NovelToon NovelToon
A Fractured Family'S Hope

A Fractured Family'S Hope

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Cerai / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:399
Nilai: 5
Nama Author: Echaalov

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.

"Aku capek di kekang terus."

"Lebih capek gak di urus."

"Masih mending kamu punya keluarga."

"Jangan bilang kata itu aku gak suka."

"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."

"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."

"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."

"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Harrel baru saja sampai di rumahnya setelah memakan ice cream bersama tadi. Harrel ingin menunjukkan pialanya kepada Mamah dan Papahnya.

Baru saja ia memasuki rumah sudah ada suara yang memanggilnya dari arah ruang tamu.

"Harrel," panggil seorang wanita.

Harrel pun mendekati ruang tamu terlihat kedua orang tuanya yang menatapnya tajam.

"Mah,Pah, Harrel juara lomba kaligrafi," ucapnya memperlihatkan piala, sertifikat dan hadiah.

Dito dan Tari sama sekali tidak melihat piala itu. Mereka menatap anaknya dengan tatapan tajam.

"Mamah sudah bilang jangan habiskan waktu kamu untuk hal yang tidak berguna," bentak Tari.

"Kamu ingin memperlihatkan piala sampah ini di depan Papah? " geram Dito. Ia merampas piala itu dari tangan Harrel lalu melemparkannya ke dinding. Piala itu hancur berkeping-keping, Harrel menatap nanar piala yang susah payah ia dapatkan hancur begitu saja.

"Mamah dan Papah keterlaluan kenapa hancurin piala Harrel? " Harrel mengucapkan itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Piala sampah kayak gitu gak ada gunanya," ucap Tari.

"Mah tapi Harrel dapetin itu dengan susah payah," ucap Harrel.

"Sudahlah kenapa kamu mempermasalahkan piala itu," ucap Dito.

"Bagi Harrel itu berharga," teriak Harrel.

Dito marah melihat anaknya yang melawan. Ia mencekram dagu Harrel cukup kuat."Jangan membentak orang tuamu."

Setelah itu Dito mendorong Harrel, sehingga ia terduduk di lantai.

Dito mengacak rambutnya kesal."Papah peringatkan sekali lagi, kamu jangan melakukan hal-hal yang tidak berguna tugas kamu hanya belajar, belajar dan belajar." Tekan Dito.

"Mamah dan Papah akan bangga sama kamu ketika kamu mendapatkan nilai sempurna dan menjadi peringkat pertama camkan itu," ucap Tari.

Setelah itu mereka pergi meninggalkan Harrel yang masih terduduk di lantai. Bulir-bulir air mata berjatuhan.

"Dimata Mamah dan Papah Harrel emang bukan anak yang bisa di banggakan," ucapnya tersenyum getir sambil melihat piala yang sudah tidak berbentuk.

******

Di waktu yang sama di tempat yang berbeda. Naysa baru saja sampai di rumahnya. Ia melihat ada mobil di halaman rumahnya. Ayah pasti baru sampai di rumah, dengan semangat ia masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan bahagia.

Ia membuka pintu rumahnya, namun pemandangan yang ada di dalam tidak sesuai dengan harapannya.

"Mas siapa wanita itu? " Teriak Dina.

"Bukan siapa-siapa, kamu jangan salah paham," ucap Reno tenang. Reno memegang bahu Dina, namun segera di tepis oleh wanita itu.

"Mas jangan bohong, aku tahu semuanya," ucapnya getir.

"Apa yang kamu bicarakan? Padahal aku baru saja sampai tapi kamu malah marah-marah gak jelas kayak gini," ucap Reno ia mulai terbawa perasaan marah.

"Aku sedari kemarin diam mas, aku mau mendengarkan langsung dari mulut mas tentang kebenaran yang sudah aku ketahui," ucap Dina, ia merasakan sesak di dadanya.

"Kebenaran apa? Kamu harus ngomong lebih jelas agar aku bisa tahu."

"Kebenaran bahwa kamu nikah lagi, apa itu benar mas? " Air mata berjatuhan di pipinya ketika mengucapkan itu. Ia tidak sanggup tapi mau bagaimana lagi. Ia harus mengetahui kebenaran ini.

"Jangan ngaco kamu, emang kamu punya bukti? " ucap Reno berusaha tenang.

"Aku punya bukti, kamu gak bisa ngelak lagi mas? " Dina menunjukkan di ponselnya sebuah foto pernikahan.

