Demi melanjutkan hidup, Hanum terpaksa melarikan diri keluar kota untuk menghindari niat buruk ayah dan ibu tiri yang ingin menjualnya demi memperbanyak kekayaan. Namun siapa sangka kedatangannya ke kota itu justru mempertemukannya dengan cinta masa kecilnya yang kini telah menjadi dosen. Perjalanan hidup yang penuh lika-liku justru membawa mereka ke ranah pernikahan yang membuat hidup mereka rumit. Perbedaan usia, masalah keluarga, status, masa lalu Abyan, dan cinta segitiga pun turut menjadi bumbu dalam setiap bab kisah mereka. Lalu gimana rasanya menikah dengan dosen? Rasanya seperti kamu menjadi Lidya Hanum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Twenty
Di ruang rapat kantor pusat, Sadam duduk di kursinya dengan ekspresi penuh keyakinan. Di seberangnya, Dirham bersandar dengan kedua tangan terlipat di dada, ekspresinya penuh ketidakpercayaan.
"Apa????? Galvin? CEO Di Divisi pemasaran?" Tanya Dirham tidak percaya dengan keputusan yang diambil oleh saudaranya itu.
Sadam mengangguk mantap.
"Ya. Aku sudah memutuskan. Aku akan mengumumkannya dalam rapat minggu depan."
Dirham menghela napas, menatap kakaknya dengan kening berkerut.
"Galvin baru lulus SMA, Dam. Dia bahkan belum punya pengalaman apa-apa di dunia bisnis. Bagaimana mungkin dia langsung jadi CEO?"
Sadam menatap adiknya tajam.
"Jadi, menurutmu anakku sendiri nggak punya bakat?"
Nada suaranya penuh ketegasan, bahkan sedikit mengancam. Dirham bisa merasakan hawa panas mulai memenuhi ruangan ini.
"Bukan begitu, Dam. Tapi dunia bisnis itu keras. Memimpin sebuah divisi besar bukan cuma soal punya nama belakang yang sama dengan pemilik perusahaan. Itu butuh skill, pengalaman, dan pemahaman. Apa kamu yakin Galvin siap?"
Sadam menghela napas tajam, bersandar ke kursinya.
"Aku yakin. Galvin anakku, dan dia pasti bisa. Lagipula, aku akan membimbingnya."
Dirham mengusap wajahnya, berusaha tetap tenang.
"Sadam, aku tahu kamu ingin memberikan yang terbaik untuk Galvin. Tapi keputusan ini bisa merugikan perusahaan. Karyawan lain pasti akan mempertanyakan kenapa seseorang yang bahkan belum punya pengalaman bisa langsung dapat posisi setinggi itu."
Sadam mendengus.
"Aku pemilik perusahaan ini. Aku yang menentukan siapa yang layak dan siapa yang tidak."
"Sadam? Kamu tau kan Divisi pemasaran itu gak bisa sembarang orang. Terlebih lagi kamu langsung mengangkat Galvin sebagai CEO? CEO Sadam???"
Dirham menatap kakaknya dalam diam. Ia bisa melihat keras kepala Sadam, dan ini membuatnya semakin khawatir.
Setelah beberapa detik, Dirham akhirnya berbicara dengan nada lebih serius.
"Kalau begitu, Dam, aku ingin mengingatkan satu hal. Kamu memang pemilik perusahaan ini, tapi kamu bukan satu-satunya yang berhak atas warisan keluarga"
Sadam mengangkat alisnya, matanya menyipit.
"Jangan lupa, Abyan juga anak kandungmu. Dia juga punya hak atas perusahaan ini."
Sadam terdiam sejenak. Rahangnya mengeras, ekspresinya berubah menjadi lebih dingin.
"Abyan tidak tertarik dengan perusahaan ini. Dia sudah memilih jalannya sendiri."
"Benarkah? Atau justru karena dia tahu kamu nggak pernah benar-benar peduli padanya?"
Mata Sadam berkilat tajam, amarahnya mulai memuncak.
"Jaga ucapanmu, Dirham."
"Aku hanya ingin mengingatkan, Dam. Jangan buat keputusan yang bisa menimbulkan konflik besar. Kalau kamu mengangkat Galvin tanpa pertimbangan yang matang, itu bisa jadi bumerang. Dan jangan lupa, Abyan mungkin diam sekarang, tapi kalau suatu saat dia berubah pikiran, kamu siap menghadapi konsekuensinya?"
Hening.
Sadam menggertakkan giginya, menatap adiknya dengan tajam. Tapi Dirham tidak mundur sedikit pun.
"Hati-hati, Dam. Jangan sampai keputusanmu hari ini menghancurkan semuanya di masa depan."
"Kamu itu terlalu negatif thinking sama Galvin, kita itu harus bisa memotivasi dia, kamu juga seharusnya bisa membimbing dia. Bukan malah doain yang jelek-jelek"
"Sebelum melakukan sesuatu kamu harusnya berpikir lebih dahulu Sadam"
"Ah udah lah, lagian aku cuman cerita sama kamu doang dirham. Aku gak minta pendapat kamu, jadi stop ngasih komentar yang gak enak di dengar. Ini keputusan ku, aku percaya anakku bisa membimbing perusahaan ini agar lebih maju kedepannya. Kamu gak perlu ragu sama apa yang dimiliki sama putra ku, Adryan aja bisa memimpin kantor, Galvin pasti juga bisa"
"Iya sepertinya kamu memang benar Dam, ini perusahaan mu. Hanya kamu yang bisa mengelolanya, aku nggak akan ikut campur, tapi jangan menyesal sama keputusan yang kamu buat. Kamu nggak belajar dari masa lalu ketika Adryan kamu angkat jadi bagian dari perusahaan ini"
Dirham lalu berdiri dan berjalan keluar dari ruang rapat, meninggalkan Sadam yang masih diam dengan ekspresi penuh emosi.
