Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan salah Delisha
Di kediaman Geffie dan Kinara, keduanya nampak tengah menikmati sarapannya bersama putri mereka Delisha yang masih berumur 5 tahun. Ini adalah tahun ke enam pernikahan mereka, semua baik baik saja bahkan tidak ada yang berubah dari sosok Geffie, hanya saja sangat di sayangkan di balik sosoknya yang hangat dan juga penyayang Geffie menyembunyikan hatinya yang telah bercabang, bukankah pria sungguh pintar menyembunyikan perasaannya? atau memang wanita yang terlalu bodoh karena percaya?
"Ayah hari ini jadi ya kita pergi ke dufan?" tanya Delisha dengan senyum mengembang di wajahnya.
Geffie terdiam ia melupakan janjinya kepada Delisha hari ini.
"Em maaf ya sayang gak bisa hari ini, next time ya ayah janji." ucapnya dengan nada membujuk.
"Loh gimana sih mas kamu kan udah janji hari ini mau ajak Delisha ke dufan." ucap Kinara dengan kesal.
"Gak bisa sayang... mas hari ini ada jadwal bertemu klien, lain kali ya?" ucapnya.
"Harusnya kan kamu bisa pending, ini weekend! lagi pula kamu bosnya, masak iya segalanya harus kamu yang handle?" ucap Kinara dengan nada yang naik.
"Hei Ra ada apa? aku kan sudah minta maaf, gak perlu lah ribut ribut di depan Delisha." ucapnya dengan penuh penekanan.
Entah mengapa mendengar penolakan dari suaminya membuat Kinara kesal hingga meluapkan emosinya di meja makan, bayang bayang kebersamaan suaminya dan juga Fara benar benar merusak segalanya, kini hanya tersisa curiga curiga dan curiga.
"Maaf ya sayang bunda gak bermaksud." ucapnya kemudian.
Melihat kedua orang tuanya adu mulut Delisha hanya diam dan menunduk, ini pertama kalinya Delisha melihat ayah dan bundanya bertengkar meski hanya sekedar adu mulut seperti ini.
"Aku minta maaf kalau sudah merusak suasana, tapi hari ini aku benar benar tidak bisa pergi aku harap kamu mengerti, dan untuk Delisha ayah janji next time kita pergi." ucap Geffie sambil bangkit berdiri hendak pergi.
"Kamu mau ke mana?" tanya Kinara yang lantas menghentikan langkah Geffie.
"Kan aku sudah bilang mau ketemu klien." ucapnya.
"Oh... sejak kapan kamu ketemu klien dengan pakaian casual seperti ini? kamu mau pergi ketemu klien atau kencan?" sindir Kinara yang melihat gaya berpakaian suaminya.
"Ah bodoh kau Gef!" rutuk Geffie dalam hati. "Apa apaan sih kamu, aku itu kerja demi kamu dan demi Delisha, mana bisa aku kencan jika kamu ada di sini." ucap Geffie berdalih.
"Bisa aja kalau kamu punya yang lain di luaran sana."
"Stop it! sudah cukup, jangan hanya karena kita tidak jadi menghabiskan weekend bersama, kamu jadi ngelantur kemana mana ngomongnya." ucap Geffie dengan nada yang meninggi kemudian pergi meninggalkan Kinara dan juga Delisha.
Setelah kepergian Geffie, Delisha lantas melangkah dan mendekat ke arah Kinara sambil memegang tangan Kinara.
"Ayah dan bunda bertengkar karena Delisha ya? Delisha minta maaf ya bun." ucap Delisha dengan raut wajah yang penuh penyesalan.
Mendengar hal itu Kinara merasa tercubit, bagaimana mungkin gadis sekecil ini menjadi biang masalah? tentulah bukan, Kinara lantas sedikit berjongkok dan mengelus pipi bulat gadis kecil itu untuk menenangkannya.
"Bunda sama ayah minta maaf ya kalau udah bikin Delisha takut, ini bukan karena Delisha kok, pertengkaran kecil itu wajar sayang dan itu yang membuat sebuah hubungan semakin rekat dan juga harmonis, jadi Delisha gak boleh beranggapan seperti itu lagi ya." ucapnya memberi pengertian yang di balas anggukan oleh Delisha. "Bagaimana kalau sekarang kita pergi ke playzone?" ajak Kinara kemudian.
