NovelToon NovelToon
Pendekar Pedang Kelabu 2

Pendekar Pedang Kelabu 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Spiritual / Anak Yatim Piatu / Mengubah sejarah / Perperangan
Popularitas:20k
Nilai: 5
Nama Author: YanYan.

Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.

Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.

Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menantang Menara

Zhang Wei melangkah masuk ke dalam menara, aura misterius langsung menyelimuti tubuhnya. Dalam sekejap, dunia di sekitarnya berubah. Dia tidak lagi berada di dalam menara, melainkan di tengah hutan yang dipenuhi pohon-pohon raksasa dengan daun-daun gelap yang memancarkan cahaya redup.

“Apa ini? Ilusi?” gumam Zhang Wei, tangannya sudah bersiaga memegang pedangnya.

“Bukan ilusi,” jawab suara Lian Xuhuan di dalam pikirannya. “Ini adalah dimensi yang terhubung dengan menara. Tempat ini nyata, dan setiap ujian akan memaksamu menghadapi musuh yang sesuai dengan kekuatan lantai ini.”

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari dalam hutan. Tanah bergetar, dan dari bayangan pepohonan muncul makhluk-makhluk besar berbentuk humanoid, tubuh mereka terbuat dari kayu hitam pekat yang dilapisi akar-akar tajam. Mata mereka bersinar merah menyala, menatap Zhang Wei dengan niat membunuh.

“Martial Master, ya?” Zhang Wei tersenyum tipis. “Mari kita mulai.”

Makhluk-makhluk itu bergerak serentak, menyerang Zhang Wei dengan kecepatan mengejutkan. Namun, bagi Zhang Wei, mereka terlalu lambat. Dengan satu langkah ringan, dia menghindar dari cakar salah satu makhluk dan menebasnya dengan pedangnya. Aura abu-abu dari pedangnya menyelimuti tubuh kayu itu, memotongnya menjadi dua dalam sekejap.

Makhluk lainnya tidak tinggal diam. Mereka mengayunkan tangan besar mereka ke arah Zhang Wei, mencoba menghancurkannya dengan kekuatan brutal. Namun, Zhang Wei hanya melompat ke udara, menghindari serangan itu dengan mudah.

“Bagi orang biasa, ini mungkin sulit,” katanya, pedangnya berputar di udara. “Tapi aku sudah melewati jauh lebih banyak dari ini.”

Dengan gerakan cepat, dia mendarat di belakang salah satu makhluk dan menebasnya. Pedangnya bergerak seperti kilat, menghancurkan musuh-musuhnya satu per satu. Dalam waktu singkat, hutan itu kembali sunyi.

“Ujian pertama selesai,” kata Zhang Wei sambil membersihkan pedangnya.

Tiba-tiba, sebuah cahaya terang muncul di tengah hutan. Sebuah altar kecil dengan peti emas muncul di hadapannya. Ketika dia membukanya, dia menemukan sebuah gulungan kuno berisi teknik tingkat tinggi yang berfokus pada perbaikan tubuh fisik.

“Hadiah yang lumayan,” komentar Lian Xuhuan.

Zhang Wei melangkah ke lingkaran teleportasi yang muncul di altar, membawanya ke lantai kedua.

Di lantai kedua, dia mendapati dirinya berada di medan berbatu yang dipenuhi kawah dan api yang menyala-nyala. Lawan kali ini adalah sekumpulan makhluk berbentuk humanoid dengan tubuh seperti lava yang membara, kekuatan mereka setara dengan Martial Grandmaster.

Pertarungan berlangsung lebih intens, namun Zhang Wei tetap memegang kendali. Dengan kombinasi kecepatannya yang luar biasa dan teknik pedangnya yang sempurna, dia berhasil mengalahkan mereka satu per satu. Hadiah di lantai kedua adalah pedang kristal merah yang memiliki kemampuan menyerap energi panas.

“Aku bisa menjual ini nanti,” pikir Zhang Wei, menyimpan pedang itu ke dalam cincinnya.

Tanpa ragu, dia melangkah ke lingkaran teleportasi berikutnya, menuju lantai ketiga.

Lantai ketiga membawanya ke medan yang berbeda lagi—padang salju yang luas, di mana angin dingin menusuk kulitnya. Di kejauhan, dia bisa melihat sosok-sosok besar dengan tubuh seperti es, kekuatan mereka setara dengan Martial Lord.

Zhang Wei menghela napas panjang. “Ahh.. Ini membuatku bernostalgia.”

Namun, senyum tipis tetap terukir di wajahnya. Dengan pedangnya yang berkilauan dalam cahaya abu-abu, dia bersiap untuk menghadapi ujian berikutnya.

Zhang Wei berdiri di tengah padang salju yang luas, angin dingin berhembus kencang, menusuk hingga ke tulang. Di kejauhan, sosok-sosok besar mulai bergerak, tubuh mereka seperti terbuat dari es yang memancarkan cahaya biru redup. Setiap langkah mereka membuat tanah bergetar, dan hawa dingin yang mengelilingi mereka terasa semakin menusuk.

“Martial Lord, ya?” gumam Zhang Wei, menggenggam pedangnya lebih erat. “Aku pernah menghadapi yang lebih buruk.”

Namun, pemandangan ini membangkitkan kenangan lama dalam benaknya. Ia teringat pertempuran di Benua Utara, saat ia melawan Dark Elf yang kuat. Saat itu, dia bukan siapa-siapa, hanya seorang pendekar muda yang berusaha bertahan hidup. Perasaan terdesak, keputusasaan, dan kebingungan yang dulu sering ia rasakan kini terasa seperti memori dari kehidupan yang jauh berbeda.

