Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Setelah kakak Bella pulang kami semua makan. Aku sebenarnya masih bingung dengan kejadian tadi siang saat melihat bang Tara datang dengan memakai setelan rapih dan ku lihat baju yang di pakainya bukan baju murahan. Tapi wajar sih jika dia menyembunyikan identitas aslinya karena kami baru saja bertemu.
"Erika kamu kenapa bengong terus? " tanya mama membuat aku tersadar dari lamunanku.
"Eh enggak ma cuman lagi gak nafsu makan makan saja" jawab ku berbohong.
"Aku sudah selesai makannya permisi duluan" ucap bang Tara membuat aku dan mama meliriknya.
Bang Tara pun beranjak dan pergi lalu masuk kamar. Semua orang selesai makan aku dan mama membereskan meja makan dan piring kotor. Saat aku sedang mencuci piring mama menghampiriku dan mengajak ku bicara.
"Rencana kamu kedepannya gimana? " tanya mama dan aku langsung melirik mama karena bingung.
"Maksud mama pernikahan kamu ini mau gimana?, kalian kan gak saling suka bahkan gak saling kenal" ucap mama.
Aku pun mencuci tangan karena telah selesai mencuci piringnya.
"Aku gak tau ma, bagiku pernikahan bukan untuk main-main dan mungkin akan aku jalani dulu saja" jawab ku dengan suara lemas.
"Mama yakin mungkin akan ada hikmah dari kejadian ini. Allah punya kejutan di depan sana" ucap mama membuat hatiku tenang.
Aku senang karena kedua orang tuaku selalu mendukung ku mereka tidak pernah meminta anak-anaknya untuk mengikuti ke inginkan mereka.
Setelah bicara dengan mama aku langsung masuk kamar dan kulihat bang Tara sudah tertidur. Aku melirik tas yang berisi bajunya aku pun langsung mengambil dan membereskannya ke dalam lemari karena gak mungkin di simpan dalam tas terus.
Bang Tara gak terlalu banyak bicara bahkan bisa terhitung berapa kali kami bicara dan aku belum pernah menanyakan tanggapannya tentang pernikahan ini.
"Aku akan ikuti keputusan mu kedepannya bang" gumam ku. Lalu aku ikut berbaring dan tidur di samping bang Tara.
****
Besoknya aku berangkat bekerja bareng bang Tara dan sesampainya toko bang Tara hanya menyerahkan kunci motorku,dia tidak berkata apa-apa dan itu membuat aku sedikit canggung. Bang Tara pergi ke proyek dengan naik kendaraan umum. Aku masuk dan di sana sudah ada beberapa karyawan yang sudah datang dan bersiap untuk membuka toko.
"Mbak" panggil salah satu karyawan yang masih muda.
"Apa? " jawab ku setelah meliriknya.
"Mbak siapanya mbak Melda? " tanya karyawan itu.
"Maksudnya? " tanya ku bingung.
"Ya mbak kenapa gampang banget bisa kerja disini" tanya balik.
"Aku bukan siapa-siapanya, cuman istri dari karyawan nya" beritahu ku dengan tersenyum.
"Istri karyawannya. Karyawan apa? " tanya nya kaget.
"Suami aku kerja di proyek milik suami nya mbak Melda" beritahu ku.
"Oh, kirain mbak istri adiknya mbak Melda" ujarnya.
"Gak mungkinlah" balas ku.
Saat kami sedang bicara tiba-tiba seseorang menegur kamu. "Jangan ngegosip saja, cepat kerja" titahnya.
"Baik" jawab karyawan yang tadi bicara dengan ku dan aku lupa bertanya namanya siapa.
Aku pun mulai bekerja dan saat toko buka pembeli langsung berdatangan dan membuat aku sibuk bekerja dan tak terasa sudah memasuki jam makan siang. Saat giliran ku tiba-tiba gadis yang tadi pagi bicara dengan ku menghampiri ku.
