Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 (Menjelang Perceraian)
“Kapan persidangan perceraian mu?” Ucap Wiliam.
Mereka bertemu di Basement Parking. Dengan diam-diam Teresa masuk kedalam mobil milik Wiliam setelah acaranya selesai. Merek berdua berbincang tentang sesuatu, sementara Dion berjaga diluar.
“Perceraianku sekitar satu minggu lagi” ucap Tere.
“Apa kau yakin akan selesai saat itu juga?” Ucap Wiliam.
“Aku yakin, karena Kristan sudah akan menikah sebentar lagi” ucap Tere.
“Kau juga akan menikah sebentar lagi, sebaiknya kau juga bersiap” ucap Wiliam, Tere terdiam setelah mendengarnya.
“Apa yang harus aku siapkan?” Ucap Tere.
“Menjaga kesehatanmu” ucap Wiliam.
Wajah Teresa memerah saat mendengar ucapan Wiliam. Walaupun terdengar sederhana, tetapi ucapan itu bisa membuat Tere tersentuh. Ia sudah lama tidak merasakan dipedulikan orang lain.
Bahkan Tere sudah lupa bagaimana rasanya. Ia menyentuh kedua pipinya yang memanas. Di dalam mobil sangat dingin, tapi Tere merasa kepanasan.
“Aku akan mengantarmu pulang” ucapnya tanpa melihat kearah Teresa.
Dion dan sang supir masuk setelah Wiliam mengizinkannya. Tere hanya bisa diam saat mobilnya melaju. Ia tidak tau apa yang harus dibicarakan disini. Ia tidak begitu mengenal orang-orang yang ada di dalam mobil ini.
“Apa kau masih tinggal seatap dengan suamimu?” Ucapnya sembari melihat iPad ditanganya.
“Iya, aku masih tinggal dengannya. Tapi aku tidur terpisah denganya” ucap Tere.
“Kapan terakhir kali kau berhubungan badan dengan suamimu?” Ucap Wiliam.
Suasana canggung mendadak Tere rasakan. Ia malu membahas hal ini. Apalagi disini ada sekretaris Wiliam dan juga supir yang sedang fokus menyetir.
“Setahun yang lalu?” Ucap Tere.
“Tidak mungkin!” Ucap Dion dengan tiba-tiba.
“Benar! Aku tidak berbohong” ucap Tere mencoba meyakinkan mereka.
Memang benar apa yang dikatakan Teresa. Dia dan Kristan memang sudah tidak pernah melakukan hubungan selayaknya suami istri. Kristan lebih sering berselingkuh dan mengabaikannya.
Tere yang merasa lelah bekerja juga tidak terlalu mementingkan hal-hal seperti itu. Tapi kemudian Tere menyadari tentang sesuatu. Ia menatap Wiliam tajam.
“Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa kau ingin tidur denganku?” Ucap Tere.
Dion yang memang sedang meminum air itu langsung tersedak begitu mendengar ucapan Teresa. Wiliam yang sedang menatap iPad nya juga langsung menatap Tere tak percaya.
“Tidak mungkin. Dan tidak akan pernah terjadi” ucap Wiliam dengan nada penekanan di setiap katanya.
“Apa kau gay? Astaga! Jangan-jangan?” Ucap Teresa sembari menutup mulutnya dengan kedua tanganya.
“Aku bukan gay. Aku hanya tidak berselera denganmu” ucapnya dan mengalihkan pandanganya ke iPad.
Teresa kesal saat mendengar ucapan itu. Ia langsung membuang mukanya kearah jalan raya. Di dalam hatinya ia mengucapkan banyak sumpah serapah kepada pria bernama Wiliam ini.
Sang supir menghentikan mobilnya sejenak di sebuah minimarket. Dion ingin membeli sesuatu disana. Dan meninggalkan Teresa dan juga Wiliam berdua di dalam mobil.
Wiliam terkejut saat Teresa tiba-tiba menyentuh lengannya dengan lembut. Teresa menatap Wiliam dengan tatapan menggoda. Wiliam merasa bulu kuduknya berdiri, ia menahan nafasnya saat Teresa semakin mendekat kearahnya.
“Aku tidak percaya jika kau tidak membutuhkanku dan tidak berselera denganku” bisik Teresa.
Teresa membuka satu kancing kemejanya. Dan itu semakin membuat Wiliam panik, ia membeku dan mendadak tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Ia merasakan hawa panas disekitarnya.
“Lihat! Bahkan wajahmu memerah. Jangan berbicara seolah aku adalah wanita menjijikkan!” Ucap Tere dan menjauh dari Wiliam.
Wiliam masih terdiam membeku. Ia mencerna kembali kata-kata yang Teresa ucapkan padanya. Dia melonggarkan dasinya agar rasa sesak itu hilang.
“Dasar wanita rubah sialan!” Batin Wiliam.
Tak lama Dion dan supir masuk kembali kedalam mobil. Dion mengernyit saat melihat bos sekaligus sahabatnya itu salah tingkah. Lalu matanya beralih menatap Teresa yang terlihat sedang marah.
Dion yang mengetahui situasi segera menyuruh supir untuk melajukan mobilnya. Sementara Teresa, dia masih saja menggerutu. Dia bahkan menjauhkan posisi duduknya dari Wiliam.
