NovelToon NovelToon
Pesan Masa Lalu

Pesan Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mengubah sejarah / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:764
Nilai: 5
Nama Author: aaraa

Seorang wanita yang hilang secara misterius, meninggalkan jejak berupa dokumen-dokumen penting dan sebuah jurnal yang penuh rahasia, Kinanti merasa terikat untuk mengungkap kebenaran di balik hilangnya wanita itu.

Namun, pencariannya tidak semudah yang dibayangkan. Setiap halaman jurnal yang ia baca membawanya lebih dalam ke dalam labirin sejarah yang kelam, sampai hubungan antara keluarganya dengan keluarga Reza yang tak terduga. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Di mana setiap jawaban justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.

Setiap langkah membawanya lebih dekat pada rahasia yang telah lama terpendam, dan di mana masa lalu tak pernah benar-benar hilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Titik Balik

Hujan deras mengguyur Yogyakarta sore itu, membuat ruang perpustakaan pribadi Prof. Handoko terasa semakin temaram. Kinanti menatap keluar jendela, teringat kejadian dua minggu lalu saat mereka pertama kali mengetahui tentang Penjaga Kisah. Banyak yang telah berubah sejak saat itu, termasuk kehadiran Arya yang kini duduk di sampingnya.

Awalnya, keputusan untuk mempercayai Arya bukanlah hal yang mudah. Setelah pertemuan mereka dengan Prof. Handoko, Reza terus menyuarakan kecurigaannya. Namun, semua berubah saat kejadian di perpustakaan kota minggu lalu.

---

Flashback - Satu minggu yang lalu

"Kita harus bergerak cepat," Reza berbisik pada Kinanti dan Nadia saat mereka menyusuri rak-rak tua perpustakaan kota. "Menurut jurnal Prof. Handoko, dokumen yang kita cari harusnya ada di seksi sejarah lama."

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah berat dari lorong sebelah. Nadia, yang sedang memotret beberapa dokumen lama, hampir menjatuhkan kameranya.

"Sembunyi!" Kinanti menarik kedua temannya ke balik rak.

Dari celah buku-buku, mereka melihat dua pria berjas hitam memasuki area tersebut. Salah satunya mengeluarkan sebuah alat detector logam.

"Cepat temukan kotak itu," kata pria pertama. "Kita tidak punya banyak waktu sebelum shift penjaga berganti."

Jantung Kinanti berdebar kencang. Mereka mencari kotak yang sama!

Saat itulah terdengar suara ribut dari arah pintu masuk perpustakaan. Arya muncul, tersandung dan menjatuhkan setumpuk buku dengan suara keras.

"Maaf, maaf!" serunya dengan suara yang sengaja dibuat-buat. "Saya memang ceroboh!"

Kedua pria berjas itu tersentak, segera menyembunyikan alat mereka dan bergegas meninggalkan area tersebut.

Setelah situasi aman, Arya menghampiri mereka. "Kalian baik-baik saja?"

"Bagaimana kau tahu kami di sini?" tanya Reza, masih curiga.

"Aku sudah mengikuti kedua orang itu sejak mereka masuk ke perpustakaan," jawab Arya serius. "Mereka dari organisasi yang sama dengan orang-orang yang pernah mencoba mencuri dokumen dari museum universitas bulan lalu."

"Kau... tahu tentang itu?" Nadia terkejut.

Arya mengangguk, kemudian mengeluarkan sebuah kartu identitas lusuh. "Karena ayahku salah satu dari mereka, sebelum dia menghilang lima tahun lalu saat mencoba mengungkap kebenaran tentang dokumen-dokumen ini."

---

Kembali ke masa sekarang, lima remaja duduk mengelilingi meja besar di perpustakaan Prof. Handoko. Di hadapan mereka terbentang berbagai dokumen yang telah mereka kumpulkan selama berminggu-minggu.

"Jadi," Arya memulai, jemarinya mengetuk-ngetuk peta Yogyakarta tahun 1945 yang sudah agak menguning, "mari kita susun semua yang sudah kita temukan."

Setelah kejadian di perpustakaan kota, Arya menceritakan semuanya. Ayahnya, seorang sejarawan, bergabung dengan organisasi yang berusaha mengubur beberapa fakta sejarah. Namun, setelah menemukan kebenaran yang mengejutkan, dia berbalik melawan organisasi tersebut dan menghilang, meninggalkan Arya dengan sekumpulan petunjuk cryptic.

"Itulah mengapa aku selalu muncul di saat-saat penting," jelasnya waktu itu. "Aku mengikuti jejak yang sama dengan kalian, mencari kebenaran yang ayahku coba ungkap."

Prof. Handoko, setelah mendengar cerita Arya, mengonfirmasi bahwa ayah Arya memang pernah menjadi sekutu Penjaga Kisah sebelum menghilang. "Dia salah satu yang membantu kami mengamankan beberapa dokumen penting," kata profesor itu.

