Perjalanan hidup sebuah nyawa yang awalnya tidak diinginkan, tapi akhirnya ada yang merawatnya. Sayang, nyawa ini bahkan tidak berterimakasih, malah semakin menjadi-jadi. NPD biang kerok nya, tapi kelabilan jiwa juga mempengaruhinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Osmanthus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada apa ini?
Bu Tere semakin bersemangat berjualan risol dan makanan lainnya. Dia selalu memutar otak untuk bisnis kecilnya, sehingga keperluan susu Nita bisa dipenuhi. Mita menjaga Nita dengan telaten disaat bu Tere mempersiapkan jualannya. Mita juga diberikan upah yang lumayan dari hasil penjualan bu Tere ditambah dari pak Guntur juga.
"Lihat kak, dia pintar sekali mencari asal suara." Seru Mita gembira melihat bayi Nita memutar kepala nya ke arah suara.
" Artinya bayinya ngga budeg Mita. Kalau sampai dia tidak menoleh ke arah suara, nah itu bahaya." Terang bu Tere sembari membuat adonan kulit risol.
"Apa pak Simon pernah ke sini kak? Atau minimal Ema?" tanya Mita lagi.
"Ngga pernah. Ya, untuk apa mereka datang? Toh bayinya kan sudah dikasih." jawab bu Tere enteng.
Dia juga tidak mau mereka datang melihat-lihat bayi ini, "Bukannya sama saja dengan masih mencoba menjalin hubungan? Bagaimana kalau suatu saat anak ini minta kembali? Ada bagusnya juga mereka tidak muncul." batin bu Tere.
"Iya ya. Bagaimana dengan pengurusan catatan sipil kak?" tanya Mita.
"Aku minta tolong ke pak Randy. Kamu tau lah kan, kak Guntur tidak bisa mengurus begitu, aku sendiri sibuk." jelas bu Tere.
"Iya ya. Nda apalah, yang penting dia tercatat secara resmi dulu jadi anak kakak." jawab Mita lagi.
"Iya, lagian hampir 2minggu dia di rumah ini, rejeki lumayan lancar lah. Aku rasa memang kami berjodoh" jawab bu Tere.
"Yah, semoga lancar terus kak." timpal Mita
"Amin, doain aja. Kalau nambah rejeki kan jajan mu juga nambah Mit." kelakar bu Tere.
"Amin...amin. Semoga begitu" jawab Mita sembari tersenyum sumringah.
......................
Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa tepat 1 bulan Mita di rumah bu Tere. Dan rencananya Bu Tere akan mengadakan sedikit syukuran untuk Nita. Kebetulan juga dana nya baru terkumpul di saat itu.
Pagi-pagi bu Tere sudah sibuk membeli beras ketan, ayam, sayur mayur dan telur. Rencananya dia hanya akan memasak nasi kuning dengan lauk pauknya lalu dibagikan ke tetangga dan saudari nya. Pak Guntur juga membantu mempersiapkan marena pas di hari libur.
Mereka sibuk sepanjang hari dan Mita menjaga Nita ditemani Doni dan Joni. Kedua anak ini sayang kepada adiknya. Doni si cerewet sekalu suka menyentuh pipi tembem adik, sedangkan Joni hanya melihat sambil membaca buku. Sesekali curi-curi pandang.
"Doni, Joni, segera mandi. Pakai pakaian yang bagus ya. Karena tamu kit akan datang sebentar lagi" teriak bu Tere sambil menata makanan di ruang tamu rumahnya yang sempit.
Tamu itu ya saudari nya ditambah pak Randy yang sudah menolong bu Tere.
"Anak-anak ini sangat patuh ya, bahkan mandiri loh" ujar pak Randy tiba-tiba.
Ternyata pak Randy datang bertepatan dengan Doni dan Joni yang bergerak menuju ke sumur untuk mandi.
"Aku sengaja datang cepat untuk membantu kalian." ujar pak Randy "Tapi kali ini aku bawa Sinta istriku." lanjut pak Randy lagi.
"Ya kan undangan nya untuk kalian berdua." Tawa bu Tere. "Ini sudah mau selesai kok, ngga perlu dibantu apa-apa lagi, toh hanya kita-kita saja." sambung bu Tere lagi.
