Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jojo...?
"Sungguh ke kanak-kanakan! " desis Bianca berbicara pelan saat berada di dalam toilet sambil membersihkan pakaiannya yang terkena cipratan air kotor.
Ia menatap dirinya di cermin lalu menambah riasan bintik hitam di wajahnya agar semua orang di sekolah tidak dapat melihat wajahnya yang asli. Poni ala Betty Lavender dia susun lagi dengan rapih dan tak lupa kaca mata besarnya yang menambah kesan si culun yang buruk rupa.
Bianca menyunggingkan senyumannya begitu dingin, lalu memuji dirinya sambil menatap wajahnya di cermin.
"Kau sangat cantik Bianca, bahkan sangat sempurna" tak lama kemudian ia pun keluar toilet, dengan langkah tegap berjalan melewati semua orang yang ada di lorong menuju kelasnya. Mereka terlihat saling berbisik tapi tak membuat diri Bianca terganggu,lebih tepatnya ia juga tak ingin tau dengan sekitar, toh dirinya hanya akan mencari teman yang dapat menerima segala kekurangannya.
Bianca duduk kembali di kursinya dengan mata mengarah pada jendela. Terlihat beberapa anak sedang bermain disana,saling berteriak dan melempar bola. Tiba-tiba pandangannya gelap tertutup oleh tangan seseorang yang cukup besar. Atensinya pun berubah kini matanya tertuju pada orang tersebut.
"Liatin apaan cupu? serius amat? " tanyanya menggoda membuat Bianca sedikit mengernyitkan dahi.
"Jangan memasang wajah jutek gitu dong ah! tambah jelek tau! " terdengar candaan yang terselip nada ejekan juga disana.
Bianca hanya tersenyum tak ingin membalas semua perkataannya. Dia bahkan menikmati moment itu. Moment dimana dirinya di anggap jelek dan benar-benar cupu sejagat raya.
"Kenapa elo gak ikut gabung bermain sama mereka, Jo? " akhirnya untuk pertama kali Bianca mulai berbicara. Meskipun masih terdengar dingin dan juga jutek dalam setiap kata-katanya.
"Gue males! gak penting juga bermain sama mereka" jawaban yang di luar dugaan.
"Kenapa? " tanya Bianca lagi sambil menatap Jojo kembali.
pemuda itu pun balik menatap, iris matanya yang coklat terang memberi kesan menarik bagi siapapun yang melihat nya dengan jelas.
"Pertanyaannya sekarang adalah, apakah mereka mau bermain sama murid yang gak selevel sama mereka? secara yang bermain disana kan' murid favorit di sekolah ini?" monolog nya memberi penjelasan.
Bianca mulai meneliti penampilan Jojo dengan seksama, tak jauh dengan dirinya juga ternyata. Jojo punya perawakan tinggi dan tegap namun terlihat urakan dan juga tak terawat. seperti seseorang yang tak pernah mengurus dirinya sendiri, atau mungkin bisa jadi memang dirinya anak broken home yang memang memilih hidup sendiri? dan Bianca hanya manggut-manggut saja tanpa menyahuti lagi pertanyaan dari Jojo.
Dentang bel pun berbunyi, tanda jika waktu pelajaran selanjutnya akan di mulai.
"Siang anak-anak! " sapa seorang guru kimia yang bernama pak Angkara.
"Siang juga pak! " jawab semuanya kembali serempak.
"Sekarang buka buku kalian dan kerjakan semua soal yang akan bapak tulis di depan! "
Ahh...
Keluh semua murid yang tak senang dengan kejutan dari pak Angkara. Bagi mereka pelajaran kimia itu suatu hal yang paling sulit.
"Bisa gak pak,nulis soalnya besok?" Pak Angkara menatap ke arah Jojo malas.
"Kenapa? apa bolpoin kamu gak ada? atau buku kamu yang basah? bapak sudah tau sekali dengan semua alasan kamu Jojo! jadi cepat buka buku kamu dan kerjakan semua soal yang bapak tulis! " tegasnya tak menghiraukan dengan ekspresi wajah Jojo yang mendengus kesal.
Bianca hanya menatap punggung Jojo yang ada di depannya, meskipun penampilannya begitu, tapi ada wangi khas dari tubuhnya yang mengganggu penciuman Bianca.
Wangi khas yang di keluarkan dari merek parfum ternama di kota tersebut. Bianca pun menggelengkan kepalanya, menolak dugaan yang ada di otaknya lalu ia pun mulai menulis soal yang di berikan pak Angkara dan segera mengisi jawabannya.
"Jojo! Kenapa kamu malah diam saja? kenapa kamu tidak ikut mengerjakan juga? " tanya pak Angkara kepadanya dengan agak marah.
"Saya lagi males pak! bisa gak saya bolos di pelajaran bapak sekarang? " Bianca hanya menatap sekilas merasa jika anak yang bernama Jojo itu begitu sangat berani dan di luar kendali.
