Kisah tentang seorang gadis yang cantik dan lembut, ia harus menjalani hari-harinya yang berat setelah kepergian kakak perempuannya. Anak-anak yang harus melakukan sesuai kehendak Ibunya. Menjadikan mereka seperti apa yang mereka mau. Lalu, setelah semuanya terjadi ibunya hanya bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah dilakukannya. Akibatnya, anak bungsunya yang harus menanggung semua beban itu selama bertahun-tahun. Anak perempuan yang kuat bernama Aluna Madison harus memikul beban itu sendirian setelah kepergian sang kakak. Ia tinggal bersama sang Ayah karena Ibu dan Ayahnya telah bercerai. Ayahnya yang sangat kontras dengan sang ibu, benar-benar merawat Aluna dengan sangat baik. **** Lalu, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang selalu menolongnya disaat ia mengalami hal sulit. Laki-laki yang tak sengaja ia temui di gerbong Karnival. Lalu menjadi saksi perjalanan hidup Aluna menuju kebahagian. Siapa kah dia? apakah hanya kebetulan setelah mereka saling bertemu seperti takdir. Akankah kebahagian Aluna telah datang setelah mengalami masa sulit sejak umur 9 tahun? Lika liku perjalanan mereka juga panjang, mereka juga harus melewati masa yang sulit. Tapi apakah mereka bisa melewati masa sulit itu bersama-sama? *TRIGGER WARNING* CERITA INI MENGANDUNG HAL YANG SENSITIF, SEPERTI BUNUH DIRI DAN BULLYING. PEMBACA DIHARAPKAN DAPAT LEBIH BIJAK DALAM MEMBACA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugardust, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat Ulang Tahun, Aluna
Di sela-sela percakapan yang serius, dia masih saja bercanda, aku sangat terhibur olehnya.
“ Aluna, lihat awan disana berbentuk hati” Jaeden menunjuk ke arah awan itu.
“ Itu lebih terlihat seperti bentuk abstrak”
“ Ah, anggap saja alam telah mengirimmu sebuah hati yang besar untukmu hari ini”
“ Baiklah, apa kau adalah pengirimnya?”
“ Teng! kau benar! itu adalah hati yang besar dariku untukmu!”
“ Hahahahaha, terima kasih. Aku akan memfotonya dengan baik, apa pengirimnya juga ingin ikut?”
“ Silakan ambil gambar pria tampan ini sebanyak yang kau mau”
Dia terus berganti gaya untuk berfoto. Candaannya membuatku terus tertawa, dia pandai menghiburku. Benar saja, hasil fotonya jadi bagus karena ada laki-laki tampan sebagai objeknya. Sembari menunggu makanan untuk dihidangkan dia terus bercerita dan mengeluarkan candaan agar aku tidak terus menerus memikirkan hal yang menyakitkan hatiku tadi. Aku sangat berterima kasih pada Jaeden, karena dia telah membuat hari-hariku menjadi bewarna.
Makanan telah dihidangkan diatas meja, makanan datang lumayan cepat. Karena Jaeden telah memesan makanan saat dia melakukan reservasi jauh-jauh hari. Restoran di hotel ini begitu ramai. Katanya, sangat sulit untuk membuat reservasi, tapi karena Jaeden melakukan reservasi melalui pamannya, dia dapat akses lebih cepat. Tenderloin Steak yang dihidangkan dan dimasak medium rare terlihat sangat menggoda. Tiba-tiba Jaeden mengambil piringku dan memotongkan daging itu untukku.
“ Tidak perlu, aku bisa memotongnya sendiri”
“ Tuan putri, tenanglah. Aku akan melakukannya untukmu”
“ Kau ini selalu saja, baiklah terima kasih. Aku sangat tidak sabar untuk menikmati daging yang kau potongkan untukku itu”
“ Ini dia sudah siap, silakan dimakan. Apa kau mau aku menyuapimu?” tanyanya sambil tersenyum.
“ Ih tidak perlu, mari kita menikmati makanan kita masing-masing, terima kasih atas makanannya”
“ Baiklah, silakan nikmati makananmu, tuan putri”
Aku hanya membalas dengan senyuman. Daging yang sudah dipotongkan untukku, membuatku mudah untuk memakannya. Dagingnya lembut, dan sangat juicy. Ini enak sekali, pantas saja resto ini begitu ramai, karena makanannya memang enak. Jaeden juga memesan Carbonara Pasta untuk makanan lainnya. Pastanya juga tidak kalah enak.
Hari sudah semakin sore, sepertinya akan turun hujan. Langit terlihat mendung dan sedikit gelap. Bagaimana kami akan pulang nanti, apa kami harus menunggu sampai hujannya reda dulu. Rintik mulai turun, hujan akhirnya turun, sepertinya akan sangat deras hingga malam nanti.
“ Bagaimana ini, padahal tadi sangat panas tiba-tiba saja turun hujan” keluhku.
“ Tidak apa-apa, kabari ayahmu jika kita akan pulang telat dan menunggu hujan reda”
Makanan sudah habis kami santap, tiba-tiba pelayan datang membawakan kue ulang tahun, bunga dan boneka padaku. Sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku. Aku terdiam karena aku tidak menyangka Jaeden akan melakukan hal itu disini. Terharu, aku sangat terharu. Biasanya aku hanya menghabiskan waktuku bersama ayah saja, tapi selama dua tahun ini. Jaeden dan teman-teman selalu memberikanku kejutan. Aku benar-benar terharu dan bahagia. Meskipun bersama ayah juga menyenangkan dan membuatku bahagia, tapi kali ini rasanya sungguh berbeda.
