Karena ditinggalkan oleh kekasihnya dalam keadaan hamil, Felinova terpaksa setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya untuk menutupi aib keluarga.
Faisal Ramadhan, lelaki pekerja keras yang hidup sebatang kara dan pernah diasuh oleh keluarga Handoko pada akhirnya menikah dengan putri tunggal keluarga konglomerat itu sebagai bentuk balas budinya.
Kehidupan pernikahan yang dingin dan tanpa cinta membuat Feli tersiksa, terlebih setelah ia diasingkan di desa kecil bersama suaminya yang lebih tua 15 tahun darinya.
Sanggupkah Feli bertahan dan jatuh hati pada ketulusan Faisal? Atau pernikahan itu akan usai setelah si bayi lahir seperti kesepakatan di awal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah!!
Hening. Hanya suara jarum jam yang berbunyi dalam hitungan konstan. Faisal sudah tiba di kediaman mewah Handoko sejak dua jam yang lalu. Bik Sum lah yang pertama kali menyambut kedatangan Tuan Mudanya itu, sementara Sartika masih sibuk di kamar untuk merawat suaminya. Feli yang biasanya paling bersemangat menyambut kedatangan Faisal kini memilih bersembunyi di kamar dan mengurung diri. Zulfikar, karyawan Faisal yang tadi mengantarnya ke kota, memilih untuk jalan-jalan dulu mumpung ada di kota besar.
Tok tok tok.
Faisal tersentak, ia menolehi pintu kamarnya dengan waspada. Tak berapa lama pintu itupun terbuka perlahan, wajah cantik Sartika muncul dengan senyuman hangat.
"Kamu sudah makan, Sal?" tanya Sartika lembut sembari menghampiri putra asuhnya tersebut.
"Sudah, Mi. Tadi kami mampir di rest area untuk sarapan sebelum kemari. Gimana keadaan Papi?" tanya balik Faisal. Ia sangat khawatir saat tadi Bik Sum bilang bila Handoko sedang sakit.
"Sudah mendingan. Baru bisa tidur setelah semalaman tadi sempat kesakitan. Apa kamu sudah bertemu Feli?"
Faisal menggeleng cepat, sejujurnya ia rindu pada adiknya yang usil dan temperamen itu namun Faisal tak pernah berani masuk ke kamar Feli. Selain karena mereka sudah sama-sama dewasa, Faisal bukanlah Kakak kandungnya. Kenyataan itu membuat Faisal mulai menjaga jarak semenjak Feli mulai ABG, ia tak ingin terlampau dekat mengingat mereka tak sedarah.
"Feli hamil, Sal."
"Hah?!" Faisal melotot kaget dengan napas tertahan. Ia mengawasi Sartika dan berharap Maminya itu tertawa sembari berkata bila dia sedang bercanda seperti kebiasannya. Namun nyatanya, air mata Sartika menetes saat tatapannya dan Faisal bertemu.
"Mi, bagaimana bisa?" keluh Faisal syok, raut dingin wajahnya berubah sendu.
"Mami juga kaget, baru sekarang Feli pacaran dan kelewat batas seperti ini. Dan yang paling menyakitkan, pacarnya kabur, Sal! Huhuhu ..." tangisan Sartika semakin histeris.
Faisal mengusap wajahnya yang terasa menegang karena terlampau syok. Napasnya mulai naik turun tak normal.
"Untuk itulah kami memanggilmu kemari, hanya kamu yang bisa menyelamatkan Feli, Sal!"
"Apa maksud Mami? Apa yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan Feli, Mi?!" paksa Faisal dengan frustasi.
Sartika terdiam, ia memegang erat dua bahu Faisal dan menatapnya dalam. "Nikahi Feli."
Jderrrr.
Bagai petir di siang bolong, tubuh Faisal terasa tersambar dan hancur berkeping-keping. Sengatan listrik ratusan ribu volt seolah menyengat tubuhnya kala itu juga.