"Mau bun"
"Ya udah kalau begitu kamu bilang mbak Nining untuk siap siap ya." ucapnya
Setelah mendengar hal itu Delisha lantas berlarian dengan bersemangat untuk memberi tahu pengasuhnya agar bersiap siap untuk pergi ke playzone bersama.
*******
Sementara itu di ruang kerja miliknya, Kafeel tengah sibuk mempersiapkan peluasan untuk mall miliknya, banyak yang tidak mengetahui bahwa Kafeel juga terjun ke dunia investasi dan juga pemilik beberapa gedung dan pusat perbelanjaan yang lagi berkembang pesat belakangan ini, mungkin sebagian orang akan menganggap Kafeel hanyalah seorang pengusaha batu bara namun kenyataannya lebih dari itu.
"Bagaimana persiapannya?" tanya Kafeel.
"Sampai sejauh ini sudah tercapai 70 persen bos, dan hari ini adalah peninjauan lapangan." ucap Rendi menjelaskan.
"Kalau begitu kita pergi sekarang." ucap Kafeel.
"Kita bos? bukankah biasanya team survei yang meninjau lokasi?" tanya Rendi dengan heran.
"Aku lagi suntuk dan rooftop sepertinya cocok, satu hal lagi pastikan semuanya sepi aku sangat benci keramaian." ucap Kafeel.
"Baik bos." ucap Rendi mengerti kemudian keluar dari ruangan Kafeel untuk mempersiapkan segalanya.
****
Di salah satu mall terbesar di pusat kota.
Kinara, Delisha dan juga Nining memasuki area playzone untuk anak anak, Delisha nampak gembira melihat beberapa permainan anak anak di sana.
"Ning aku titip Delisha, nanti kalau Delisha sudah bosen kamu telpon aku aja ok." ucap Kinara.
"Iya mbak, tenang aja Delisha aman sama aku." ucap Nining.
Setelah mengatakan hal itu tangan Nining langsung di tarik oleh Delisha agar mengikutinya mencoba berbagai wahana permainan anak anak. Kinara menatap punggung putrinya dengan tatapan sendu.
"Apa jadinya jika gadis kecil itu tahu perbuatan ayahnya?" ucapnya lirih.
Kinara lantas membuang jauh jauh pikiran itu dan mencoba untuk berpikir realistis.
"Semua masih bisa di rubah ingat itu Kinara, tidak akan ada yang bisa mengambil mas Geffie dari ku." ucapnya. "Ah sepertinya aku harus merefresh diriku deh, udah lama banget juga kan?" ucapnya kemudian melangkahkan kakinya menuju ke lift untuk pergi ke lantai atas atau rooftop.
Entah di mulai sejak kapan Kinara sering sekali ke tempat sepi kemudian meluapkan segala keluh kesahnya dengan berteriak di sana, baginya dengan berteriak membuat perasaan lebih lega daripada harus memendam atau mengumpat dalam hati.
Ketika sampai di rooftop Kinara menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum berteriak dan mengeluarkan semua unek uneknya. Setelah memastikan tidak ada orang di sana, Kinara lantas mulai menarik nafas dan mengambil ancang ancang untuk berteriak.
"Aaaaaaaaaaaaaaa BODOH AMAT KALAU KAMU SELINGKUH! AKU GAK PERDULI!" teriaknya sekencang mungkin. "Not bad, mungkin sekali lagi." ucapnya kemudian.
"AKU DOAKAN KAMU HIDUP SEJAHTERAAAA! ENGGAK HARUSNYA KARMA BUKAN SEJAHTERA!" teriaknya lagi.
Seperti mendapat oase di padang yang tandus ada sedikit kelegaan di hati Kinara setelah berteriak seperti barusan, namun ketika senyuman mulai mengembang di wajahnya dari arah samping tepatnya di sebelah bangunan kecil yang mungkin di gunakan sebagai ruang penyimpanan terdengar suara tawa seseorang yang lantas mengejutkan Kinara.
"Siapa di sana?" tanya Kinara dengan penasaran.
Tak lama setelah itu muncullah seorang pria berpawakan tinggi tegap dengan wajah yang blasteran dan manik mata berwarna biru layaknya air laut yang begitu tenang dan menghanyutkan.
Bersambung