Kanaya Nadhira.Perempuan berparas cantik berusia 28 tahun.Menikah dengan pria pilihannya,Bayu Bagaskara.Namun pernikahannya harus berakhir,karena hadirnya orang ketiga yang tak lain adalah sekretaris sang suami diperusahaan.Dan mengejutkannya lagi,perempuan tersebut sedang mengandung benihnya.Bayu menceraikannya karena ia belum bisa memberikan keturunan.Namun Bayu melupakan satu hal yang membuatnya harus kehilangan semua asetnya.Bagaimanakah kelanjutan kisah Bayu dan Kanaya?Yuk ikuti terus ceritanya..
Dikarenakan ini karya pertamaku , mohon bimbingannya ya😍
Terima Kasih🍒
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra Deanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS 25
Siska berjalan dengan wajah penuh kebencian , mengutuki semua orang yang telah menyakitinya."Aku akan membuat mereka menyesal!".Ia berbicara pada dirinya sendiri dengan suara penuh dendam."Aku tidak akan pernah memaafkan mereka!"
Jika disini rasa ingin balas dendam Siska semakin kuat,berbeda dengan Bayu yang kini menyesali semua perbuatannya.Bahkan ia sempat berpikir untuk pergi meminta maaf pada Kanaya.
"Apakah seperti ini yang dirasakan Kanaya dulu?Aku tak tahu bersyukur memiliki istri seperti dia.Mungkin ini karma karena sudah menyakitinya."batin Bayu menahan sesak di dadanya.Sakit hati yang begitu mendalam dirasakan oleh Bayu.
Tak ingin larut dalam kesedihan,Bayu menyeka air matanya yang kini membasahi pipinya.Ia ingin menenangkan diri.Untuk pertama kalinya ia menyesal sudah menyakiti mantan istrinya.
Setelah merasa dirinya tenang,Bayu kembali melajukan motornya untuk pulang.Kini Bayu harus segera keluar dari rumah yang ia tinggali,karena rumah itu milik Siska.
"Aku harus kemana?Uang pun hanya tinggal sedikit.Lalu ibu?Bagaimana cara nya aku membicarakan semua ini dengannya.Ah Tuhan.Ampuni aku"air matanya kembali turun membasahi pipinya.
Bayu akhirnya sampai di rumah, masih terasa sedikit pahit setelah memergoki Siska bersama pria lain. Setelah memutuskan untuk menceraikan Siska, sekarang giliran mereka untuk pindah dari rumah itu.Rumah itu sudah jadi hak milik Siska, jadi mereka tidak bisa tinggal di sana lagi.
Bayu masuk rumah dengan wajah kusut. Ibunya yang sedang duduk langsung menyambutnya dengan wajah khawatir.
"Bayu, ada apa? Kenapa wajahmu muram begitu," tanya ibunya.
"Aku udah tahu tentang Siska, Bu," jawab Bayu dengan suara lelah.
"Apa itu? Cerita, Nak," tanya ibunya.
"Siska selingkuh, Bu. Aku udah lihat dia sama orang lain," jawab Bayu dengan suara pahit.
Ibunya terdiam, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Bayu bisa lihat kesedihan di wajah ibunya, dan dia tahu ibunya juga merasa sakit dan kecewa.
Ibunya Bayu memandang anaknya dengan mata yang penuh penyesalan. "Ibu minta maaf ya Yu" katanya dengan suara yang lembut.
Bayu terkejut. "Minta maaf? Kenapa, Bu?"
Bu Lili mengambil napas dalam-dalam. "Ibu minta maaf karena aku sudah ikut andil dalam hancurnya pernikahan kamu. Ibu terlalu ikut campur."
Bayu terdiam, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Ia bisa melihat penyesalan di wajah ibunya, dan ia tahu bahwa ibunya benar-benar menyesali apa yang telah terjadi.
"Aku tidak bisa menyalahkan kamu, Bu," kata Bayu akhirnya. "Aku tahu kamu hanya ingin yang terbaik untuk aku."
Ibunya Bayu mengangguk, dan air mata mulai mengalir di pipinya. "Lalu sekarang bagaimana?Kamu sudah menceraikan Siska,bukankah kita harus segera keluar dari rumah ini?"
Bayu mengangguk, merasa sedikit lega karena ibunya sudah memahami situasinya. "Iya, Bu. Kita harus segera keluar dari rumah ini. Rumah ini milik Siska, dan aku tidak ingin ada masalah lagi."
"Ibu setuju, Nak. Kita akan segera mencari tempat baru untuk tinggal. Tapi, apa yang akan kamu lakukan tentang Kanaya? Apakah kamu akan mencoba untuk meminta maaf dengannya?"