Kinanti mengeluarkan notes kecil tempat ia mencatat semua temuan mereka. "Pertama, kita menemukan peta bunker bawah tanah Belanda yang kemudian digunakan para pejuang. Lalu ada buku resep dengan kode-kode tersembunyi, artikel-artikel koran yang ternyata adalah jaringan informasi rahasia, dan sekarang jurnal ayah Prof. Handoko."

"Dan tiga kunci," tambah Dimas yang sudah pulih dari sakitnya. "Jangan lupa itu adalah pemicu dari semua penelitian ini."

Reza bangkit dari kursinya, berjalan ke papan tulis yang sudah mereka siapkan. "Mari kita petakan semuanya. Mungkin ada pola yang terlewat."

Ia mulai menuliskan temuan mereka secara kronologis:

Kunci pertama - ditemukan di sampul jurnal tua peninggalan Kartika

Surat-surat Kartika dari kotak rahasia pertama

Peta Yogyakarta 1945 dan denah bunker

Kunci kedua - tersembunyi di salah satu lokasi dalam peta

Buku resep dengan kode tersembunyi

Artikel koran dan jaringan wartawan

Kunci ketiga dari Prof. Handoko

Jurnal baru dengan petunjuk fungsi kunci

"Tunggu sebentar," Nadia yang sedang membaca jurnal pemberian Prof. Handoko tiba-tiba menegakkan tubuhnya. "Kalian harus lihat ini."

Semua mendekat saat Nadia membuka halaman yang dimaksud. Di sana, tersembunyi di antara tulisan-tulisan tentang fungsi kunci, ada sebuah sketsa yang tampak familiar.

"Ini..." Kinanti mengambil peta Yogyakarta yang tadi mereka pelajari, meletakkannya di samping jurnal. "Ini lokasi yang sama!"

Arya mengeluarkan kaca pembesar dari tasnya, mengamati detail pada kedua gambar dengan teliti. "Tapi ada tambahan pada sketsa di jurnal ini. Lihat, ada tanda-tanda dan simbol yang tidak ada di peta asli."

Reza mengambil buku resep yang mereka temukan sebelumnya, membuka halaman-halaman yang berisi kode. "Simbol-simbol ini... mirip dengan yang ada di resep-resep ini."

"Dan di artikel koran juga!" seru Dimas, menunjukkan salah satu koran lama yang mereka temukan. "Lihat pola penggunaan kata-kata tertentu dalam artikel ini. Jika kita cocokkan dengan simbol-simbol itu..."

Kinanti merasakan jantungnya berdebar kencang. "Kartika... dia tidak hanya meninggalkan surat-surat itu. Dia meninggalkan peta lengkap, tapi dipecah dalam berbagai bentuk agar tidak mudah ditemukan!"

Prof. Handoko, yang sedari tadi diam memperhatikan dari kursinya, akhirnya bersuara. "Kartika memang jenius dalam hal ini. Dia tahu suatu hari nanti, generasi berikutnya akan mencari kebenaran. Maka dia menyebarkan petunjuk-petunjuknya dalam berbagai bentuk yang tampak tidak berhubungan."

"Tapi kenapa begitu rumit?" tanya Nadia.

"Karena informasi ini terlalu berharga dan berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah," jawab sang profesor. "Bahkan sampai sekarang."

Arya mengeluarkan laptop dari tasnya, membuka program pemetaan digital. "Kalau kita overlay semua informasi ini... Kita bisa mendapatkan gambaran lengkap jaringan bawah tanah yang digunakan para pejuang!"

Selama dua jam berikutnya, mereka bekerja dalam keheningan yang sesekali dipecahkan oleh seruan kegembiraan saat menemukan koneksi baru. Reza dan Arya, melupakan sejenak persaingan tersirat mereka memperebutkan perhatian Kinanti, bekerja sama mencocokkan koordinat-koordinat dari berbagai sumber. Nadia dan Dimas fokus menterjemahkan kode-kode dari buku resep dan artikel koran, sementara Kinanti mencoba merangkai narasi utuh dari semua temuan mereka.

"Ini mengagumkan," bisik Kinanti, menatap hasil kerja mereka di papan tulis. "Kartika tidak hanya meninggalkan peta fisik, tapi juga jejak lengkap operasi rahasia mereka."

"Dan lihat ini," Arya menunjuk ke layar laptopnya. "Jika perhitungan kami benar, masih ada dua lokasi penting yang belum kita temukan. Mungkin di sanalah dua kunci terakhir berada."

"Tapi ada yang masih mengganjal," Reza menambahkan. "Untuk apa lima kunci ini sebenarnya? Apa yang begitu penting sampai harus diamankan dengan sistem serumit ini?"

Prof. Handoko bangkit dari kursinya, berjalan ke arah lemari tua di sudut ruangan. "Mungkin sudah waktunya saya tunjukkan sesuatu pada kalian."

Ia mengeluarkan sebuah kotak kayu yang lebih besar dari yang pernah mereka lihat sebelumnya. Kotak itu memiliki lima lubang kunci yang disusun dalam pola bintang.

