Hati istri mana yang tidak sakit, tiba-tiba suami membawa istri barunya. Adelia, berniat untuk balas dendam. sebelum dirinya meninggal sang suami, tetapi istri baru sang suami diam-diam memiliki rahasia. Apakah terbongkar rahasia istri kedua, sebelum Adelia pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meja Makan
Hening seketika di meja makan, saling memandang ke arah Adelia. Karena dia,cuman diam dan asyik sendiri menata makanan di meja.
Devi,yang ragu mengambil makanan untuk suaminya itu. Ambil gak yah? Takutnya gak enak sama mas Alfan dan ibu,apa lagi mbak Adelia diam aja.Batin Devi, mulai kesal.
"Ayo, makan-makan!". Bu Norma, memecah keheningan di meja makan.
"Mas,aku ambilkan makanan yah". Akhirnya Devi,mulai memberanikan diri mengambil sayur dan ikan. Lalu, meletakkan di piring suaminya dan dirinya. Anggap saja aku sedikit membuat mbak Adelia, cemburu melihat ku dan mas Alfan.
Begitu juga Adelia, mengambil sayur dan ikan untuk ibu mertuanya. Dia cuman makan sedikit saja,karena selera sudah hilang. Bodo amat yang di lakukan, Devi. Baginya tidak penting, walaupun dia tau ingin membuat dirinya cemburu.
"Makan yang banyak dek Adelia, nanti sakit loh". Kata Alfan, tersenyum sumringah. Kenapa kamu diam saja,del? Apa sangat marah dengan, mas. Setidaknya jangan diam seperti ini, maafkan mas.
"Kenapa aku sakit mas? Jangan khawatir hal itu,ada Devi yang mengambil alih pekerjaanku". Sahut Adelia, langsung mendelik ke arah Devi. Bersenang-senanglah dek madu, besok atau lusa. Aku akan memberikan pekerjaan, yang bagus untuk mu.
"Uhuk...Uhuk... Maksudnya mbak". Devi, sampai terbatuk-batuk mendengarnya. Idihhhh...Gak mau lah, sampai mengurus ini dan itu.
"Hahahaha.. Tidak apa-apa, Devi. Ayo,makan lagi". Bu Norma, langsung mengalihkan pembicaraan mereka. Aduh,jangan sampai membuat keributan di meja makan. Untungnya aku bisa mengalihkan pembicaraan mereka berdua, Adelia ada-ada saja tingkahnya.
"Makananmu enak sekali dek,mas suka. Besok masakan lalapan daun singkong, sambel terasi,sama nila bakar. Pasti enak banget, Devi mau katanya". Alfan, membujuk istrinya itu. Terimakasih Adelia,kamu memang istri idaman bagiku. Tidak salahnya aku mempertahankan dirimu, sungguh beruntung aku memiliki kalian berdua. Satunya bisa menyehatkan mataku, satunya bisa menyehatkan badanku. Aaahh...Kenapa tidak dari dulu saja, seperti ini.
Lagi-lagi Adelia, memberikan tatapan mengerikan kepada suaminya. Suami biadab kamu mas, sudah menzolimi istri sendiri. Awas kamu mas,aku tidak akan tinggal diam. Tidak akan membuat kalian bahagia,di atas penderitaanku.Batin Adelia.
"Benar Mbak, seringkali meminta bekal mas Alfan. Karena masakkan Mbak,enak banget rasanya. Maaf yah,tadi gak bantu-bantu. Soalnya capek banget,di perjalanan". Kekehnya Devi, tersenyum. "Tiga hari lagi,kami masuk kerja Mbak. Boleh dong, minta bikinkan bekal sama dengan mas Alfan". Pintanya,tanpa memperdulikan tatapan Adelia.
"Tidak apa, nikmatilah makanan ini. Masalah bekal,aku pikirkan nanti". Kata Adelia, hatinya memanas mendengar ucapan Devi. Rupanya mereka sudah menjalin asmara lumayan lama, bahkan sering berbagi masakanku. Kurang ajar sekali, mau memanfaatkan kebaikan ku. Ck,tak sudi rasanya. Masuk kedalam rumah tangga ku, sudah membuatku semakin jijik. Apa lagi memasakkan makanan untuk mu,tak sudi rasanya.
Pantesan saja sang suami,meminta bekal banyak. Ternyata berbagi dengan devi, sungguh tak menyangka bagi Adelia.
Berusaha untuk sabar menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Biarkanlah dua pasangan ini,bebas berbicara tentang apapun.