Bayu terdiam, merasa sedikit ragu tentang apa yang harus dilakukan. "Aku... aku tidak tahu, Bu. Aku masih perlu waktu untuk memikirkannya."
***
Satu minggu berlalu,Siska masih belum juga mendapatkan pekerjaan.Berbeda waktu masih menikah dengan Bayu,ia masih disokong oleh pria simpanannya.
Ia berjalan mondar-mandir di rumah, merasa frustrasi dan kesal. "Aku harus cari kerja, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana," katanya pada dirinya sendiri.
Siska tersenyum pada dirinya sendiri, percaya diri mulai kembali. "Aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, termasuk uang," katanya dengan nada yang lebih percaya diri.
Ia kemudian berpaling dari cermin dan memulai mencari pakaian yang sesuai untuk pergi keluar dan mencari pekerjaan.
Dengan pakaian yang rapi dan Siska keluar dari rumahnya dan menuju ke kota. Ia memiliki rencana untuk mengunjungi beberapa tempat yang mungkin bisa memberinya pekerjaan.
Siska berhenti di depan sebuah kafe yang terlihat mewah dan modern. Ia memandang plakat yang tergantung di depan kafe, yang bertuliskan "Kafe Mewah - Penerimaan Karyawan".
Ia tersenyum, merasa bahwa ini adalah kesempatan yang tepat untuknya. Ia mengambil napas dalam-dalam, memperbaiki penampilannya, dan kemudian masuk ke dalam kafe.
Saat masuk ke dalam kafe, Siska langsung disambut oleh seorang pelayan yang ramah. "Selamat datang di Kafe Mewah! Apa yang bisa kami bantu hari ini?" tanya pelayan itu.
Siska tersenyum dan mengeluarkan salinan resume-nya dari tas. "Saya ingin melamar pekerjaan sebagai pelayan atau pramuniaga," katanya dengan percaya diri.
Pelayan itu tersenyum dan mengambil resume Siska. "Baik, saya akan memberikan ini kepada manajer kami. Silakan tunggu sebentar, ya."
Siska menunggu beberapa menit, sambil memandang sekeliling kafe yang mewah dan modern. Ia bisa melihat bahwa kafe ini sangat populer, dengan banyak pelanggan yang datang dan pergi.
Tiba-tiba, seorang pria tampan dan elegan keluar dari ruangan belakang. Ia memiliki rambut hitam yang rapi dan mata coklat yang tajam. Ia tersenyum pada Siska dan mengulurkan tangan.
"Halo, saya Rafa, manajer Kafe Mewah," katanya dengan suara yang ramah. "Saya telah melihat resume Anda, dan saya ingin berbicara dengan Anda tentang lowongan pekerjaan kami."
Siska tersenyum dan berjabat tangan dengan Rafa. "Senang bertemu dengan Anda, Pak Rafa," katanya dengan sopan.
Rafa memimpin Siska ke sebuah ruangan kecil di belakang kafe, yang terlihat seperti ruang pertemuan. "Silakan duduk," katanya, sambil menunjukkan sebuah kursi.
Siska duduk, sambil memandang Rafa yang duduk di seberangnya. "Jadi, apa yang Anda cari dalam seorang karyawan?" tanya Siska, mencoba untuk menunjukkan minatnya pada pekerjaan tersebut.
Rafa tersenyum. "Kami mencari seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, serta dapat bekerja dalam tim," katanya. "Apakah Anda memiliki pengalaman dalam bidang ini?"
Siska tersenyum dan mengangguk. "Ya, saya memiliki pengalaman sebagai pramuniaga di sebuah toko sebelumnya," katanya dengan percaya diri.
Rafa terlihat puas dengan jawaban Siska. "Baik, saya pikir Anda memiliki kualifikasi yang tepat untuk pekerjaan ini," katanya dengan senyum. "Kami akan memberikan Anda kesempatan untuk bekerja sebagai pramuniaga di Kafe Mewah."
Siska terkejut dan gembira. "Benar? Saya diterima?" tanya dia dengan tidak percaya.
Rafa mengangguk. "Ya, Anda diterima. Kami akan memberikan Anda pelatihan dan orientasi sebelum Anda mulai bekerja. Apakah Anda siap untuk memulai pekerjaan Anda?"
Siska tersenyum lebar dan mengangguk, sambil sedikit memiringkan kepala dan mengedipkan mata. "Ya, saya siap! Terima kasih, Pak Rafa," katanya dengan nada yang sedikit lebih manis dan genit.
Rafa terlihat sedikit terkejut dengan reaksi Siska, tapi ia tidak menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan. "Baik, saya akan memberikan Anda informasi lebih lanjut tentang pekerjaan Anda," katanya dengan profesional.
Bersambung...