Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
....
ceklek
"tuan muda!!" antusias bibi
"aahh bibi?" kekeh rain menurunkan Aluna yang masih tersenyum tanpa mengucapkan sepatah katapun pada bibi
"loh ini siapa den?" tanya bibi
"dia a-"
"kok bibi kenal ya?"
Aluna masih terdiam saat bibi mengitarinya sambil terus menatap nya dari atas hingga ke bawah, sungguh Aluna ingin meluapkan tawanya karena bibi yang bertingkah di luar dugaan nya
"ehem! bibi?"
"tunggu den! bibi sepertinya kenal dan.... familiar ya?" tanya bibi
"aduuuuhhhhh bibi nggak bisa ingat lagi" lirih bibi
"sekarang tugas bibi adalah menjaga nya ya?"
"dia siapa nya den?"
"calon istri" bisik rain memastikan Aluna tak mendengar mereka
"serius den?" balas bibi
"serius, tunggu sampai kami pulang ke Indonesia, kami akan menikah"
"bagus den"
Aluna mengerucutkan bibirnya melihat bibi dan rain yang terus berbisik bisik, bahkan parahnya pria itu dan bibi berdiri agak jauh dari dirinya yang sekarang masih terdiam di pintu tanpa di minta masuk oleh bibi maupun kekasihnya itu
"Ehem!!"
"ayo masuk non" ajak bibi
"kamu bisa mengelilingi apartemen ini nanti, aku akan segera ke rumah sakit, ada pekerjaan yang menunggu" lembut rain
"ehm, aku juga masih hafal struktur apartemen ini" ujar Aluna berjalan mendekati gambar besar yang terpajang sana, seutas senyuman manis terbentuk melihat gambar itu, Papa Flot mama Reina dan Gabriel berada bersama digambar itu bahkan kini tak ada kesedihan pada wajah rain dalam gambar itu.
"sayang?"
"ehm?!" kaget Aluna tersadar
"aku akan berangkat, bibi akan nemenin kamu, ya?"
"i-iya"
"aku berangkat sekarang ya? jaga diri bersama bibi"
Aluna tersenyum saat rain mengacak acak rambut nya kemudian meninggalkan apartemen nya, namun ia beralih ke rooftop yang benar-benar menyejukkan mata, tak lagi ada kain yang memiliki noda darah
"rain ku sudah sembuh" gumam Aluna
"non...."
"i-iya bi? ada apa?"
"kalian pernah bersama?"
"pernah"
"kapan?"
Aluna tersenyum kemudian menoleh ke arah bibi yang benar-benar penasaran antara dirinya dan rain, tak mungkin ia akan mengatakan bahwa ingatan rain sudah kembali atau mengatakan yang sebenarnya terjadi juga tak mungkin bahkan nyaris tak masuk akal
"ehmmm ceritanya panjang bi"
"tapi non! kita pernah ketemu nggak sih? non mirip banget sama seseorang yang pernah bibi temui, tapi siapa? aduuuhhhh masalahnya bibi lupa"
"udahlah bi, pokoknya sekarang, jangan pikir aku mirip siapa, kenapa bisa bersama dan lain-lain, ya? kita nikmati semuanya, ya bi?" ujar Aluna sambil merangkul tubuh bibi yang sedikit lebih pendek darinya
"i-iya deh non, mau makan apa?"
"nasi goreng komplit"
"loh?"
"kenapa bi?"
"ternyata kalian punya kesamaan ya? sama sama suka nasi goreng komplit, sudah di negara orang masih aja kebawah lidah Indonesia" kekeh bibi
"hehehe"
Aluna segera mengemas barang barangnya dan menuju ke kamar rain, ia menatap semua Piagam penghargaan pria itu, piala serta medali yang di pajang dengan rapinya di pinggir foto rain saat menyelesaikan studi kedokteran nya
"sekarang kita sama sama telah melewati krisis keadaan ya? dulu itu hanya mimpi bagi kita, kamu berjuang melawan penyakit kamu, tapi kamu kalah akan keadaan rain, sekarang kamu bisa mewujudkan semua impian kamu, menyelamatkan banyak nyawa dan nggak biarin mereka menderita seperti kamu dulu" lirih Aluna mengusap figuran tersebut
"kita sekarang sama sama bertahan ya? maafkan aku yang melanggar janjiku dulu rain, aku tau kamu sangat kecewa saat tau aku ikut bersama kamu tanpa melanjutkan permintaan kamu"
"maaf"
Aluna menghapus linangan air matanya, sesaat setelah gundah di hatinya ia singkirkan, namun ia sedikit shock melihat foto siapa yang di sembunyikan rain.
itu adalah dirinya saat hari graduation nya, Aluna meraih buku album kecil yang di sembunyikan rain
"ya ampun" lirih Aluna
"aku kira cuma aku yang naksir sama kamu, tau taunya kamu juga" ledek Aluna
"waaaahhhhh lihat siapa yang diam diam ke Sydney untuk melihat persidangan pertama yang ku pimpin"
"sok cool kamu rain"
tok tok tok
"iya bi!!"