"Mbak" panggilnya dan aku pun meliriknya. "Ada yang cari tuh di luar" beritahu.
"Siapa?" tanya ku dan dia hanya mengangkat bahu tidak tahu. Aku pun langsung melangkah menuju keluar. Saat sampai luar aku melihat seseorang yang sedang berdiri di depan pintu masuk toko.
"Maaf mbak, mbak yang bernama Erika? " tanya orang itu setelah melihat ku.
"Iya bang" jawab ku.
Lalu orang itu memberikan sebuah kantong kresek dan entah apa isinya.
"Ini buat saya? " tanya ku karena bingung.
"Iya mbak, dari pak Tara" beritahu nya.
"Oh makasih" ucapku, lalu orang itu pergi dan aku pun masuk kembali ke dalam.
"Ciee... yang dapat kiriman" ucap gadis itu.
Aku hanya tersenyum lalu membawanya ke belakang untuk aku buka dan ku makan. Namun saat hendak membukanya tiba-tiba ponselku berdering dan saat ku lihat ternyata itu pesan dari bang Tara. 'makan yang banyak' isi pesan itu dan aku hanya tersenyum saja.
Selesai makan aku pun kembali bekerja hingga sore hari saat pulang aku tidak melihat bang Tara datang menjemput ku. Aku pun melangkah menuju motorku yang terparkir di depan toko lalu naik dan meninggalkan toko.
Tak butuh waktu lama aku sudah sampai rumah karena jaraknya yang tidak terlalu jauh jadi aku cepat sampai. Aku turun dan masuk ke dalam rumah namun lagi-lagi aku melihat kakak Bella sedang duduk di ruang tamu sambil rebahan.
"Eh Erika, baru balik kamu? " tanya nya.
"Iya memang kenapa? " tanya ku balik.
Kak Bella bangun dari rebahan nya lalu mendekati ku.
"Kamu dari mana saja seharian?, aku dengar kamu di pecat" ucapnya dan membuat aku kaget kenapa kak Bella bis atau.
"Kenapa kaget ya? kenapa aku bisa tau. " ucapnya.
"Kamu di pecat nak? " tanya mama tiba-tiba yang keluar dari dapur.
Aku memang belum cerita kepada orang rumah jika aku di keluarkan dari pabrik.
Aku pun duduk dan di ikuti kak Bella begitu juga mama yang duduk di sampingku.
"Aku memang sudah gak kerja lagi di pabrik tapi hari ini aku kerja di toko kue milik istrinya bos bang Tara" beritahu ku.
"Ya sukur kalau kamu sudah kerja lagi, mama kaget saat dengar kamu sudah tidak bekerja dan khawatir seharian ini kamu pergi kemana. " ujar mama.
Aku pun tersenyum dan mama mengusap punggungku. Aku pun langsung pamit masuk kamar karena ingin memberikan tubuhku yang seharian berkeringat.
Aku pikir kak Bella sudah pulang eh ternyata dia masih ada malahan tak lama suaminya bang Bima juga datang dan membuat mama harus masak banyak.
"Kakak Bella kenapa gak pulang? " tanya ku pada mama.
"Dia ingin bertemu Tara dan NU Jujun ke suaminya jika Tara itu cuman pekerja bisa bukan di kantornya" penjelasan mama.
Aku hanya menggelengkan kepala saja karena kakak Bella sampai segitunya ingin membuktikan jika bang Tara hanya seorang kuli.
Tak lama bang Tara pulang dan aku lihat bang Bima terdiam melihat bang Tara.
"Bang gimana kenal gak? " tanya kakak Bella.
"Aku gak kenal, mungkin dia memang kerja di kantornya" jawab nya.
Bang Tara diam saja dia sepertinya kebingungan melihat kak Bella dan suaminya. Aku pun menghampirinya dan langsung mengenalkan bang Tara pada bang Bima yang merupakan suami kakak Bella. Setelah perkenalan bang Tara masuk kamar dan keluar saat akan mandi.