"T-tapi Mi, kami bersaudara ..."
"Tolong kami, Sal." Sartika bangkit dari samping Faisal dan bersiap untuk bersujud di depan putranya itu.
Secara reflek Faisal berdiri dan menahan tubuh Sartika yang hendak bersimpuh di hadapannya. "Mi, jangan seperti ini."
"Hanya kamu satu-satunya harapan kami, hanya kamu yang menyayangi Feli dengan tulus."
"Tapi kami bersaudara, Mi. Bagaimana kalau --"
"Papimu sudah memikirkan hal itu, lagi pula kalian tak sedarah, bukan? Orang-orang sudah tahu bila kami mengadopsimu kala itu. Mereka pasti paham."
Faisal menghembuskan napasnya berat. Kenapa semua malah dibebankan di pundaknya!
"Feli sempat ingin mengugurkan janinnya. Beruntung saat itu Mami lebih dulu menemukan obat itu. Kalo nggak ... mungkin seumur hidup Feli akan menyesali perbuatannya!"
Faisal melirik Sartika yang mulai tenang dan sesekali merapikan bulu mata extensionnya. Sekali lagi napas Faisal terhembus dengan sangat berat, seolah ribuan ton beras bertumpu di pundaknya. Kenyataan bila Feli hamil tanpa suami sudah memukul jiwanya, ditambah lagi Faisal harus menikahinya! Ide gila macam apa ini! Dan Feli sempat akan mengugurkan kandungannya? Oh, yang benar saja! Janin itu tidak berdosa, orang tuanya-lah yang pendosa. Sebagai alumni anak panti asuhan yang dibuang di sana sejak bayi, Faisal paham rasanya menjadi anak yang tak diharapkan, dan dia tak ingin anak Feli kelak merasakan hal itu.
"Hanya kamu yang bisa menyelamatkan masa depan Feli dan anaknya, Sal." Sartika kembali duduk di ranjang Faisal dan menatap putranya itu dengan hangat. "Sebenarnya kami bisa saja menikahkan Feli dengan lelaki lain dan membayarnya, tapi kami takut hal itu akan memperburuk keadaan mereka berdua suatu saat nanti. Belum lagi segala kemungkinan bisa saja terjadi, Feli bisa saja dilecehkan, diperlakukan dengan nggak baik dan --"
"Baiklah, Mi. Aku akan menikah dengan Feli."
.
.
"Saya terima nikah dan kawinnya Felinova Barata binti Handoko Subhan Barata dengan mas kawin perhiasan seberat 10 gr dibayar tunai!"
Faisal melirik Handoko dan Zulfikar serta penghulu yang menikahkannya dengan hati berdebar. Semalam suntuk Faisal menghafalkan ijab qobul dan mempersiapkan batinnya.
"Sah?" Penghulu menolehi para saksi.
"Sah!!!" "Sah!" Zulfikar dan Handoko menyahut bersamaan.
Fiuh! Faisal menghembuskan napasnya lega. Ia menggosokkan kedua tangannya yang dingin dan gemetaran. Satu fase penting kehidupannya sudah berhasil ia lalui dengan lancar meskipun dengan keterpaksaan.
Senyuman di wajah Handoko terlihat semakin lebar, ia bangkit dan memeluk Faisal dengan erat.
"Terima kasih, Sal! Terima kasih, Anakku!"
Faisal membalas pelukan itu dan memejamkan matanya dengan perasaan campur aduk. "Tidak perlu berterima kasih, Pi. Apapun akan aku lakukan untuk kalian."
Handoko menepuk-nepuk pundak anak angkat sekaligus menantunya itu dengan bahagia. Satu beban beratnya telah teratasi, pengorbanan Faisal membuat segala permasalahan selesai.
Sementara itu di kamar, Feli tak henti-hentinya komat-kamit membaca doa. Di satu sisi ia gugup dan cemas apakah Faisal lancar melalui prosesi ijab qabulnya, sementara disisi lain Feli membenci dirinya sendiri dan janin yang ia kandung karena telah mengacaukan masa depannya.