Para pelayanan memberikan itu semua padaku. Aku mulai meniup lilin dan mulai membuat permintaan sembari menutup mataku. Tiba-tiba seseorang menyentuh rambutku dan aku merasakan dinginnya logam di leherku. Jaeden memasangkan kalung berbentuk daun semanggi bewarna putih.
“ Wah apa ini? kau membelikannya untukku? ini cantik sekali!”
“ Kau sangat cantik dan cocok mengenakan kalung itu”
“ Tapi apa boleh aku menerima ini? ini kan sangat mahal. Apa tidak apa-apa?”
“ Jangan khawatirkan hal itu, kalung itu sudah berada tepat pada pemiliknya yang juga cantik”
“ Ah, terima kasih Jaeden. Aku benar-benar menyukainya”
Jaeden kembali duduk di kursinya setelah memasangkan kalung untukku. Aku tak menyangka dia memberikan hadiah kalung yang cantik untukku. Ini sungguh membuatku terharu, bahagia dan rasa yang campur aduk terjadi hari ini. Aku benar-benar berterima kasih dan bersyukur atas semua ini sekarang. Semakin membuatku takut jika aku kehilangannya. Hujan semakin deras, langit pun menjadi sangat gelap. Entah bagaimana kami akan pulang hari ini. Aku segera mengabari ayah.
Seorang pelayan membantu kami untuk mengambil foto. Aku juga membawa kamera polaroidku, aku membuat album foto untuk menyimpan foto-foto yang aku ambil selama dua tahun ini. Foto bersama teman, Jaeden, maupun ayah. Agar semua ini menjadi kenangan manis yang tersimpan rapi dalam sebuah buku album.
Langit semakin gelap, namun hujan belum juga reda. Setelah selesai makan, kami turun ke lobi sembari menunggu hujan reda. Aku menenteng kue dan Jaeden membawakan bunganya untukku.
“ Hujan masih belum reda juga, bagaimana ini?”
“ Tunggu sebentar lagi saja”
“ Mau makan kuenya?”
“ Potongkan untukku dan suapi aku”
“ Ah nanti dilihat banyak orang”
“ Kalau tidak disuapi aku tidak mau makan”
“ Baiklah, baiklah tuan muda ini buka mulutmu aaa”
Jaeden membuka mulutnya dengan lebar dan aku memasukkan kue ke dalam mulutnya. Dia menggigit kue itu sedikit demi sedikit. Perpaduan rasa stoberi dan lemon yang begitu segar, ditambah dengan whipcream yang halus dan lembut, rasanya tidak terlalu manis, manisnya berasal dari selai stoberi yang dibalurkan ke tengah-tengah cake, perpaduan yang sempurna.
Setelah makan yang berat, makan makanan yang manis sebagai penutup adalah perpaduan yang pas. Hujan mulai reda hanya saja masih rintik-rintik, setelah tiga puluh menit kami menunggu.
“ Mau lari ke sana?”
“ Kemana?”
“ Melakukan photo box”
“ Ayo”
Berlari menyeberangi jalan dengan membawa kue dan bunga, hujan rintik yang membasahi sedikit tubuh kami. Kami melakukan photo box bersama.
“ Ayo lakukan heart sign” tangan Jaeden membentuk hati.
1 2 3. Mesin mengambil gambar.
Kami mulai bergaya dengan pose dan properti yang lucu. Di akhir gaya Jaeden tiba-tiba merangkulku dengan melingkarkan kedua tangannya di pundakku. Aku lalu memegang tangannya dengan kedua tanganku lalu tersenyum.
Hasil foto yang pertama gagal karena kami terus bergerak dan tertawa, kami mencoba mengambil foto lagi dan hasilnya bagus. Foto pertama tetap akan kami simpan untuk kenang-kenang. Kami ingin pergi ke pantai tapi sayangnya hari sudah malam dan masih hujan. Sepertinya sudah tidak sempat. Tiba-tiba hujan kembali deras, kami masih berada di dalam photo box.
“ Hah kenapa turun hujan lagi sih”
“ Hujan itu berkah tahu” ucap Jaeden.
“ Tapi bagaimana kita akan pulang?”
“ Tunggu sebentar lagi, kalau tidak berhenti juga ayo naik taksi saja”
“ Bagaimana dengan motormu?”
“ Tinggalkan saja, besok akan aku ambil dengan paman”
“ Baiklah, mari tunggu sebentar lagi”
Kami duduk di kursi photo box sembari menunggu hujan reda. Aku sedikit kedinginan, dan menggigil. Tiba-tiba saja Jaeden melepaskan jaketnya dan memasangkannya padaku.
“ Apa kau tidak dingin?”
“ Tidak, kalau kau memegang tanganku, itu akan terasa hangat”
“ Ah baiklah”
Padahal cuaca sangat dingin, tapi dia malah memberikan jaketnya padaku. Aku memegang tangannya dan memasukkan ke dalam saku jaket agar dia terasa hangat. Kami tidak tahu harus berbuat apa, kami terjebak di dalam box ini. Mata kami saling menatap, cuaca dingin namun terasa hangat, membuat suasana menjadi canggung. Wajah kami terus mendekat, tak ku sadari mataku kembali menutup. Dia mencium bibirku dengan lembut, jari-jarinya menyelimuti leher dan menggenggam rambutku dengan lembut.
Karena terbawa suasana, kami tidak bisa mengelak bila hal itu akan terjadi. Meski kami sudah sering melakukannya, tapi hatiku masih saja berdebar-debar tak menentu. Aku tahu ini adalah hal yang salah, karena kami masih anak sekolahan. Tapi hasrat dan nafsu yang menggebu saat ada kesempatan membuat kami tak dapat berpaling. Hanya sebatas itu tidak lebih.