“Aku benar-benar lemah waktu itu,” pikirnya, matanya menyipit. “Tapi sekarang, aku bukan lagi pria yang sama.”

Sosok pertama menerjang ke arahnya, lengan es raksasa mengayun dengan kecepatan tinggi. Zhang Wei melompat ke udara, menghindari serangan itu dengan mudah. Dengan gerakan halus, pedangnya menebas ke bawah, meninggalkan jejak abu-abu yang memotong makhluk itu menjadi dua.

Namun, yang lain tidak tinggal diam. Empat makhluk lainnya bergerak bersamaan, mengelilingi Zhang Wei dan melancarkan serangan dari berbagai arah. Serangan mereka begitu terkoordinasi, memanfaatkan kekuatan Martial Lord mereka sepenuhnya.

“Cukup bagus,” komentar Zhang Wei, matanya memancarkan kegembiraan.

Dia berputar di tempat, pedangnya bergerak cepat seperti badai. Aura abu-abu dari pedangnya menciptakan penghalang pelindung yang memblokir semua serangan, sementara serangan balasannya memotong musuh satu per satu. Dalam waktu singkat, semua makhluk es itu runtuh menjadi serpihan.

Hadiah di lantai ketiga adalah kalung kristal yang memancarkan aura dingin, sebuah artefak yang meningkatkan ketahanan tubuh terhadap elemen es. Zhang Wei menyimpannya tanpa banyak berpikir, lalu melangkah ke lingkaran teleportasi untuk melanjutkan ujiannya.

Lantai keempat membawanya ke medan gurun yang tandus, di mana makhluk-makhluk berwujud pasir menyerangnya dengan kekuatan setara Martial King. Di sini, Zhang Wei harus lebih waspada. Mereka bukan hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga manipulasi elemen pasir yang membuat setiap langkahnya terasa berat.

Pertarungan di lantai keempat berlangsung sedikit lama. Zhang Wei harus mengandalkan teknik pedangnya untuk menghancurkan makhluk-makhluk itu sebelum mereka sempat menyatukan kembali tubuh mereka. Hadiah yang dia peroleh adalah sebuah gelang emas yang meningkatkan kecepatan pemulihan energi spiritual.

Tanpa ragu, dia melangkah ke lantai kelima, di mana dia menghadapi sekelompok makhluk berwujud api dengan kekuatan setara Martial Emperor. Kali ini, mereka tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki kecerdasan taktis yang memaksa Zhang Wei untuk menggunakan strategi yang lebih rumit.

“Aku bisa merasakan tekanannya sekarang,” pikir Zhang Wei sambil menghindari serangan bola api raksasa yang hampir mengenai tubuhnya.

Namun, dengan kombinasi teknik pedang dan kecepatannya yang luar biasa, Zhang Wei berhasil mengatasi mereka. Pedangnya memancarkan cahaya abu-abu yang membungkus tubuh musuhnya, memadamkan api mereka satu per satu hingga tidak ada yang tersisa.

Hadiah di lantai kelima adalah sebuah batu permata merah yang memancarkan aura panas, artefak yang dapat memperkuat serangan elemen api. Zhang Wei mengaguminya sejenak sebelum melanjutkan ke lantai keenam.

Di lantai keenam, Zhang Wei mendapati dirinya berada di sebuah medan perang kuno, dengan reruntuhan bangunan besar di sekitarnya. Angin bertiup kencang, membawa aroma darah dan kehancuran. Dari balik reruntuhan, muncul makhluk-makhluk besar dengan tubuh seperti baja, mata mereka bersinar merah seperti bara api.

“Martial Ancestor,” kata Zhang Wei dengan nada serius. “Ini akan menjadi tantangan yang sesungguhnya.”

Makhluk-makhluk itu tidak menunggu lama. Mereka bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan, mengayunkan senjata besar yang tampak seperti serpihan reruntuhan. Zhang Wei segera menyadari bahwa pertarungan ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan kekuatan mentah.

“Sepertinya aku harus menggunakan semua yang kupelajari,” pikirnya sambil bersiap menghadapi musuh-musuh terkuat sejauh ini.

1
Andin D
kurang seru mcnya terlalu naif
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
setyo adi
Luar biasa
onong suryadi
siiiip
Sri Hayati
dan karna kelalaian mu makasih akan timbul masalah di kemudian hari
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Lanjut Up Thor ✍️💪💪
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Lanjut
saniscara patriawuha.
mantapppppp mangggg zhongggg..... gasssss pollllll
Eddy Airborne
mantap
Eddy Airborne
lanjutkan
saniscara patriawuha.
punya pintu doraemon koq bingung seh mang zhong... tinggal suttt ronoooo sutttt renee.... kelarrrrrr....
saniscara patriawuha.: mang otornya apa mc nya neh yg pelupa..
Adzriel Fristyan S: dia kan pikun pelupa 😂
total 2 replies
saniscara patriawuha.
gassssd pollllll manggg Zhonggggh...
sie ucup
mantap Thor,secangkir kopi buat author,ttp lah ceritanya seperti ini,saya suka saya suka 👍
Khairuddin PBBA
terima kasih
ditunggu up nya Thor
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Lanjut Up Thor ✍️💪💪
Eddy Airborne
mantap
Eddy Airborne
mantap thor
Eddy Airborne
mantap
Eddy Airborne
lanjutkan
saniscara patriawuha.
gassss pollll manggg zhongggg...
saniscara patriawuha.
labubu jangan jangan itu yang mendongol..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!