Karina Yuika seorang gadis yatim piatu, gadis SMK biasa dari Akademi TKJ, gadis yang optimis terhadap hidupnya dan selalu memancarkan aura positif ke orang sekitarnya dan tergantung orangnya se-frekuensi hayuk, sengaja gelud siap adu jotos wkwk. Gadis yang hidup sederhana, bisa mendapatkan perhatian dari seseorang....? Seorang gadis cantik, sederhana, kuat dan kadang-kadang sedikit nakal.
Seorang gadis cantik, didalam hidupnya hanya ada 3 kegemaran: mencari uang, mendapatkan uang, dan mengumpulkan uang! Karina Yuika, gadis yang dijuluki "Si Gadis Cantik"
Kisah seorang gadis cantik dan seorang lelaki yang memiliki watak kejam dan seorang dari masa lalu.
Alfist Anderta Eckart sosok direktur yang dingin!!! dan memandang rendah semua orang;
"Hei, kamu tidak akan bisa kabur lagi!"
'Apa yang harus gw lakukan jika seorang dari keluarga besar mengejarku! Mengapa tidak bisa menjauh?'
"Dengan adanya tanda ini, kamu sudah jadi milikku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon koeceng_olen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mungkinkah kita kan selalu bersama walau terbentang rintangan yang akan datang
Malam itu, suara detak jam di dinding hanya terdengar di antara pembicaraan Alfist dengan Dokter Nathan.
Alfist lega. "Terima kasih, Nat. Apa yang harus kita lakukan?"
Nathan menjelaskan, "Nenek Dianra memerlukan istirahat total dan pengobatan. aku akan memberikan resep obat dan instruksi perawatan."
Marselino menatap nenek dengan khawatir. "Nek, kamu harus kuat!"
Nenek Alfist tersenyum lemah. "Aku akan baik-baik saja, cucuku."
Karin memeluk nenek. "Kami akan merawatmu dengan baik, Nek."
Karin membantu Marselino merawat nenek Alfist, memberikan obat dan akan membuat makanan sesuai instruksi Dokter Nathan. Karin juga membantu menjaga kebersihan kamar dan memastikan nenek nyaman.
Di kabar kan Nenek Dianra kambuh asam lambung nya dan waktu itu adalah hari dimana para pelayan libur ternyata, di Mansion utama Keluarga Eckart tidak begitu banyak pelayan karena di Mansion itu hanya ada Marselino, Nenek Dianra, dan kadang-kadang Alfist menginap di sana. Nek Dianra tak begitu suka pelayan nya banyak, jadi pelayan itu bekerja saat dibutuhkan saja, kebetulan Nek Dianra suka memasak, jadi yah seperti gak butuh pelayan. Mendengar itu Karin gercap di antar Alfist ke Mansion utama menggunakan mobil, lumayan jauh ygy, Karin di sana akan membantu apa yang bisa di bantu, katanya Nek Dianra belum sempat masak otomatis belum makan, Karin pun gercap membuat makanan yang bisa di buat, Karin melihat ada ayam, pikiran Karin apa bikin Sop ayam saja dan nasi hangat.
Karin segera memasak sop ayam dengan resep khusus untuk Nenek Dianra, menghindari bawang putih dan lada yang bisa memperburuk asam lambung.
Yah soalnya di otak Karin hanya terpikir itu, Karin membuat Sop ayam tidak menggunakan bawang merah dan bawang putih karena dapat memperburuk gejala asam lambung, jadi lebih mendekat ayam rebus ygy.
lada dan cabe pun gak di pake, cukup garam secukupnya.
Karin mengambil ayam di freezer dia membuang lemak dan kulit ayam nya supaya mengurangi lemaknya. Setelah mencuci bersih, Karin menaruh di panci ditambah nya Jahe, kunyit, dan daun salam yang sudah di cuci bersih untuk mengurangi peradangan. Sayuran nya Karin tidak menggunakan Kol karena kol mengandung kandungan yang dapat memperburuk asam lambung, Karin hanya menggunakan kentang, wortel dan daun sop, Karin membuat satu porsi untuk nenek Dianra, Sambil menunggu masakan matang, Karin membersihkan ruangan dan menyiapkan tempat tidur Nenek Dianra.