"Kamu dapat itu darimana? " tanya Reno risau. Kenapa hal ini bisa di ketahui oleh Dina? Padahal ia sudah menutup rapat agar tidak di ketahui oleh Dina.

"Jadi sekarang kamu mengakui kalau itu benar? " Dina tersenyum getir.

"Bukan begitu."

"Jujur aja mas aku perlu tahu! "

"Ya aku nikah lagi," akhirnya Reno mengaku. Dina merasakan semakin sesak di dadanya.

"Kenapa kamu ngelakuin itu? "

"Dia bos aku, aku juga suka sama dia jadi kita menikah," ucap Reno.

Dina menatap tidak percaya Reno. Ternyata ucapan temannya benar bahwa suaminya menikah lagi dengan bosnya.

Dina menatap ke arah lain agar tidak bertatapan dengan suaminya. Namun ketika ia menatap ke arah lain tatapannya bertemu dengan seorang gadis kecil yang berdiri di pintu dengan memegang piala, sertifikat, dan hadiah.

"Nanay," ucapan lirih Dina terdengar oleh Reno. Reno melihat ke arah yang di tatap Dina, di sana berdiri seorang gadis kecil dengan mata yang berkaca-kaca.

Reno mendekati gadis kecil itu, namun belum sempat ia mendekat gadis kecil itu berlari pergi. Menjatuhkan piala, sertifikat dan hadiahnya di depan pintu.

"Nanay," teriak Reno.

Dalam pikiran Naysa saat ini adalah ia harus pergi sejauh mungkin dari rumahnya. Untuk saat ini ia tidak mau melihat kedua orang tuanya.

Tanpa sadar langkah Naysa sudah jauh dari rumahnya. Ia berhenti sejenak karena lelah berlari. Ia berusaha menenangkan hatinya yang merasa sesak, namun pemandangan di depannya membuat hatinya semakin sesak.

"Rara hebat banget bisa juara," ucap Risa tersenyum bangga. Risa sangat bangga melihat anaknya mendapatkan piala.

"Bagus nih kehebatan kakak dalam menggambar menurun ke kamu," ucap Tina sambil mengacak rambut Tyra.

"Ih kakak jangan ngacak-ngacak rambut Rara," Tyra memanyunkan bibirnya merajuk.

"Ini kenapa bibirnya monyong kayak gitu," Tina dengan usil memegang bibir Tyra.

"Mah,Pah liat kak Nana jahil," adu Tyra kepada Dika dan Risa.

"Kak Nana jangan gangguin adiknya kasian," ucap Risa. Tyra tersenyum kemenangan ketika di bela oleh Risa. Ia menjulurkan lidahnya mengejek sang Kakak.

"Idih anak Mamah ngadu," ucap Tina.

"Emang kamu bukan anak Mamah? " tanya Risa.

"Anak Mamah lah masa aku anak pungut," mendengar ucapan Tina mereka tertawa.

"Karena Rara hebat udah juara, Papah akan kasih Rara hadiah, Rara mau apa? " tanya Dika.

"Pengen coklat sama di peluk Papah dan Mamah," ucap Tyra.

Dika dan Risa yang mendengar permintaan putrinya, mereka merentangkan tangannya. Tyra mendekati mereka lalu memeluknya.

"Kakak gak di ajakin nih? "  Tina berpura-pura merajuk. Tyra terkekeh melihat sikap kakaknya.

"Sini kakak juga ikutan," ucap Tyra. Setelah itu Tina pun mendekat lalu ikutan memeluk.

Pemandangan itu di saksikan oleh Naysa. Hatinya semakin sesak, ia iri kepada Tyra yang mempunyai keluarga yang Cemara.

"Di saat keluarga aku berantakan dan hancur, kenapa aku harus melihat ini? Apakah aku harus merasakan ini semua tuhan? Kenapa ini semua gak adil? "

Tanpa sadar setetes air mata berjatuhan di pipinya. Naysa terus menatap Tyra dan keluarganya yang terlihat bahagia. Bahkan sekarang mereka sedang bersenda gurau. Senyuman selalu terlukis di wajah mereka. Rasa iri semakin membuncah di hatinya. Naysa mengepalkan tangannya. Setelah itu ia pergi, ia tidak mau melihat itu lagi.

Tatapan Tyra tertuju kepada seorang gadis kecil yang telah pergi dari halaman rumahnya.

"Nanay? "

Kenapa Nanay ada di sini? Mungkin aku salah lihat

"Rara ayo masuk udah mau gelap," ucap Risa.

"Iya Mah," setelah itu Tyra pun masuk ke dalam rumah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!