"Ini..." profesor tua itu membelai permukaan kotak dengan lembut, "adalah warisan terakhir Kartika. Isinya, menurut catatan yang diturunkan dalam organisasi Penjaga Kisah, adalah dokumen yang bisa mengubah pemahaman kita tentang sejarah bangsa ini."

Kilat dan guntur di luar semakin intens, seolah menegaskan bobot momen tersebut. Kinanti merasakan tangan Arya yang tanpa sadar menggenggam bahunya, sementara Reza yang melihat hal itu berusaha memfokuskan diri pada kotak misterius di hadapan mereka.

"Jadi," Dimas memecah keheningan, "kita sudah punya tiga kunci. Tinggal dua lagi."

"Dan kita tahu di mana harus mencarinya," tambah Nadia, menunjuk ke peta digital yang sudah mereka lengkapi.

"Tapi ingat peringatan saya," Prof. Handoko menatap mereka satu per satu. "Pencarian ini bukan tanpa resiko. Semakin dekat kalian ke tujuan, semakin berbahaya situasinya. Ada pihak-pihak yang tidak ingin kebenaran ini terungkap."

"Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang," kata Kinanti tegas. Semua mengangguk setuju.

"Baiklah," Arya mengambil alih, sikap seniornya muncul. "Kita perlu rencana yang matang. Lokasi pertama ada di..."

Tiba-tiba listrik padam. Ruangan menjadi gelap gulita, hanya sesekali diterangi kilat dari luar. Nadia mengeluarkan ponselnya untuk penerangan, tapi tidak ada sinyal.

"Aneh," gumam Prof. Handoko. "Biasanya ada genset otomatis..."

Suara derit lantai kayu dari arah koridor membuat mereka semua membeku. Langkah-langkah berat terdengar mendekat.

"Cepat," bisik Prof. Handoko cemas.

"Kumpulkan semua dokumen. Ikut saya!"

Dengan tergesa tapi setenang mungkin, mereka mengikuti profesor menuju rak buku di sudut ruangan. Ia menarik salah satu buku, dan bagian rak itu bergeser tanpa suara, menampakkan lorong sempit.

"Bunker darurat peninggalan masa perjuangan," jelasnya singkat. "Cepat masuk. Bawa kotak dan dokumennya."

Tepat setelah rak buku kembali menutup di belakang mereka, pintu perpustakaan terbuka keras. Mereka bisa mendengar suara langkah dan orang-orang berbicara dalam bisikan tajam, mencari sesuatu.

Di dalam lorong gelap dan sempit itu, lima remaja dan seorang profesor tua berdiri tanpa bergerak, menahan napas. Kinanti merasakan tangan Reza dan Arya di kedua bahunya, seolah siap melindunginya. Nadia menggenggam erat tangan Dimas yang gemetar.

Saat ini, Kinanti merasakan perubahan dinamika di antara mereka. Reza dan Arya, yang awalnya saling curiga, kini berdiri di sampingnya dengan sikap protektif yang sama. Persaingan mereka memperebutkan perhatiannya telah berubah menjadi persaudaraan yang ditempa oleh bahaya.

"Sekarang kalian mengerti," bisik Prof. Handoko nyaris tak terdengar, "kenapa Kartika begitu berhati-hati menyembunyikan semua ini."

Di dalam kegelapan bunker itu, Kinanti teringat tulisan di jurnal Prof. Handoko

"Tidak semua yang tampak dekat bisa dipercaya. Waspadalah. -K"

Tapi kini dia paham, peringatan itu bukan tentang mencurigai semua orang, melainkan tentang pentingnya memilih sekutu yang tepat dalam perjuangan mengungkap kebenaran.

Mereka masih harus menemukan dua kunci lagi, dan bahaya yang mengintai semakin nyata. Namun setidaknya kini mereka punya tim yang solid - Kinanti si peneliti tekun, Reza dengan analisis tajamnya, Nadia yang jeli dengan kamera, Dimas dengan keahlian teknologinya, dan Arya yang memahami gerakan musuh mereka.

Hujan turun dengan deras di luar, petir sesekali menyambar, tapi di dalam bunker sempit itu, lima remaja dan seorang profesor tua telah menemukan titik balik dalam pencarian mereka. Tidak ada jalan untuk kembali, dan mereka siap menghadapi apa pun yang menanti di depan.

Titik balik dalam pencarian mereka telah tiba, dan tidak ada jalan untuk kembali.

1
Rezzy Ameliya
semangat selalu kaaa, terimakasih sudah mampir
Iramacinta
kak keren banget dilanjut terus ya karyanya...❣️❣️❣️
mndnll
keren kak ceritanyaa bagus sekalii semangat kak
salsa
bagus banget ceritanya aku suka /Scream/
Kandi
like
Riiiiee
yeayyy akhirnya ketemu
TENANG
keren ceritanya semngat terus melanjutkan ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!