Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"
Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.
Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUNIA BARU YANG TERLAHIR
Saat Elena dan Liam melangkah melewati pintu, mereka merasakan dunia yang mereka kenal mulai menghilang di balik mereka. Semua yang mereka tinggalkan—semua pertempuran, semua pengorbanan, dan semua mimpi yang hancur—mulai kabur, digantikan oleh cahaya yang memancar dari ruang yang tak mereka pahami.
Namun, yang mengejutkan bukanlah perubahan dunia itu, melainkan apa yang mereka temui di dalamnya. Mereka tidak hanya memasuki dunia baru, tetapi menemukan sebuah ruang kosong, sebuah kekosongan yang menakutkan, yang dikelilingi oleh ribuan bayangan yang menggantung di udara.
“Elena...” suara Liam terdengar lirih. “Apa yang terjadi dengan dunia ini?”
Elena menatap ke sekitar, matanya berkeliling, tetapi tidak ada yang bisa dia temui. Tidak ada manusia, tidak ada kehidupan. Hanya kegelapan yang melingkupi mereka.
“Dunia baru ini... tidak ada yang bisa kita lihat. Tidak ada yang bisa kita sentuh,” bisik Elena, perasaan bingung menguasainya. “Apakah kita telah memulai sesuatu yang lebih buruk?”
Namun, di tengah kekosongan itu, sebuah suara lembut terdengar, hampir tak terdengar di antara keheningan.
"Selamat datang," suara itu berkata. "Selamat datang di dunia yang baru, di mana tak ada lagi yang terperangkap, dan tak ada lagi yang dapat dihancurkan."
Elena dan Liam saling berpandangan. Mereka sudah melewati banyak rintangan, tetapi kali ini, mereka tidak tahu apakah pilihan mereka akan membawa mereka ke kebebasan atau kehancuran yang lebih besar lagi.
Bab 21: Keputusan yang Tak Bisa Ditarik Kembali
Elena berdiri tegak, menatap ke dalam kekosongan yang menelan seluruh dunia di sekitar mereka. Ruang yang tak terhingga itu seakan menyerap semua harapan, menciptakan rasa dingin yang mendalam di dalam dirinya. Di dekatnya, Liam tetap diam, meskipun wajahnya tampak tidak kalah terkejut. Mereka telah melangkah ke dalam dunia yang tidak mereka mengerti, dunia yang penuh dengan misteri dan ancaman yang lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan.
“Ini... apa ini sebenarnya?” tanya Elena, suaranya bergetar, berusaha mencari kepastian di tengah kegelapan yang menyelimuti mereka.
Suara yang halus itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas, lebih dalam, seolah berasal dari ruang itu sendiri. “Ini adalah dunia tanpa batas, Elena. Dunia yang telah dibentuk oleh pilihan-pilihan yang telah kalian buat. Kalian tidak hanya mengubah takdir kalian, tetapi kalian juga mengubah seluruh realitas ini.”
“Realitas?” Elena bertanya, meskipun ia sudah bisa merasakan jawaban yang akan datang. “Jadi, ini semua... adalah konsekuensi dari tindakan kami?”
Liam menggelengkan kepala, tampak bingung dan cemas. “Tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika kita melangkah lebih jauh. Apakah ini berarti kita telah menghancurkan dunia yang kita kenal?”
Suara itu terdengar lagi, kali ini dengan nada yang hampir... ramah. “Dunia yang kalian kenal hanyalah sebuah ilusi. Sebuah permainan yang lebih besar, yang diciptakan oleh kekuatan yang jauh lebih kuat dari kalian. Kalian hanya salah satu bagian dari eksperimen yang lebih besar. Semua pilihan yang kalian buat membawa kalian ke sini.”
Elena merasakan kebenaran yang menyesakkan di dalam kata-kata itu. Mereka tidak hanya terjebak dalam dunia yang tak mereka mengerti, tetapi juga menjadi bagian dari sesuatu yang jauh lebih rumit dan mengerikan. Dunia yang selama ini mereka anggap nyata ternyata hanyalah sebuah bayangan dari kenyataan yang lebih besar, sebuah eksperimen yang mengarah pada tujuan yang belum mereka ketahui.
“Kami telah menghancurkan semuanya,” kata Elena, suaranya terdengar seperti bisikan. “Kami telah menghancurkan dunia kami tanpa benar-benar memahami apa yang kami lakukan.”
Liam menatap Elena, wajahnya penuh kebingungan dan penyesalan. “Apakah ada cara untuk mengubahnya? Apakah ada jalan keluar dari sini?”
Tapi suara itu hanya tertawa, gelakannya bergema di sekitar mereka. “Jalan keluar? Tidak ada jalan keluar, Elena. Kalian telah berada di titik ini. Tidak ada yang bisa kembali setelah kalian memilih jalan ini. Kalian telah menghancurkan dunia lama kalian dan menciptakan dunia baru, tetapi apakah kalian siap menghadapi konsekuensinya?”
