Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Princess dan Pangeran Daddy
2 tahun kemudian.
"Princess dan pangeranku di mana kalian? Daddy pulang ...."
Samuel pulang dengan senyum yang mengembang. Kepulangan pria itu disambut dengan kehebohan kedua anak kembarnya.
"Daddy ...."
Dengan teriakan yang heboh mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan satu kecupan dari sang Daddy.
"Daddy janji mau bawa mami, tapi kok Daddy pulang sendili?" ucap bocah perempuan berpipi bulat dengan tubuhnya yang gempal.
Azel menatap sang Daddy dengan tatapan yang polos. Sedangkan adiknya, Azriel tengah asik mengeluh bulu-bulu halus yang tumbuh di janggut sang Daddy.
Samuel menatap kedua anaknya yang tengah ia gendong. "Tadi toko maminya sudah tutup, jadi Daddy tidak sempat untuk membeli mami," balas Samuel berbohong.
Setiap pulang, pasti anak perempuannya akan menanyakan keberadaan maminya.
Azel dan Azriel sudah tumbuh menjadi anak yang cerdas. Usia mereka sudah menginjak tiga setengah tahun. Sudah bisa berbicara lincah, walaupun di salah satu mereka ada yang cadel atau berbicara ngelantur tidak jelas. Mereka juga bisa makan sendiri, mencuci tangan dengan mandiri, dan membawa sesuatu tanpa jatuh.
Pemikiran mereka pintar, cepat tanggap. Hanya saja keduanya jarang sekali akur, dan sering bertengkar. Berisik, tetapi sangat menggemaskan jika sudah sama-sama tertidur pulas.
Satu hal yang menjadi kesedihan mereka. Terutama Azel, gadis kecil itu sering menanyakan di mana sang ibu. Ia merasa iri dengan teman sebayanya di saat bermain selalu didampingi ibunya.
Sedangkan, Azriel lebih cuek daripada kakaknya yang cerewet. Bocah lelaki itu lebih sering menggunakan bahasa Inggris jika berbicara. Mungkin karena sering diajarkan oleh adik kembar daddy-nya, Azriel jadi sangat pandai bicara dalam berbahasa Inggris. Lagipula Leona asli keturunan Amerika yang menetap lama di Indonesia. Mungkin ini adalah salah satu turunannya.
"Princess jangan sedih, lihat adikmu, dia tetap tersenyum walaupun tidak ada mami," rayu Samuel.
"Smile ...," ucap Azriel seakan menggoda kakaknya yang sedang sedih.
Azel membuang wajahnya, sembari menggembung mulutnya. "Apa kalian bertengkar lagi?" tanya Samuel.
"Cokat Azel dibuang ke kolam sama adik!" cetus bocah imut itu.
"No Daddy. Kemalin Daddy bilang, tidak boleh makan manis, karena gigi kakak mulai hilang gala-gala makan cokat," balas Azriel.
"Oke baiklah, Daddy minta kalian berbaikan. Jika tidak mau, malam ini tidak ada susu buat kalian. Nanti Daddy akan hukum kakak karena sudah tak mau turuti ucapan Daddy!" ucap Samuel melangkah membawa kedua anaknya ke kamar.
Azriel tertawa lepas. "Adik juga Daddy hukum karena sudah jahil dengan kakakmu!"
Bocah lelaki itu kembali memanyunkan bibirnya. "Yahhhh."
Inah yang menonton drama di setiap Samuel pulang itu, merasa bahagia. Karena ia tak melihat lagi kesedihan kedua bocah kembar itu akan tidak adanya kehadiran sosok ibu diantara mereka, saat sang Daddy bersamanya.
"Andai nona Shireen tidak pergi waktu itu. Aku yakin, tidak ada keluhan mereka saat ini," gumamnya.
***
Seorang gadis membanting tubuhnya di atas ranjang. Ternyata, masa kuliah lebih melelahkan dibanding dengan masa sekolah. Walaupun outfit lebih bebas, dan berbeda di saat menggunakan seragam SMA, tapi jujur masa itu lebih indah.
Mata gadis itu menatap langit-langit dengan helaan napas berulangkali. Ia membuka ponselnya, menggeser ikon untuk membuka layar kunci.
Terpampang jelas wajah dua bayi yang begitu gemas tengah tersenyum indah. Melihat itu tiba-tiba memori di otak seakan otomatis berputar. Mengingat apa yang terjadi dan dialaminya setelah dua tahun silam.
"Pasti sekarang mereka udah besar dan tumbuh jadi anak pintar. Walaupun gak lama, tapi sepuluh bulan itu bener-bener ngerasa jadi seorang ibu. Apalagi di saat itu, gue sering dipanggil mama," gumamnya menyentuh sebuah gambar di layar ponselnya.