"Dek,kenapa makan sedikit saja? Makanlah yang banyak,nanti sayang loh di buang". Alfan, menyodorkan sayur ke piring istri pertamanya. "Kamu makan yang banyak dek Devi,biar sehat terus". Lihatlah aku bisa berbuat adil terhadap istri-istri ku, pasti mereka berdua bahagia karena sikapku ini. Terutama kamu Adelia,yang tidak pernah kekurangan apapun.
"Makasih mas, kamu memang perhatian kepada kami berdua. Mbak Adelia, beruntung sekali kita memiliki suami perhatian dan tidak pelit". Devi,memuji Suaminya itu. Hahahaha...Jelas sekali lah,mas Alfan berpihak kepadaku. Di bandingkan dirimu mbak Adelia,yang sudah di manfaatkan oleh suamimu sendiri.
Alfan, tersenyum merekah dan merasakan kebahagiaan yang lengkap. Karena istri-istrinya sangat akur,damai, dan harmonis. Aku berharap selamanya seperti ini, apa lagi di penuh oleh anak-anak kami nantinya.Batin Alfan, membayangkan di rumah ini anak-anak kecil berlarian.
"Ibu, sangat bahagia sekali kalian tetap harmonis. Adelia, makasih banyak atas semuanya. Kamu memang istri idaman, tidak seperti istri di luar sana. Ngamuk-ngamuk tidak jelas,". Bu Norma,memuji Adelia. Sudah pasti Adelia, tidak bar-bar. Cuman kami yang dia punya,mau pergi kemana juga. Diakan tidak memiliki pengalaman kerja,atau lainnnya.
Adelia, tetap memasang wajah datarnya. Tanpa sepatah katapun,saat ini dia diam saja. Tunggu besok dan besoknya, lihatlah kejutan yang tak pernah terduga oleh mereka.
"Bu, makasih sudah mengijinkan untuk tinggal di sini. Sebenarnya aku tidak nyaman,apa lagi sama mbak". Kata Devi, mengulum senyumnya.
Pasti ada sesuatu yang tidak beres,kenapa ibu mengijinkan Devi tinggal di sini? Apa jangan-jangan Devi,hamil?. Batin Adelia,jika benar sekali. Baru menebak saja, hatinya terasa diiris-iris dengan pisau tajam.
Matanya tertuju pada tangan suaminya menggenggam erat jemari,Devi.
Ribuan belati menusuk hatinya,tanpa celah. Tangannya meremas daster, sekuat mungkin.
"Alahhh...Jangan memikirkan hal itu,ibu senang sekali kita sama-sama. Iyakan Adelia? Kamu punya teman, Alfan tidak kemana-mana. Inikan yang kamu mau, Alfan pulang terus ke rumah ini". Bu Norma, menyentuh tangan Adelia dan membuyarkan lamunannya.
"Hmmmm...". Adelia, menjawab dengan deheman saja. Ck,jangan harap aku selalu mengalah dan diam saja.
"Dek,jangan diam saja kepada mas. Kangen sama kamu, selalu ngoceh kaya biasanya". Kekehnya Alfan, merindukan istrinya yang ngoceh tak jelas. Mengeluh karena lelah, ibunya terkadang cerewet tak jelas.
"Aku lelah,mas. Lelah dengan semuanya". Jawab Adelia, sudah selesai makan. Baru diam saja, kamu sudah gelabakan mas. Bagaimana dengan kejutan ku nanti,atas perubahan ku. Diam-diam aku, berbahaya loh mas.
Devi, memutarkan bola matanya memelas. Mendengar ucapan kakak madunya itu, sungguh menjengkelkan baginya. Lelah apanya? cuman ongkang-ongkang kaki di rumah.Batin Devi, mencibir bibirnya.
"Alfan,ajak Devi ke kamar. Biarkanlah Adelia,yang membereskan semuanya." Kata bu Norma,tanpa ba-bi-bu lagi.
Devi, tersenyum sumringah karena ibu mertuanya membela dirinya. Membiarkan Adelia, bekerja dengan seorang diri.
"Tapi,aku gak enak mas. Kasian mbak Adelia, sudah masak dan membereskan semua ini". Devi, memasang wajah sedihnya. Hahahaha.... Rasakan kamu mbak, pasti sakitkan di suruh ibu mertua kita.
"Apa yang di katakan ibu, memang benar dek. Kapan-kapan saja, membantu mbakmu. Dia paham kok,kamu kecapean". Alfan, ikut-ikutan membelanya. Alfan, membawa istri barunya ke dalam kamar. Tetapi dia,merasa tak nyaman dengan istri pertamanya. Apa lagi memasang wajah dingin, sorotan mata tajam.
Adelia, beranjak berdiri dan sigap membereskan meja makan. Tanpa menoleh ke arah mereka,yang berlalu pergi.