"Oalah Tere, sebanyak ini makanan kamu masak sendiri?" tanya bu Sinta.
"Mana sanggup saya bu, ini dibantu sama Guntur juga. Dia kan sedikit-sedikit bisa masak juga bu. Mantan asisten chef" jawab bu Tere bangga.
"Oh, ya. Lupa aku, dia kan hampir 7 tahun jadi asisten di dapur chef kan? Pantas lah cepat dan banyak jadinya." jawab bu Sinta menepuk kening.
"Makanya kalau pak Guntur yang masak, pasti enak." Terang pak Randy. "Eh, tapi bukan berarti masakan mu nda enak loh Tere, masakan mu juga enak." sambung pak Randy lagi dengan cepat. .
"Hahahaha...aku kira tadi mau dibilang masakan ku tidak enak." tawa bu Tere.
"Ngomong-ngomong, mana anak itu?" tanya bu Sinta.
"Oh, di kamar bersama Mita" jawab Bu Tere sembari mulai mengeluarkan gelas dan teko.
"Masuk saja bu, lihat dulu lah anak nya."
Bu Ter mempersilahkan bu Sinta masuk ke kamar karena terlihat bu Sinta agak ragu-ragu.
"Baiklah, aku mau lihat dulu sebentar. Aku masuk ya " izin bu Sinta.
"Ya, masuk aja bu. Tidak ada masalah kok sama kami" terang bu Tere.
...----------------...
Tak lama semua saudari bu Tere mulai berdatangan. Mereka membawa hadiah untuk si bayi Nita. Lalu semua menikmati masakan yang telah disediakan.
Ada yang sebenarnya merasa ragu tapi memilih tidak berkomentar apa-apa. Karena hak masing-masing orang juga untuk memilih mendapatkan anak secara adopsi.
Yang pasti malam itu mereka semua tertawa bahagia sembari bersenda gurau. Jarang sekali bisa berkumpul bersama meskipun tetanggaan, karena masing-masing sibuk mengurus keluarganya. Ada yang bekerja, ada yang jadi ibu rumah tangga tapi masih memiliki bayi dan pekerjaan rumah yang segunung harus dikerjakan sendiri.
Sekitar pukul 10 malam mereka mulai pamit pulang ke rumah masing-masing. Mereka sudah membantu bu Tere menyuci piring, menyapu dan membersihkan kekacauan acara mereka. Kasihan juga yang punya rumah, sudah repot memasak masih harus beres-beres. Untunglah semuanya pengertian.
Semua pulang dengan pemikiran masing-masing yang tidak berani dikeluarkan. Sedangkan bu Tere hanya tertawa bahagia dengan kehadiran si cantik Nita.
"Anak-anak, cepat cuci kaki dan tangan jangan lupa gosok gigi." perintah bu Tere.
"Ganti pakaian kalian dengan pakaian tidur dan segera tidur ya." lanjut pak Guntur.
Kalau pak Guntur sudah berbicara, Joni dan Doni tidak akan berlama-lama lagi.
"Mita, kamu tidur disini saja. Toh hari sudah malam sekali, dan disini juga ada kasur kosong" ucap bu Tere menahan adiknya.
"Ya kak, aku juga takut pulang malam-malam begini. Ibu kan juga tahu aku disini." jawab Mita
"Ya, bahaya loh. Lagian kita sudah cape, ibu kan tahu ada acara syukuran kecil-kecilan. Jadi ibu ngga bakalan cariin. Tadi sudah antar juga kan makanan untuk ibu?" tanya bu Tere.
"Sudah kak" jawab Mita.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sedikit pemberitahuan, Suni, Tania, Tere dan Yunita adalah saudara kandung 1 ayah dan 1 ibu. Sedangkan Mita adalah adik dari ibu tiri Tere. Jadi ketika ibu Tere meninggal, sang ayah menikah lagi dan mendapatkan Mita sebagai anak terakhir. Saudara yang lain tidak terlalu dekat dengan Mita, tapi mereka juga tidak membencinya, hanya saja mereka tidak terlalu akrab. Saat ini Mita tinggal dengan ibunya bersama saudara dari ibu Mita, mereka tinggal tidak jauh dari rumah ke 4 saudara kandung itu.