Bercerita tentang kehidupan manusia yang terusik dengan keberadaan iblis, sehingga terbentuk suatu kelompok pembasmi iblis.
Diawal cerita pemimpin kelompok pembasmi iblis berhasil membunuh raja iblis yang sangat kuat tetapi harus mengorbankan nyawanya.
Perseteruan antara iblis dan manusia tidak sampai disitu, terus berlanjut pada keturunan berikutnya. Keturunan inilah yang menjadi akhir dari perseteruan antara iblis dan manusia.
Tokoh utama : 2 anak kembar anak dari pimpinan kelompok pembasmi iblis awal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifki Arifandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#24
“Tempat ini dulunya adalah tempat untuk menyembah batu itu, orang berdatangan ke sini sambil membawa banyak sesembahan. Kalian tau setiap malam purnama datang kami memberikan sesembahan nyawa manusia di sini.”
“APA???!” Mata Sky seperti akan copot terkejut mendengar ucapan Silfi.
“Kami adalah pemimpin dari desa ini, semua tunduk dengan kami. Setelah kebenaran tentang batu itu, kami pastikan tidak ada lai yang menyembah batu, untuk prilaku menyimpang menyukai sesama jenis kami butuh waktu untuk mengembalikan mereka ke kondisi normal. Tapi kami berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk itu,” ucap Silfi sambil mengumpulkan semua sesembahan di ruangan itu.
“Terus nyawa siapa yang kalian korbankan?” tanya Sky.
“Nyawa penduduk yang ditinggalkan pasangannya yang telah mati karena penyakit kutukan yang kalian maksud. Bagi kami jika pasangan telah mati,” jawab Silfi.
“Sungguh sudah sangat tersesat kalian!” Sky mengambil semua pusaka yang ada di ruangan itu.
“Mau kamu apakan pusaka-pusaka itu?” tanya Silfi.
“Akan aku musnahkan, pusaka ini dipenuhi energi negatif!” tegas jawab Sky.
“Sesungguhnya pusaka-pusaka itu adalah alat untuk mengorbankan nyawa,” jawab Silfi sambil menundukkan kepalanya, ada rasa penyesalan yang sangat mendalam di hatinya.
“Seharusnya kalian sudah sadar akan kebodohan kalian itu sekarang, jangan pernah lakukan hal ini lagi sebelum bencana datang kepada kalian!”
“Pasti, kami berjanji akan kembali ke jalan yang benar. Terimakasih untuk semuanya.” Silfi tersenyum kemudian menggenggam tangan Sky.
“Tunggulah di atas, aku akan membersihkan ruangan ini dahulu nanti aku menyusul,” ucap Silfi.
Sky mengangguk, dengan membawa banyak pusaka ia menaiki anak tangga dan sampai di atas. Di sana sudah ada Ney dan Key.
“Lorong apa itu, Kak?” ucap Key, matanya terus memperhatikan lorong gelap itu.
“Tempat itu adalah tempat ritual mereka menyembah batu yang kita hancurkan tadi malam,” jawab Sky menatap tajam ke arah Ney.
Ney yang melihat tatapan Sky hanya menunduk.
“Aku ingin masuk!” Key melangkah ke bawah.
Baru selangkah menuruni anak tangga, Silfi terlihat sedang naik.
“Jangan turun, ruangan itu sudah ku guyur dengan bensin. Akan aku bakar ruangan ini!” ucap Silfi naik bersama Key
“Cepatlah kalian pergi sebelum penduduk tau, semua persediaan makanan sudah ada di pinggir sungai. Setelah kalian melihat kepulan asap dari rumah ini, percayalah kami sudah kembali ke jalan yang benar, jalan Tuhan!” tegas jawab Ney.
“Kami percaya dengan kalian, ayo kita pergi dari sini,” Sky menarik tangan Key.
Setelah sampai di pinggir sungai, Key dan Sky memperhatikan rumah Silfi. Tak lama kemudian mereka melihat kepulan asap keluar,dan melihat Silfi dan Ney keluar dari rumah itu. Dari kejauhan Silfi melambaikan tangannya, mereka tersenyum. Ney mengacungkan jempol.
Key membalas senyuman mereka, dan mengacungkan jempolnya.
“Ayo kita pergi,” ucap Sky mengalihkan pandangan menuju hutan.
Key berjalan tapi tatapannya masih ke rumah Silfi, melihat mulai banyak penduduk berdatangan membawa ember yang berisikan air.
“Key jangan melihat ke arah sana lagi! Fokus kedepan!” bentak Sky.
“Bagaimana nasib mereka berdua, apakah tidak apa-apa kita tinggalkan?” tanya Key, dahinya mengkerut.
“Percaya saja tak akan terjadi apa-apa dengan mereka, kita harus mempersiapkan diri melawan iblis berikutnya,” jawab Sky.