Tok tok tok.
Feli tersentak, ia mengawasi pintu kamarnya dengan panik. Perlahan daun pintu itu terbuka, seraut wajah yang selalu Feli rindukan diam-diam muncul. Wajah yang selalu datar tanpa ekspresi itu perlahan tersenyum kikuk saat tatapan mereka bertemu.
"Sudah?" tanya Feli cemas seraya bengkit dari ranjangnya dan menghampiri Faisal yang mematung di pintu.
Faisal mengangguk. "Sudah."
"Fiuuuh! Aku khawatir banget takut Kak Ical nggak bisa ngomong! Syukurlah kalo sudah beres!" Feli mengusap-usap dadanya dengan lega.
Dari tempatnya berdiri, Faisal bisa melihat betapa Feli kini nampak sangat berbeda. Sudah beberapa bulan ini mereka tak lagi bertemu karena Faisal hanya sesekali mengunjungi Handoko dan Sartika.
Suasana pun mendadak canggung, Faisal tak tahu harus berbuat apa setelah ini. Ia masih mematung di pintu, tak berani untuk masuk ke dalam kamar Feli yang sangat girly.
"Masuklah, Kak. Ada yang harus kita bicarakan!" perintah Feli sembari menarik tangan Faisal dengan cepat.
Mau tak mau Faisal pun menurut, ia mengikuti Feli yang menariknya untuk duduk di sofa beludru berwarna biru langit. Ini kali ketiga Faisal masuk ke dalam kamar Feli semenjak adiknya itu beranjak ABG.
Setelah mereka duduk saling berjauhan, Feli menatap lelaki di hadapannya ini dengan tatapan tajam.
"Kita harus buat perjanjian!"
Faisal mengernyit bingung. "Perjanjian?"
Feli mengangguk cepat. "Karena kita menikah hanya demi status janin sialan ini, maka kita harus membuat perjanjian."
Janin sialan? Faisal menghembuskan napasnya geram. "Fel, jangan menyebutnya janin sialan."
"Memangnya kenapa? Gara-gara janin ini semuanya jadi runyam! Coba kalo dia nggak ada, semua ini pasti nggak akan terjadi!"
"Coba kalo kamu tidak ceroboh. Coba kalo kamu bisa menjaga diri. Janin itu tidak berdosa, kamu dan kekasihmu itulah yang pendosa!" cecar Faisal marah, rahangnya mengatup rapat.
Mendengar Faisal menceramahinya, raut wajah Feli yang tadinya full senyum sontak berubah marah. Ia menatap Faisal tak percaya.
"Kamu mau perjanjian yang bagaimana? Mari kita buat perjanjian itu asal kamu berjanji jangan pernah lagi menyebutnya janin sialan!"
Feli mengangguk paham. Sudah ia duga bila awal pertemuannya dengan Faisal akan runyam, terlalu banyak perbedaan keduanya yang tak bisa disatukan.
"Oke baiklah," lirih Feli menahan diri untuk tidak emosi. Ia harus membicarakan hal ini dengan kepala dingin.
"Pertama, Kak Ical dilarang menyentuhku atau memintaku melakukan hubungan badan. Kedua, kita tidur di kamar terpisah. Ketiga, kita akan bercerai setelah bayi ini lahir. Deal?"
...****************...
Hola, Bestie!
Jangan lupa tap ❤️ dan jempolnya 👍🏻 agar tak ketinggalan update setiap harinya. Happy weekend semua kesayangan Otor!! 🥳
wahh sumpah y kak ical jd knytaan mlh lgsung nikah y jg ma kak ical bkn dgn yg mirip sma dia🤣🤣🤣
ku fkir jonas mw bicara klo dia ga akn bw feli k amerika degh krn dia jg ga tega misahin feli n love dr haikal