'semoga gak bermasalah dan aman' bathin Karin saat makanan tersebut mateng.
Setelah menyiapkan segala nya, Karin membawakan ke kamar Nek Dianra.
Karin membawakan sop ayam hangat ke kamar Nenek Dianra dengan hati-hati. "Nek, makanan sudah siap. aku sudah membuat sop ayam dan nasi hangat untukmu. Aku membuatnya khusus untukmu, tanpa lemak dan bumbu yang bisa memperburuk asam lambung. Makan dulu, ya!"
Nenek Dianra tersenyum lemah. "Terima kasih, Karin. Kamu baik sekali nak. Kamu sangat perhatian pada nenek" Alfist ntah kemana mungkin lagi sama Nathan
Karin duduk di tepi tempat tidur, memperhatikan nenek Alfist yang tersenyum tipis. "Bagaimana nek? Sudah mendingan? Apa masih sakit? tanya Karin dengan nada penuh kasih.
"Sudah nak" jawab Nenek Dianra
Karin membantu Nenek Dianra makan, mendudukkan Nenek Dianra dan menyiapkan sendok sambil memberikan semangat dan dukungan. "Nenek, jangan khawatir. Aku ada di sini. Semoga sop ayam ini bisa membantu."
Nenek Dianra mengambil sedikit sop dan menikmatinya. "Enak sekali, Karin. Kamu memang pintar memasak."
Karin tersenyum, "Senang Nenek suka. Aku khawatir Nenek tidak bisa makan karena asam lambung."
Alfist masuk ke kamar membawa segelas air, melihat Karin sedang menemani, "Karin, terima kasih sudah membantu Nenek. Aku sangat berterima kasih."
Karin tersenyum. "Tidak perlu terima kasih, Al. Aku ingin membantu"
Tapi menurut Karin bukan lah harusnya ada pelayan pribadi paling tidak satu saja. "Tapi nek, siapa yang jaga? Seharusnya nenek memiliki satu pelayan atau perawat yang selalu ada di saat nenek butuhkan" ungkap Karin, tetapi seketika senyum neneknya memudar Karin menyadari ada sesuatu yang salah dari kalimat nya barusan, seperti nya ada yang sensitif ntah kata yang mana. "Nenek sudah baik, nak, jangan khawatir" Nek Dianra berusaha meyakinkan.
"Baby ayo kita tidur ke atas" ujar Alfist memegang punggung Karin lembut "Tapi siapa yang jaga nenek"
"Marsel jagain nenek" perintah Alfist
"Marsel mau sama mamah" sahut Marsel, si kecil yang berharap dari mata nya yang bersinar, Marsel juga mau tidur di peluk seorang mama
"Marselino" tegas Alfist menatap dengan serius
"Sudan tidak papa, kalian pergi lah istirahat, ini sudah sangat malam, nenek juga sudah baikan" Nek Dianra kembali tersenyum, meski Karin merasa ada yang tidak beres.
"Kita tidur di sini saja" Karin mengusulkan, "Alfist di bawah, Marsel sama nenek di ranjang, aku di sofa bagaimana?"
"What? " Alfist terkeju, seolah baru mendengar tawaran yang absurd
"What apaAl? Ini nenekmu, paham? " Karin tidak mengerti mengapa Alfist terlihat bingung
"Hahahah tidak papa, Karina, nenek bisa sendiri" nek Dianra menambahkan, berusaha menghapus kegalauan di wajah Karin. Karin merasakan hatinya bergetar, sepertinya dia terlalu sok ikut campur urusan keluarga Alfist, dia hanya kekasih bukan siapa-siapa.
"Baiklah Jangan lupa makan obat nek, tapi kalau kalau ada apa, aku di sini" kata Karin
Alfist menenangkan "Baby, kami sudah mengatur semuanya, Tidak perlu khawatir, cukup dengan Marselino jagain nenek"
Karin mengangguk "Baiklah, Al"
Marselino naik ke ranjang "Aku jagain nenek pah, mah"
Alfist tersenyum "Bagus, Marsel, papa bangga"
Alfist menggandeng ke lantai atas "Al, besok aku sekolah" ucap Karin saat mereka tiba di depan kamar "Hemm" Alfist hanya menjawab singkat, terlihat lelah.