Sky dan Key telah menyelesaikan tugasnya di desa para wanita itu, menghilangkan kesesatan menyembah iblis yang menurut mereka adalah Tuhan.
Nafsu yang mengendalikan diri mereka pun sedikit demi sedikit bisa dikendalikan karena mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Jangan biarkan nafsu mengendalikan diri, tapi jika nafsu bisa dikendalikan kita akan menjadi manusia yang sangat luar bisa.
Sky dan Key melanjutkan perjalannya melewati hutan yang sangat lebat pepohonan, bunyi burung, dan hewan-hewan liar terdengar bersaut-sautan. Sky berjalan masih memikirkan kondisi adiknya itu, sedangkan Key bernyanyi-nyanyi tidak karuan. Suaranya menyayat telinga.
“Key! Bisa diam tidak!” bentak Sky.
Seketika Key diam sambil menggerutu, “Dasar enggak asik.”
“Apa katamu?!”
“Enggak papa, itu burung di atas emosian haha,” jawab Key tertawa terpaksa.
“Apa benar kamu tidak mengingat apa yang terjadi pada saat melawan iblis tadi malam?” tanya Sky dengan tatapan seriusnya.
“Aku hanya mengingat saat Silfi akan di bunuh oleh salah satu tentara iblis, setelah itu aku tidak mengingatnya,” jawab Key.
“Aneh….” Sky menoleh ke depan memegang dagunya.
“Memangnya apa yang terjadi?” tanya Key.
“Kamu terkena serangan iblis dan setelah itu kamu pingsan.” Sky terpaksa berbohong.
“Kakak hebat bisa melawan iblis sebanyak itu, belum ditambah mengalahkan pemimpinnya,” sambil tersenyum Key mengacungkan jempol.
“Tentu saja, siapa dulu? Aku… haha….”
Padahal dalam hati Sky berkata, “Kau yang mengalahkan semua iblis itu, bodoh!”
“Seandainya aku memiliki kekuatan seperti Kakak, maaf menjadi beban,” jawab Key dengan tatapan sedihnya.
“Jangan bicara seperti itu, kita sama-sama kuat. Kau kuat dengan ilmu pengetahuan mu! Sudah-sudah, lebih baik kau bernyanyi lagi,” ucap Sky.
“Hahaha… Oke,” wajahnya Key terlihat ceria kembali.
Key bernyanyi, Sky diam-diam menyumpal telinganya dengan potongan kain, kepalanya bergoyang-goyang seolah menikmati nyanyian adiknya itu, padahal Sky tak mendengar apapun.
Key berhenti bernyanyi tapi kepala Sky tetap bergerak.
“Ada yang aneh….” Key berjalan bersebelahan dengan Sky.
Sky yang melihat Key di sampingnya, mengacungkan jempol sambil berkata, “Lanjutkan bagus suaramu.” Kepalanya masih bergoyang-goyang.
Key melihat telinga Sky ada kain kecil yang menyumpal, kesal, mencabut sumpalan telinga Sky.
“Dasar pembohong!” teriak Key sambil mencabut pedangnya.
Sky yang ketahuan lari terbirit-birit sambil tertawa terbahak-bahak.
“Jangan lari kau!” bentak Key, mengejar kakaknya.
“Aku tidak berbohong. Suaramu bagus jika tidak mendengarkannya haha….”
“Berhenti!”
“Ampun Key, ampun….” Sky berteriak masih tertawa.
Singkat cerita mereka melanjutkan perjalanan sudah hampir 7 hari, saat di perjalanan mereka banyak bertemu dengan hewan buas. Sky dan Key bertarung melawan hewan-hewan itu, kerja sama dalam bertarung mereka bertambah.
“Kak cadangan makanan kita sudah hampir habis, kapan kita menembus hutan ini dan sampai ke tempat berikutnya?” tanya Key, nafasnya terengah-engah.
“Nanti saat kita bertemu dengan hewan buas lagi kita ambil dagingnya dan makan saja. Berdasarkan peta itu, sebentar lagi kita sampai di tempat berikutnya.”
“Ingat kita kan dilarang makan hewan buas, hewan yang memiliki taring, hidup di 2 alam, dan hewan menjijikkan. Apa kau lupa perkataan kakek?” ucap Key.
“Astaga, aku lupa. Yasudah nanti kita cari ikan kalau tidak mendapatkan hewan yang bisa kita makan,” jawab Sky.
“Masalahnya dari tadi aku tidak melihat sungai, mencari ikan di mana?” tanya Key, duduk kelelahan.
“Ayo lanjutkan perjalanan sebentar lagi kita sampai, jangan mengeluh Tuhan pasti memberikan rezeki selagi kita mau berusaha!” tegas jawab Sky.
Mendengar perkataan Sky, Key kembali berdiri dan melanjutkan perjalanan.