***
Arumi berdiri memperhatikan Abyan yang tengah melamun di halte sendirian. Sudah 30 menit Arumi berdiri dari kejauhan memperhatikan pria itu. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh nya.
"Rumi??" Panggil Dimas, pria itu langsung mematikan mesin motornya dan turun dari motor.
"Eh iya? Kenapa?"
"Seharusnya gue yang tanya itu, Lo kenapa? Berdiri disini? Lo gak pulang?" Tanya Dimas seraya mengikuti apa yang dilihat oleh Arumi didepan sana.
Dimas tersenyum faham, ia menyikut lengan Arumi dengan sikut nya.
"Yaelah samperin lah"
Arumi langsung melotot pada Dimas.
"Apaan sih, gue lagi nunggu Ara"
"Lo pikir gue bodoh kaya Lo?"
"Dimana kepercayaan diri Lo kemarin?, katanya mau ugal ugalan ngejar Abyan. Udah nyerah Lo?"
Arumi kesal mendengar ucapan Dimas.
"Gue nggak nyerah, cuman gue tuh segan aja sama dia, gue takut takut ganggu" Ucap Arumi.
"Kira kira pak Abyan lagi mikirin apa ya? Pacarnya?" Tanya Arumi overthinking.
"Ya tanya aja, pak Abyan lagi nunggu siapa? Pak Abyan lagi mikirin apa?? Mikirin aku ya?? Sama dong aku juga mikirin pak Abyan" jawab Dimas seraya menirukan cara bicara Arumi yang menjengkelkan menurut nya.
Arumi kesal mendengar jawaban Dimas.
"Lo pikir gue gila kaya Lo?"
"Lah gue cuman ngasih saran, kalau Lo gak mau ya terserah" ucap Dimas seraya bersandar pada stang motornya.
"Lo tau apa soal mencintai? Lo tuh masih bocil ,Ah udah deh mending Lo pergi sana, bikin gue sensi aja" usir Arumi.
"Awas di kerumunin nyamuk Lo berdiri disitu"
"Bodo amatt, gue gak peduli"
"Segitunya ya Lo?" Dimas menaikkan satu aslinya.
"Emang... Gue suka banget sama pak Abyan, dan gue mau tau hal hal kecil tentang dia. Jadi gue bisa tau apa yang dia suka dan dia gasuka, apa yang buat dia senang dan apa yang buat dia sedih"
Arumi mengeluarkan handphone dari tas nya dan memotret Abyan secara diam-diam.
Dimas menyugar Surai dengan jemarinya, ia lalu sedikit menunduk untuk bisa menatap wajah gadis mungil itu.
Arumi terlihat senang, dan mengezoom foto yang diambil nya dari jarak jauh.
"Rum... Lo boleh kok suka sama seseorang, bahkan sampai ke tahap jatuh cinta sama orang itu. Tapi satu hal yang harus Lo tau, ada baiknya kalau Lo itu gak perlu tau semuanya. Sukai dia sewajar nya aja, supaya hati Lo gak terlalu sakit"
"Dan Lo jangan pernah punya ekspektasi berlebihan pada sesuatu di luar kendali Lo. Senang seadanya, sedih secukupnya"
Arumi tertegun mendengar kalimat yang baru saja di ucapkan oleh Dimas.
Biasanya Dimas hanya mengeluarkan kata-kata yang menjengkelkan dan menyakitkan hati.
"Kenapa Lo tatap gue kayak gitu?" Tanya Dimas.
"Nyamuk noh di pipi Lo"
Dimas langsung menepuk pipinya sendiri dan Arumi memalingkan wajahnya kearah lain, gadis itu tersipu.
"Sok bijak Lo" cibir Arumi pelan.
"Mana? Nggak ada" lirih Dimas pelan.
"Lo sih lambat, apa-apa lambat, habis deh tuh darah Lo"
"Rumii.... Ayo. Maaf ya gue kelamaan" Ara menghampiri mereka dan merangkul Arumi.
"Lo ngapain disini dim?" Tanya Ara.
"Habis kasih ceramah singkat sama nih anak"
"Dih bocil lu, gue lebih tua dari Lo ya... dan Sorry ya gue gak butuh itu tuh ceramah dari lo" ucap Arumi dengan kesal.
"Yaudah deh kalau gitu kita pulang ya Dimas" ucap Ara.
"Iya pulang deh kalian, gue juga mau pulang"
Ara hanya mengangguk, sedangkan Arumi menatap Dimas dengan datar.
"Hati-hati ya raa" ucap Dimas.
"Iya Lo juga hati-hati bawa tuh motor, jangan ngebut"
Dimas hanya tersenyum.
Dimas lalu menyalakan mesin motornya dan pergi, begitu juga Ara dan Arumi yang langsung pergi menuju parkiran.
***
Lanjut lee
gue bolak balik check mana cuman 1 bab lagi Thor 😭😭 tegaaaaaa banget...
Btw gue suka banget kak, sama pemeran pendukung nya, dimas sama Arumi semoga jadian yaaa 🤣🤣🤣🤣