapan jika cinta akan hadir seiring waktu. Apalagi jika mereka sudah suami istri tentunya rasa itu akan timbul.
Damar memejamkan matanya dan membukanya kembali dengan tatapan yang berbeda dengan sebelumnya.
"Nggak mas, aku gak pernah mencintai Rasita. Pengorbananku selama ini hanya sebagai bentuk tanggung jawab sebagai suami untuk wanita yang melahirkan anak-anakku saja." kata Damar dengan yakin.
"Oke, kalau begitu lebih baik kamu pergilah dulu ke tempat tugasmu yang baru. Serahkan semua urusanmu itu pada mas." perintah Sean.
Damar pun mengangguk, sekarang dia hanya bisa mengharapkan bantuan lelaki di depannya ini.
"Sebelumnya mas minta, temui mbak mu, juga adikmu. Jangan buat mereka mengkhawatirkan mu." kata Sean lagi
"Baik mas, aku akan segera menemui mereka pulang dari sini." kata Damar sambil mengangguk dengan semangat.
"Satu lagi, apapun kenyataan yang akan kamu ketahui nanti, kamu harus kuat dan jangan lemah. Paham kan, Mar?" tanya Sean pada Damar
Walaupun Damar bingung dengan ucapan ambigu Sean, dia tetap mengangguk saja.
Kenyataan???? Batin Damar
🍀🍀🍀
Damar oh Damar, semoga aja masalahmu cepat selesai.
Mohon dukungan likenya ya.
kok lama gak berlanjutttt????
wahhhh..
sejahtera..