Malam ini entah kenapa Shireen merasa rindu sekali dengan kedua bayi yang dulu yang ia susui. Padahal sudah dua tahun dirinya melupakan, tetapi setiap kenangan tersimpan pasti akan teringat di suatu saat.
Jika melihat dua wajah bayi itu yang menjadi wallpapernya, Shireen selalu diingatkan masa lalu yang kelam. Perkataan yang tak pantas ia dengar, diusir, hidup mandiri dan sampai saat ini. Mungkin masa depan sudah menantikannya untuk bahagia, walaupun itu hanya harapan kecil di hati Shireen.
"Gimana juga sama kabar om? Pasti dia udah bahagia sama keluarga kecilnya, apalagi ada sosok ibu kandung anaknya."
Tanpa terasa ia pulas tertidur dalam keadaan belum mandi, dan mengganti pakaiannya.
Keesokan hari.
Shireen mengawali harinya dengan penuh semangat. Pagi yang cerah ini, ia lalui bersama Jasson. Ya, dirinya dengan sang mantan kekasihnya itu sudah menjadi sahabat sejati. Jasson tidak lagi menyimpan rasa terhadapnya, bagi lelaki itu Shireen memang bukan takdir untuknya bersama sebagai kekasih. Sekarang, pria itu lebih sering menjadi buaya yang tak jauh dari sifat kakaknya.
Sedangkan Shireen sendiri sudah menjadi incaran buaya kampus maupun seniornya. Selain mempunyai tubuh yang bagus, Shireen juga berparas manis dan cantik yang di mana itu menjadi daya tarik tersendiri.
Namun entah mengapa, Shireen sudah malas bermain cinta. Saat ini yang ia fokuskan hanya kuliah, pekerjaan dan cita-citanya menjadi dokter.
Biaya kuliah saat ini ia handalkan dari gaji cafe, terkadang itupun sering mendapat bantuan dari Jasson.
"Reen kamu mau 'kan pulang sama kakak?"
Shireen bingung harus menolak dengan cara apa lagi. Pria ini adalah dari sekian banyaknya yang mengajak ia pulang bersama, makan bareng, bahkan berpacaran.
Tampan si, tapi Shireen sedang tidak berselera untuk hal ini. "Maaf ya Kak, Shireen udah ada yang jemput."
"Siapa? Oh ya, aku lupa kamu 'kan bunga kampus yang menjadi incaran banyak lelaki. Pasti aku sudah keduluan," balas pria yang bernama Gio. Si tampan kalem, ketua BEM juga.
"Nggak kok Kak, Shireen cuma dijemput tukang ojek aja. Udah ya, Shireen duluan bye, Kakak ganteng ...."
Walaupun ditolak tetapi membuat pria itu tersenyum. "Gue bakal kejar lo terus, sampe lo jadi milik gue!"
***
Shireen berjalan menuju cafe begitu santai. Ya, ia berbohong jika dihantar dengan tukang ojek, pasalnya jarak cafe dari kampusnya tidaklah terlalu jauh. Ini adalah cara menghemat hidup agar semua tercukupi untuk ke depannya, terlebih sebentar lagi akan ada semester yang mungkin membutuhkan biaya banyak. Demi untuk tidak membebani Jasson terus, ia juga ingin menabung.
"Panas ya hari ini," ucapnya mengusap peluh.
Tiba-tiba ia mendengar suara bocah berteriak. Ia juga merasakan ada yang menambrak kakinya. Shireen terkejut, saat sosok gadis kecil yang gendut tengah memeluk kakinya.
"Mama!"
"Hah?" Shireen tercengang. Namun, ia segera berjongkok dan melihat keadaan gadis kecil yang ingin menangis itu.
"Hey cantik, kamu kenapa? Kok mau nangis, siapa yang mengejarmu?" ucap Shireen mengusap pipi tombol bocah perempuan itu.
"Mama hikksss!" Tiba-tiba bocah itu memeluk lehernya yang membuat Shireen merasa aneh
"Aduh, nanti kalo gua disangka nyulik anak gimana?"
Shireen memeluk anak perempuan itu, lalu ia usap-usap kepalanya untuk menenangkan. Kemudian ia menangkup wajah bulat gadis kecil ini.
'Kok anak kecil ini, gak asing ya mukanya di mata gue. Familiar banget,' batinnya.
"Shireen ...."
Bersambung ....
"Sudahlah aku mulai lelah, karena pembaca membeciku semua," ucap Samuel merasa sedih.
KASIHAN READER JANGAN DIBENCI YAAAA😄 ...