Melisa, seorang gadis biasa yang sedang mencari pekerjaan, tiba-tiba terjebak dalam tubuh seorang wanita jahat yang telah menelantarkan anaknya.
Saat Melisa mulai menerima keadaan dan bertransformasi menjadi ibu yang baik, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan bahaya. Monster dan makhluk jahat mengancam keselamatannya dan putranya, membuatnya harus terus berjuang untuk hidup mereka. Tantangan lainnya adalah menghindari ayah kandung putranya, yang merupakan musuh bebuyutan dari tubuh asli Melisa.
Dapatkah Melisa mengungkap misteri yang mengelilinginya dan melindungi dirinya serta putranya dari bahaya?
Temukan jawabannya dalam novel ini, yang penuh dengan misteri, romansa, dan komedi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kevin anak kuat
Saat ini, ibu dan anak itu telah tiba kembali ke rumah gubuk mereka yang sederhana. Rumah itu terletak di pinggir hutan yang lebat, dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi dan tanaman liar yang tumbuh di sekitar rumah.
Melisa dan Kevin membawa banyak barang yang mereka beli dari pasar, mulai dari pakaian, selimut, kasur, bahan makanan, berbagai macam bibit tanaman, ada sayuran dan juga bunga, serta berbagai macam lagi kebutuhan rumah. Mereka berdua terlihat sangat bahagia dan puas dengan hasil belanja mereka.
"Ibu, apa kita sekarang menjadi orang kaya?" tanya Kevin, dengan melihat pada belanjaan yang begitu banyak.
Melisa tersenyum cerah. "Hmm, bukan orang kaya, sayang, tapi orang yang cukup," jawabnya.
Kevin masih terlihat bingung. "Cukup, bu?" tanya Kevin lagi.
Wanita itu menganggukkan kepala. "Ya, maksudnya cukup untuk beli makanan, beli pakaian, dan lain-lain. Setidaknya kita tidak akan memusingkan soal makanan untuk kedepannya," jelasnya, suaranya terdengar penuh keyakinan. Dengan menyusun beberapa barang ke tempat-tempat yang telah ia sediakan.
Kevin menganggukkan kepalanya sebagai respon mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh Melisa. "Ternyata begitu..." tapi jujur saja dia sangat senang mendengar penjelasan sang ibu.
Melisa mengehentikan aktivitasnya lalu memandang Kevin dengan penuh kasih sayang. "Baiklah, sekarang Kevin mandi ya,ibu akan membersihkan ini terlebih dahulu, lalu memasakkan makanan yang enak untuk kita," pintanya.
Anak kecil tersebut menganggukkan kepalanya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sedangkan Melisa kembali menyusun barang-barang tersebut seperti yang sudah ia lakukan sebelumnya.
Wanita itu bekerja dengan gembira, menyusun barang-barang dengan rapi dan membersihkan rumah dengan teliti. Ia bisa merasakan rasa bahagia dan kepuasan di hatinya, karena ia tahu bahwa mereka telah memiliki apa yang mereka butuhkan.
Setelah beberapa saat Kevin telah selesai membersihkan diri, lalu menghampiri sang ibu yang masih sibuk di dapur. "Wah, anak bu sudah wangi dan tampan," puji Melisa saat melihat kedatangan putranya.
"Terima kasih, bu," senyum cerah terpampang jelas di wajah mungil itu.
"Sekarang ayo kita masak sesuatu yang enak!" teriaknya dengan penuh semangat. Kevin juga dengan semangat membantu Melisa.
Hingga akhirnya Melisa berdiri di depan meja makan, dengan senyum yang lebar di wajahnya. Ia telah memasak beberapa hidangan sederhana, tapi lezat, untuk putranya yang tersayang.
"Wah! Semua telah siap, Kevin sayang ayo kita makan," pintanya pada Kevin yang sedari tadi sedang sibuk dengan beberapa tomat yang di cucinya.