“Kurasa dia memang gay!” ucap Tere dalam hati.
Teresa ingin sekali mengetahui alasan sebenarnya, kenapa Wiliam seperti tidak sudi berdekatan dengannya. Bahkan ucapan pria itu yang mengatakan tidak berselera dengan Tere, sangat menyakiti hati seorang Teresa.
Tiba-Tiba Teresa ingin mencari tau lebih banyak tentang Wiliam. Apa yang coba pria itu tutupi, dan kenapa selama ini Wiliam tidak menikah dan malah akan dijodohkan saat itu.
Bukankah sangat aneh jika seseorang seperti Wiliam tidak pernah mempunyai kekasih? Padahal dilihat dari wajah dan kekayaannya saja, dia bisa dengan mudah memikat wanita.
Dan tentang pernikahan ini, Teresa merasa aneh karena seorang Wiliam rela menikah tanpa cinta dengannya. Apa sebenarnya maksud Wiliam saat ini, Teresa sungguh ingin tau.
Tak terasa mobil yang Tere tumpangi sudah sampai di depan kontrakannya. Ia terkejut karena mobilnya berhenti tepat di depan kontrakannya. Salah Tere sendiri karena ia terus melamun di sepanjang perjalanan.
“Terimakasih sudah mengantarku” ucap Tere tanpa melihat kearah Wiliam.
Ia langsung keluar dari mobil dan berdiri sejenak untuk menunggu mobil Wiliam pergi dari depan tempat tinggalnya. Tere berbalik setelah memastikan bahwa mobil mewah itu sudah hilang dari pandangan matanya.
Tere merasakan sesuatu yang aneh, dia seperti sedang di perhatikan oleh seseorang dilantai dua. Tere langsung melihat keatas, dan dia melihat Kristan sedang menatapnya.
Tere sedikit ketakutan, karena tatapan mata itu sangat berbeda dari biasanya. Kristan masih menatap Teresa datar tanpa mengatakan apapaun. Tere yakin bahwa Kristan telah melihat mobil Wiliam yang mengantarnya tadi.
Tere memutuskan untuk tetap melanjutkan langkahnya menaiki tangga. Entah apa yang akan Kristan lakukan padanya nanti. Tere sudah siap untuk menghadapi lelaki gila itu.
Mata Tere melihat kearah Kristan yang sedang berkacak pinggang seperti sudah menunggu kehadirannya. Tere memilih untuk diam dan berjalan menuju pintu masuk.
“Siapa dia?” Ucap Kristan.
Tere yang mendengar itu langsung mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam kontrakannya. Ia menoleh kearah sumber suara sembari menatapnya datar.
“Dia kekasihku” ucap Tere.
“Ahh, pria tua itu?” Ucap Kristan.
Tere tersenyum tipis mendengar ucapan yang keluar dari mulut Kristan. Bagaimana dia bisa menyimpulkan bahwa pemilik mobil Mewah itu adalah seorang pria tua.
“Kenapa? Apa ada masalah jika dia pria tua?” Ucap Tere.
“Kau hanya mengincar hartanya bukan?” Ucap Kristan.
“Benar! Tebakanmu benar sekali!” Ucap Tere sembari terkekeh.
“Wanita ular!” Ucap Kristan.
“Jika aku wanita ular, maka kau pria ular? Bukankah kau menikah dengan Sonia karena uang juga?” Ucap Tere. Dan membuat Kristan mengepalkan tangannya.
“Tutup mulutmu!” Ucapnya terpancing emosi.
“Sebentar lagi kita akan bercerai, aku tidak akan mempermasalahkan perlakuan buruk mu selama ini. Tapi kumohon, setidaknya bersikap baiklah padaku di waktu-waktu terakhir” ucap Tere.
“Tentu, aku akan memperlakukanmu dengan baik. Dan aku memberikan ini padamu” ucap Kristan memberikan undangan pernikahan.
Tere menerima kertas undangan pernikahan itu. Disana ia melihat nama Kristan dan juga Sonia tertulis disana. Ia kembali mengingat momen dimana ia menikah dengan Kristan saat itu, saat itu ia sangat bahagia dan yakin bahwa di masa depan ia akan terus bersama pria bernama Kristan. Tapi ternyata, apa yang terjadi di masa depan terkadang tidak sesuai dengan harapan. Dan Tere tidak menyangka, bahwa pernikahan dengan janji suci itu akan berakhir sebentar lagi.
“Selamat! Semoga kalian bahagia” ucap Tere.
“Kau harus datang, kau adalah tamu penting disana. Dan datanglah bersama pria tua itu nanti” ucapnya sembari tersenyum mengejek.
“Aku tidak bisa janji. Karena kekasihku itu sangat sibuk” ucap Tere.
“Cih! Seperti orang penting saja” ucap Kristan.
“Dan apakah kau tidak merasa jiji membayangkan kau berhubungan badan dengan seorang pria tua itu? Aku bahkan mual hanya dengan membayangkannya saja” ucap Kristan.
Teresa membayangkan bagaimana wajah Wiliam dan juga postur tubuh pria itu. Dan ia membayangkan bagaimana ia melakukan hal itu dengannya. Tanpa sadar Tere menggigit bibir bawahnya sendiri, ia merasakan hawa panas secara tiba-tiba.
lanjutttttt
lanjutttttttt