"Lupakan status kita sebagai saudara tiri, kau yang menggagalkan ku bermain dengan para wanita maka kau sendiri yang menggantikan posisi mereka." (Ares Leonardgo).
1 Tahun tinggal sendirian Naomy Laura Gilbert biasa dipanggil Nao terpaksa harus meninggalkan dunia bebasnya demi keinginan sang mama untuk tinggal bersama keluarga barunya..
Di rumah baru itu Nao bertemu dengan kakak tirinya pria tampan blasteran France (Ares Leonardgo) yang tanpa sepengetahuan Nao jika keduanya pernah satu ranjang menghabiskan waktu dalam satu selimut.
.
.
Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka berdua? simak kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Ares berdiri menunjukkan sesuatu yang ditemukannya. "Kond*m? apa kau sengaja melakukan ini untuk menggodaku?."
Nao melotot ia panik karena tidak pernah memiliki benda itu. "What? no! aku tak menyelipkannya mungkin milikmu yang tak sengaja nyempil." Bantah Nao.
Ares mengerutkan kening karena ia tidak memiliki model seperti itu.
Nao yang teringat sesuatu seketika menepuk jidatnya. "Sialan kau Anna!."
Ares menatap lekat wajah cantik Nao saat ia merebut benda itu dari tangannya. "Ini ulah Anna dia sengaja melakukannya."
Pipi Nao bak kepiting rebus ia merona mungkin Ares sudah berpikir aneh tentang dirinya. "Silahkan lanjut berpakaian, aku keluar."
Saat Nao melangkah hendak keluar dari kamar itu, secara tiba-tiba pintu kamar Ares tertutup otomatis. Nao terkejut namun berusaha agar tetap tenang, Nao berbalik dan benar saja Ares yang setengah telanjang sudah berada tepat di hadapannya.
"Aku belum selesai bicara, berani sekali pergi tanpa izin." Ujar Ares menggelengkan kepalanya berkali-kali hingga percikan air dari rambut basahnya mengenai wajah Nao.
Nao memejamkan matanya. "Kau!??."
Ares menyunggingkan senyum tipis seraya mengunci pergerakan Nao dengan kedua tangan hingga mentok di dinding.
"Bagaimana jika kond*m itu ku pakai sekarang?." Bisik Ares sengaja yang membuat bulu kuduk Nao berdiri.
"Ini di rumah jangan berulah atau aku akan teriak jika kau berbuat nakal." Ancam Nao berani.
"Jika diluar rumah berarti bisa?."
Pipi Nao merona. "Cukup! jangan menggoda adikmu itu tidak mempan, katakan ada apa sehingga masih mengurungku di sini?."
Ares menatap lekat wajah cantik yang juga menatapnya, jika bisa ia ingin memeluknya erat ke dalam dekapan bahkan berbuat lebih jika saling menginginkan, namun sekarang situasinya berbeda, walaupun Nao mengetahui perasaan Ares wanita itu tetap berusaha mempertahankan status mereka sebagai saudara.
Nao mengalihkan pandangan tak berani menatap lama mata Ares. "Sial, dia sungguh tampan." Batin Nao tak bisa bohong, untuk kesekian kalinya Nao acuh tak memperdulikan jantungnya yang sedang berdebar.
Ares mengelus pipi Nao yang basah karena cipratan rambut, menyadari Ares ingin mencium bibir ranumnya Nao langsung menahan dengan telunjuk. "No.."
Jari telunjuk itu perlahan Ares cium digigitnya pelan, merasa tak beres Nao menarik tangannya kembali.
Ares menyunggingkan senyum tipis.
"Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini padaku?." Tanya Nao.
"Sampai perasaanmu sama denganku."
Setelah berucap Ares balik badan untuk berpakaian dan tanpa pikir panjang Ares melepas handuknya membiarkan wanita cantik itu melihat tubuh kekarnya tanpa sehelai benang.
Nao melotot seraya menghadap pintu. "Bisa gila aku!." Batinnya frustasi.
"Kenapa tidak di tempat lain ha!? cepat buka pintunya dan katakan apalagi yang harus ku lakukan untuk projek itu?." Ujar Nao sewot.
Pintu kamar kini terbuka, terdengar Ares terkekeh dan melewati Nao duluan dengan laptop di tangan. "Diamlah itik dan ikuti aku ke taman samping."
Nao memutar mata malas namun akhirnya ia ikut membuntuti Ares.
Agam dan Sarah yang baru keluar dari kamar tersenyum melihat anak mereka akur, mereka duduk melihatnya dari ruang keluarga.
"Ada apa ini? mereka semakin akur saja pah, ternyata projek membuat mereka semakin dekat." Senang mama Sarah.
"Itu yang selalu ku inginkan sayang saat anak-anak kita mulai menerima keadaan." Ucap Agam.
Dalam waktu bersamaan Ben datang masuk ke dalam memberi salam kepada keduanya, namun sudut mata Ben tertuju pada Nao dan Sam. "Hai tan, om.."
"Hai Ben." Sapa Agam juga Sarah. "Pasti ada sesuatu yang ingin kau kerjakan."
"Haha iya."
Ben yang tak mau mengganggu Ares dulu ia memilih ngobrol dengan omnya itu.
"Eh Ben ngomong-ngomong kamu tahu gak siapa wanita Ares? wanita yang katanya sangat ia cintai hingga berani menolak dijodohkan dengan Tessa." Tanya pelan Sarah.
Ben yang sedang minum jus tak langsung meneguknya karena tertekan dengan pertanyaan itu.
"Kamu kan orang yang paling dekat sama Ares, tante rasa kamu tahu."