"makan non"
"iya"
Aluna segera meletakkan kembali buku album tersebut kemudian kembali memandangi seisi kamar rain yang sama persis dengan kehidupan sebelum nya, tak ada beda nya, hanya negaranya yang berbeda
.....
"ehm non?"
"iya bi?"
"terimakasih"
Aluna menoleh ke arah bibi yang tengah membersihkan dapur, dirinya yang sedang sibuk menonton kini terdiam
"entah kenapa non, bibi mau banget mengatakan itu, terimakasih"
"i-iya bi, sama sama" lembut Aluna
"den rain itu seperti anak bibi, tapi anehnya seakan bibi sudah sangat akrab dengan den sejak awal kedatangan bibi, hingga bibi ikut ke sini, seakan keadaan ini sudah terjadi"
"non? bibi tau, ada hubungan yang dalam di antara kalian kan? bibi bisa melihatnya melalui tatapan kalian berdua, seakan rindu yang udah kalian pendam itu udah saatnya di selesai kan"
"terimakasih ya? bibi sangat"
Aluna hanya mengangguk, namun ia terkejut saat pintu apartemen rain tiba-tiba terbuka kemudian pelakunya hanya tersenyum santai
"deep banget" kekeh rain
"ka-kamu! kok nggak ketuk dulu!!"
"kenapa? apartemen apartemen aku!!"
"aku tau! gimana kalau ada kejadian sama terus bibi sendiri?! hah?! nggak aman tau" kesal Aluna
"apa sih! bilang aja kalian lagi sedih sedih kan? aku dengar dari luar"
"nggak kok" sinis Aluna
rain terkekeh, bibi hanya bisa menggeleng dengan tingkah Aluna yang sepertinya salting dengan perkataan rain barusan
lima menit kemudian rain ikut bergabung bersama bibi dan Aluna yang sedang menikmati cemilan di ruang tengah sambil bercanda
"den dan non makanan kesukaan nya sama ya?"
"iya bi" angguk rain
"jodoh" lanjut bibi
"memang seharusnya gitu bi! tapi bibi tau, dulu.... ada pacar teman aku yang di katain gitu malah nyerah sama keadaan, lemahkan bi?"
"loh kok gitu non? lemah dengan keadaan bagaimana?"
"kan seharusnya bi dia berusaha bertahan meskipun kondisinya sudah sangat lemah, harusnya benar-benar di wujudkan, iyakan bi? tapi dia dengan teganya menyembunyikan kondisinya dari teman aku ini bi! si teman aku baru tau setelah kondisi bertahan si pacarnya sudah sangat sedikit, sisa menghitung jam, jahat kan bi?"
"aduuuhh bibi bingung non"
"mana parahnya dia sok kuat bi!!"
"i-iya non"
"aku gitu karena nggak mau kamu sedih!! hidup aku udah gelap karena papa meninggal!!! kamu hadir sebagai matahari! aku nggak mau badai menghalangi cahaya matahari ku!!" kesal rain
"oh ya? sama aja! kamu jahat!!!!"
"kamu juga jahat!! kenapa kamu meninggal, hah?! harus nya kamu menjadi pelipur lara mama Reina kalau kangen sama aku! tapi kamu, ck"
"hei!! harusnya kamu sendiri dong yang melipur lara mama Reina!!"
"kan aku udah kritisi! kamu gimana sih!!!"
bibi menatap keduanya penuh kebingungan, kejadian yang tak pernah terjadi justru sekarang di bahas keduanya, rasanya bibi ingin memasukkan memori keduanya ke otaknya juga
"KAMU YANG SALAH!!!" bentak Aluna
"Aku?! aku nggak salah ak-"
"DIAM!!"
"aduuuuuhhhh den non! bibi bingung! bicara apa sih kalian! jelas jelas kalian masih hidup! den Flot juga masih hidup! apa sih kalian" kesal bibi
"tau nih bi! si pendusta" sindir Aluna
"aku gitu ka-"
"diam" lirih bibi
Aluna segera meninggalkan ruang tengah dan menuju ke kamarnya, sedangkan rain kembali menikmati makan malamnya
"den sebenarnya ada apa?" lirih bibi
"nggak ada kok bi" santai rain
.....
bersambung