Pak Angkara hanya menghela nafasnya kasar, lalu menatap pada Jojo begitu tajam.
"Bagaimana kamu akan mengejar nilai yang ketinggalan jika sikap kamu terus seperti ini!? Apa kamu tidak takut lulus?!"
"Enggak pak! mau bagaimana lagi, kan saya memang murid yang bodoh di kelas ini, " begitu santai dan tanpa beban Jojo menanggapi hal itu membuat pak Angkara mulai tersulut emosi.
"JOJO.....!!! " teriak pak Angkara begitu keras hingga tembus sampai ke kelas yang lain. Semua guru disana sudah tau apa jawabannya, mereka semua hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Jojo.... Jojo... " gumam semuanya saat mendengar teriakan pak Angkara lagi.
*
*
Semua murid berhamburan keluar saat bel pulang sudah berbunyi. Aluna gadis yang tadi sempat bersitegang dengan Bianca tengah menunggu sekolah sepi, dia punya rencana buruk yang akan di lakukan kepada Bianca.
"Pokoknya gue gak mau tau! anak cupu itu harus kita beri pelajaran sekarang! " kata Aluna dengan angkuh.
"Tapi apa elo yakin, jika si cupu itu belum pulang?" Aluna menatap sinis pada Lira karena terus mempertanyakan hal yang tak berguna baginya.
"Gue gak suka ya! jika elo terus ngomong Lira! ikuti aja perintah gue, pokoknya semuanya sudah gue atur!! " Lira hanya meringis, sedikit takut juga dengan wajah Aluna yang berubah drastis begitu kasar dan sinis.
Tak lama kemudian Bianca terlihat berjalan keluar dari kelasnya, bahkan yang paling akhir membuat Aluna tersenyum sinis dan menatap kepada kedua temannya untuk menjalankan aksi.
"Ingat! jangan sampai gagal! " sekali lagi Aluna memperingati.
Dengan sangat tenang dan santai Bianca masuk ke area parkir sekolah lalu mengambil Vespa jadulnya, namun saat ia hendak dorong rasanya begitu berat.
"Lho.. kenapa lagi sama si kujang?" gumam Bianca heran lalu memeriksa motor Vespanya.
Dahinya mengkerut karena kedua ban motornya kempes dan juga sobek.
"Kurang ajar! siapa sih yang berani lakuin ini sama si kujang! " gumamnya kembali sambil menggerutu.
Byur....
Bianca langsung terperanjat saat satu ember yang berisi air yang sudah di beri cat berwarna membasahi seluruh pakaiannya yang berwarna putih. Kedua tangannya mulai mengepal kuat lalu menatap pada langkah yang kian mulai mendekat.
"Itulah akibatnya jika lo berani ngelawan gue, CU___PU..!! " sambil menekan kepala Bianca,Aluna menekan kata 'cupu'. sehingga membuat kedua temannya yang bernama Lira dan juga Ami tertawa.
"Lo ke kanak-kanakan! beraninya main keroyokan!" Bianca berbicara begitu dingin sambil menatap ke arah ketiga gadis tersebut.
"Apa, apa,apa? coba katakan sekali lagi? gue gak denger? " ejek Lira yang mendekatkan telinganya ke arah Bianca.
"Eh cupu!! elo tau diri ya di sekolah ini!" Kata Ami sambil mendorong dada Bianca keras membuatnya memundurkan langkah.
"Udah muka lo jelek! di tambah kaca mata super gede dan tebal! apalagi saat liat muka lo yang penuh bintik hitam, membuat gue pengen muntah!!" kata Ami lagi melanjutkan dengan nada penuh ejekan dan juga hinaan.
Aluna hanya menikmati permainan sambil menyilangkan kedua tangannya di dada penuh ke keangkuhan.
"Kalian semua memang pengecut!! " desis Bianca membuat wajah Aluna berubah marah.
"Kurang ajar lo! mulut lo emang perlu gue kasih pelajaran!" sulut Aluna penuh emosi.
"Lira! Ami! pegang kedua tangannya!" perintah Aluna yang langsung di ikuti.
Bianca hanya tersenyum lalu dengan cepat menghindar sebelum kedua tangannya di cekal, lalu menendang bokong Lira dan Ami bergantian membuat keduanya tersungkur.
"Aaa...! " jerit keduanya bersamaan saat jatuh terjerembab ke tanah.
Wajah Aluna semakin memerah, tanda jika amarahnya semakin besar, dengan langkah berat dan tegas juga tangan yang sudah ia tinggikan,mendekati Bianca dan langsung mendaratkan tamparan.
Plak...
Tamparan yang begitu keras dan terdengar nyaring memenuhi area parkir. Aluna langsung memundurkan kakinya merasa terkejut dengan seseorang yang menghalangi tamparannya itu begitu juga dengan Bianca yang berdiri mematung di belakang orang tersebut.
"Jojo.. " lirih Bianca tak percaya.
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