Kata-kata itu menyelimuti Elena dengan rasa takut yang semakin dalam. Semua yang mereka lakukan, semua pilihan yang mereka buat, tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang. Mereka telah menciptakan dunia baru, tetapi apakah itu dunia yang mereka inginkan?
“Liam...” suara Elena serak, hampir tidak terdengar. “Apakah kita benar-benar bisa kembali? Atau ini adalah akhir dari segalanya?”
Liam mendekat, menggenggam tangannya dengan erat. “Kita tidak tahu, Elena. Tapi satu hal yang pasti—kita harus menghadapi apa yang ada di depan kita. Tidak ada yang bisa mengubah apa yang telah kita pilih, tapi kita masih memiliki pilihan untuk bertindak.”
Keduanya saling memandang, dan dalam keheningan itu, Elena merasakan ketegangan yang mengikat mereka. Mereka tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup, tetapi juga berjuang untuk mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi.
Tiba-tiba, sebuah cahaya yang sangat terang muncul di kejauhan, menyinari seluruh dunia yang gelap itu. Cahaya itu datang dari sebuah pintu besar yang terbuka perlahan, seolah mengundang mereka untuk melangkah ke dalamnya.
“Elena, itu... itu mungkin satu-satunya jalan keluar,” Liam berkata dengan suara rendah.
Elena menatap cahaya itu dengan penuh keraguan. Apa yang ada di balik pintu itu? Apakah itu benar-benar jalan keluar, atau hanya sebuah ilusi lainnya yang akan membawa mereka lebih dalam ke dalam permainan ini?
“Apakah kita siap untuk itu?” tanya Elena, ragu.
Liam memandangnya dengan tatapan penuh keyakinan. “Kita tidak punya pilihan lain, Elena. Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk menghentikan semua ini. Kita harus melangkah ke sana.”
Dengan langkah hati-hati, mereka berjalan menuju pintu itu, yang semakin dekat dengan setiap langkah mereka. Namun, semakin mereka mendekat, semakin Elena merasakan sesuatu yang tidak biasa. Seperti ada kekuatan yang mengawasi setiap gerakan mereka, menilai setiap keputusan yang mereka buat.
Ketika mereka hampir sampai di pintu, suara itu kembali bergema, lebih keras kali ini. “Kalian pikir ini akan berakhir begitu saja? Tidak ada yang bisa menghentikan permainan ini, Elena. Tidak ada yang bisa menghentikan kalian... dari diri kalian sendiri.”
Elena merasa darahnya membeku. Suara itu semakin menakutkan, dan dia bisa merasakan kegelisahan yang mendorongnya untuk berhenti. Namun, ia tahu bahwa jika mereka berhenti sekarang, mereka mungkin tidak akan pernah punya kesempatan lagi.
Dengan tekad yang bulat, Elena melangkah lebih cepat, diikuti oleh Liam yang tidak kalah teguh. Mereka tidak tahu apa yang menunggu di balik pintu itu, tetapi mereka tahu satu hal—mereka tidak bisa berhenti. Mereka harus melanjutkan perjuangan ini, apapun yang terjadi.
Pintu itu akhirnya terbuka sepenuhnya, dan mereka melangkah masuk ke dalamnya.
Namun, yang mereka temui di sana bukanlah dunia baru yang mereka harapkan. Sebaliknya, mereka dihadapkan pada pemandangan yang sangat familiar—sebuah ruang yang menyerupai ruang yang pertama kali mereka masuki, di mana mereka menemukan makhluk itu dan mengalami semua pertempuran ini. Hanya kali ini, suasananya lebih mencekam, lebih menekan.
“Ini... ini tidak mungkin,” bisik Elena, merasa kakinya goyah. “Kita kembali ke sini?”
Suara makhluk itu terdengar lagi, kali ini lebih dekat, lebih menakutkan. “Kalian tidak bisa melarikan diri, Elena. Dunia ini bukan tempat yang bisa kalian ubah. Kalian telah terperangkap dalam siklus yang tak terhentikan.”
Liam menatap Elena dengan putus asa. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Elena menggenggam pedangnya dengan erat, menatap makhluk itu dengan tekad yang lebih besar dari sebelumnya. “Kita tidak akan menyerah. Kita akan menemukan cara untuk menghentikan semuanya.”
Namun, Elena tahu dalam hatinya bahwa kali ini, tak ada jalan yang mudah. Mereka telah memasuki dunia yang lebih gelap, dan hanya dengan kekuatan tekad mereka, mereka bisa menemukan cara untuk menghentikan siklus ini sekali dan untuk selamanya.