"Aku mau tidur, kamu tidur lah" perintah Karin sambil membuka pintu kamar
Baby, kamu tidak ingin tidur bersama ku? " tanya Alfist, suara manja yang membuat Karin menatap nya. "Hah?! yah, tidur masing-masing, Al! " jawab Karin berusaha menahan senyum "Aku ingin tidur bersama kamu Baby, aku ingin dipeluk"
"Al, kita sudah dewasa, tapi kita belum menikah"
"Aku hanya ingin merasakan kehangatan mu Baby" Alfist melangkah lebih dekat, menatap Karin dengan tatapan penuh harapan.
Karin merasa tak berdaya, "Tapi, Al...." ia merasa terjebak dalam kehangatan dan keintiman, "Jangan khawatir, Baby aku hanya ingin tidur bersama, bukan lebih dari itu, Karin ragu-ragu dengan berat hati Karin membuka pintu lebar lebar dan Alfist mengikuti. Di dalam, suasana terasa berbeda lebih hangat dan intim dibandingkan rumah Karin sendiri ntah lah kenapa Karin merasakan hal itu. "Kamu tahu Al aku tidak pernah datang ke rumah seindah ini" Karin mengamati sekeliling. "Ya, tapi ini bukan tentang rumah, ini tentang kita," Alfist menjawab sambil melihat Karin merebahkan dirinya di ranjang.
Alfist mendekat, mengusap lembut rambut Karin. "Kau tahu, aku selalu ingin bersamamu di sini."
"Al..." Karin merasa jantungnya berdebar saat Alfist mencium lembut bibirnya takut kehilangan kontrol,
"Hemm, ada apa baby?" tanya Alfist, sambil terus mengemut bibirnya, seolah tidak ingin melepaskan momen itu.
"Al, berhenti.... besok aku sekolah" kata Karin pelan
"Ciuman singkat, Baby" 'tadi bilang hanya tidur saja, sekarang ciuman singkat' batin Karin di saat mereka berciuman
"Emm, emm," Karin mengerang pelan, terjebak dalam emosi yang campur aduk.
Kedua tangan Alfist melingkari tubuhnya, dan Karin merasa hangat. "Kau tidak perlu khawatir tentang nenek. Dia baik-baik saja."
"Tapi aku merasa bersalah meninggalkannya," Karin mengakui
"Terima kasih atas kepedulian mu Baby, aku sangat menghargai nya, Kami bisa mengurusnya. Yang perlu kau lakukan sekarang hanyalah fokus pada kita," Alfist berbisik, suaranya lembut dan menggoda.
"Al, besok aku harus sekolah" tapi Alfist tidak mengindahkan, Alfist terus menerus mencium dan menyentuh lembut Burung Kenari nya.
Karin menutup matanya, membiarkan dirinya terhanyut dalam pelukan Alfist.
Malam itu, di tengah kehangatan pelukan dan bisikan lembut, Karin merasakan ketenangan. Dia tahu, meski ada banyak hal yang harus dihadapi, tapi di sinilah dia seharusnya berada di samping Alfist. Ntah badai menghadang yang menghampiri Karin berharap Alfist selalu menggandeng nya, Karin merasakan sebuah rumah untuk kembali di saat Karin hanya memiliki Kak Andira dan Sandra sebagai keluarga.
Di luar, bulan bersinar cerah, seolah menyaksikan kisah mereka yang baru dimulai.
***
Keesokan paginya, Karin terbangun, merasa bahagia. la melihat Alfist tidur di sampingnya, tersenyum.
"Selamat pagi, Baby," kata Alfist, membuka mata.
"Selamat pagi, Al," jawab Karin, mencium pipinya.
Bagaimana hari ini akan berjalan?
Apakah Karin dan Alfist akan semakin dekat?
Staytune....