Anak itu meletakkan tomat pada tempatnya lalu berjalan ke arah meja makan, kemudian matanya terlihat menunjukkan kekaguman saat melihat makanan yang lezat di depannya. "Ini terlihat sangat enak bu..." pujinya, suaranya pelan tapi begitu antusias.
Melisa tersenyum senang saat mendapatkan apresiasi dari orang tercintanya. "Makan yang banyak, sayang, biar cepat besar," ujarnya dengan begitu bahagia. Lalu mengambil piring Kevin dan mengisinya dengan begitu banyak nasi dan juga daging.
Sejujurnya Kevin agak terkejut saat melihat porsi yang begitu besar. Akan tetapi ia juga merasa sangat senang karena tahu jika wanita ini memberikannya begitu banyak makanan karena menyayanginya.
"Terimakasih bu..." ujarnya dengan memasukkan beberapa potong daging ke dalam mulutnya, matanya terlihat membola saat merasa daging yang begitu empuk dan lezat yang berada di mulutnya. "Ini enak, bu, bahkan sangat enak," puji Kevin, dengan cepat kembali memasukkan makanan kedalam mulutnya.
Sedangkan Melisa hanya tersenyum dan memandang Kevin yang memakan makanannya dengan begitu lahap, itu membuatnya merasa sangat puas. "Makan pelan-pelan, nanti kamu tersedak, loh..." ujarnya dengan kedua sudut bibir tertarik ke atas.
Akan tetapi kemudian, Melisa baru menyadari satu hal yang membuatnya merasa sedih. Kevin benar-benar sangat kurus saat ini. Bahkan, pipi gembul bayinya tidak terlalu terlihat. Melisa merasa seperti sedang ditusuk oleh jarum yang tajam, karena ia menyadari betapa beratnya beban anak ini sebelum ada dirinya.
"Sayang, Ibu mau tanya..." kata Melisa, suaranya pelan tapi penuh perhatian.
"Apa, bu?" Kevin melihat sebentar pada Melisa dan menghentikan makannya.
"Pada saat ibu belum baik seperti sekarang, bagaimana Kevin makan?" tanya Melisa dengan suara yang begitu pelan.
Kevin terdiam sejenak tapi kemudian ia melepaskan sendok yang ada di tangan kanannya dengan masih menatap wanita tersebut. "Kevin bekerja, bu," jawabnya, suaranya terasa begitu pelan.
Mendengar jawaban tersebut justru membuat Melisa merasa seperti sedang ditusuk oleh jarum yang tajam lagi. Ia tidak bisa membayangkan bahwa putranya yang masih kecil itu telah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. "Bekerja?" tanya Melisa, suaranya terdengar sedih.
"Iya, Kevin pergi ke pinggir hutan untuk mengumpulkan beberapa ranting kayu, lalu menjualnya ke pasar," ujar Kevin.
Melisa merasa seperti sedang runtuh. Tangannya menggenggam erat sendok yang berada di tangannya. "Pasar? Apa maksudnya pasar yang kita datangi itu?" tanya Melisa.
"Iya, bu," jawab Kevin dengan menundukkan kepalanya. Sejujurnya ia masih takut jika ibunya kembali jahat dan memukulnya seperti dulu.
"De-ngan memikul beberapa ikat ranting kayu?" tanya Melisa, suaranya mulai terasa sedikit gemetar menahan tangis di pelupuk matanya.
"Iya, bu..." jawab Kevin.
"Hiks, hiks, hiks..." Melisa menangis, hatinya benar-benar hancur setelah mendengar cerita Kevin. Bagaimana tubuh sekecil itu bisa melakukan pekerjaan yang bahkan orang dewasa pun tidak sanggup melakukannya? Melisa tidak bisa membayangkan betapa beratnya beban yang harus ditanggung oleh putranya yang masih kecil itu. 'Alexa, kau benar-benar tidak punya hati,' pikir Melisa, dengan rasa sedih dan marah yang bercampur menjadi satu.