Pernikahan mereka dan hubungan mereka hancur karena kesalahpahaman. Setelah mengetahui penyamaran masing-masing. Kesalahpahaman itu akhirnya terbongkar. Bagaimana cara Kalix mengobati luka menyakitkan di hati Callista dimasa lalu?
Jangan lupa baca cerita author tanpa diskip ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Selama ibunya melakukan perawatan di dokter psikiater. Catherine mengurus paspor dan visa mereka sebelum berangkat ke Amerika bersama Morgan. Dengan senang hati Morgan senang mendengar niat baik Catherine.
Morgan memberikan saran kepada Catherine agar mengganti status kewarganegaraannya. Namun, Catherine menolak saran Morgan, karena kedua anaknya tinggal di London dan ayahnya dimakamkan di London. Ia tidak ingin mengubah status kewarganegaraannya hanya karena keberadaan Kalix.
Catherine bahkan menjual sisa saham ayahnya di Jonas Group untuk melunasi hutang-hutang yang ditinggalkan ayahnya. Selain melunasi hutang yang ditinggalkan ayahnya, Catherine berharap sisa uang hasil penjualan saham itu bisa dijadikan sebagai biaya hidup mereka selama tinggal di luar negeri.
"Bagaimana dengan surat perceraian kalian? Apa kamu sudah menyerahkannya kepada pengacara pria itu?" tanya Morgan menatap wajah lelah Catherine.
"Aku sudah meminta pengacara mengurus proses perceraian kami. Jadi, aku tidak perlu datang ke sidang perceraian kami."
"Morgan. Aku mau membuka bisnis baru di Amerika. Apa kamu memiliki relasi yang bisa diajak kerjasama mendirikan bisnis baru?" tanya Catherine menatap Morgan.
"Jangan khawatir. Masalah itu aku bisa membantu mu. Jika kau membutuhkan modal aku bisa memberimu modal."
"Jika kamu sudah membuat proposal bisnis yang ingin kamu jalankan. Kamu bisa memberikannya kepadaku." tambah Morgan tersenyum tipis.
"Baiklah." sahut Catherine membalas senyuman Morgan.
Morgan memperlakukannya dengan sangat baik. Namun, Catherine tidak akan pernah bisa membalas cinta pria itu. Karena Catherine sudah menganggap Morgan sebagai saudara sekaligus sahabatnya.
Tak beberapa lama mobil yang mereka tumpangi tiba di depan rumah sakit.
Catherine dan Morgan melangkah sejajar masuk ke dalam rumah sakit. Tanpa mereka sadari seorang wanita mengikuti mereka dari belakang.
Wanita itu tersenyum menyeringai memotret kebersamaan mereka dan mengirimnya ke WhatsApp seseorang.
Catherine tersenyum tipis saat bertemu pandang dengan tatapan ibunya. Hari ini Catherine meninggalkan ibunya di rumah sakit bersama dokter psikiater untuk melakukan terapi yang terakhir kali sebelum mereka berangkat keluar negeri.
Ibunya sudah melakukan pengobatan sejak seminggu yang lalu setelah berulang kali melakukan percobaan bunuh diri.
"Bagaimana? Apa pengobatan Mama sudah selesai? Apa perasaan Mama sekarang sudah lebih baik?" tanya Catherine.
"Kondisi ibu kamu sudah lebih baik dari pada tujuh hari yang lalu. Kalian bisa melakukan pengobatan via online setelah menetap di Amerika." jawab dokter Yasmine, selaku dokter psikiater ibu Catherine.
"Dari mana dokter tahu? Apa Mama memberitahu nya?"
Dokter Yasmine mengangguk pelan dan tersenyum tipis menatap wajah cantik Catherine.
"Terima kasih untuk bantuannya, Dokter. Kamu akan menghubungi Anda untuk pengobatan selanjutnya."
Dokter Yasmine langsung memberikan kontak pribadinya kepada Catherine.
"Kalian bisa menghubungi nomor pribadiku."
"Baiklah. Terima kasih Dokter. Kalau begitu kami permisi."
Catherine mengandeng ibunya keluar dari ruangan dokter Yasmine. Morgan mengikuti langkah mereka dari belakang.
#
#
#
Disisi lain tepatnya di Albertus Group. Aston melangkah masuk ke dalam ruangan Kalix bersama seorang pria berpakaian rapi.
"Tuan, pengacara Nyonya muda ingin bertemu dengan Anda." Aston masih menyematkan nama Nyonya muda kepada Catherine. Karena bagaimanapun wanita itu adalah ibu kandung dari kedua putra kembar sang atasan.
Kalix langsung menghentikan pekerjaannya dan melangkah menuju sofa.
Aston memutuskan keluar dari ruangan atasannya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
"Tuan, Nona Catherine meminta saya bertemu dengan Anda untuk mengurus perceraian kalian beberapa hari yang lalu."
Pria itu mengeluarkan sebuah kertas dari tas kerjanya dan meletakkannya di depan Kalix.
"Dokumen ini merupakan dokumen perceraian yang Anda serahkan dua Minggu yang lalu. Nona Catherine sudah menandatangani nya."
Kalix sadar jika dokumen itu merupakan dokumen baru yang dibuat pengacara Catherine. Tak ada tuntutan apapun yang tertulis di dalam dokumen itu. Catherine hanya ingin bercerai secara resmi tanpa tuntutan hak asuh anak ataupun harta gono-gini.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Kalix langsung menandatangani surat perceraian itu.
Pengacara Catherine ingin mengulurkan tangannya berjabat tangan dengan Kalix. Namun, Kalix langsung beranjak dari sofa dan melangkah menuju meja kerjanya.
"Apa masih ada hal yang ingin kau beritahu padaku?" tanya Kalix menatap tajam kearah pengacara Catherine.
"Nona Catherine tidak akan datang pada persidangan perceraian kalian. Karena dia dan ibunya akan berangkat sore ini ke luar negeri bersama Tuan Morgan. Jadi, untuk kedepannya masalah persidangan ini akan dihandle oleh saya."
"Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Kalau begitu terima kasih sudah meluangkan waktu Anda."
Pengacara Catherine langsung keluar dari sana setelah menyelesaikan tujuan kedatangannya ke perusahaan Kalix.
#
#
#
Di mansion Jonas.
Catherine berdiri selama beberapa detik menatap kamarnya sebelum menutup pintu kamar masa kecilnya dengan rapat.
"Aku harus bisa bangkit demi Mama dan masa depan kami berdua."
Catherine menyeret kopernya turun ke lantai satu mansion Jonas. Ia tersenyum tipis saat melihat ibu dan semua pelayan sudah berdiri di ruangan tamu menunggu kedatangannya.
"Nanny, kami titip mansion Jonas kepada kalian. Kami akan menyempatkan diri berkunjung setiap tahun ke London mengunjungi makam Papa." kata Catherine berpamitan dengan kepada pelayan kediaman Jonas.
"Hati-hati disana, Nona. Jangan lupa kabari Nanny setelah kalian tiba disana." sahut kepala pelayan bernama Jenny tersenyum tipis.
Morgan menyeret koper Catherine dan Ibunya keluar dari dalam mansion. Ia membiarkan Catherine dan ibunya berpamitan dengan semua pelayan kediaman mereka.
Catherine dan ibunya masuk ke dalam mobil Morgan.Tak beberapa lama mobil melaju meninggalkan kediaman Jonas.
Catherine menggenggam tangan ibunya dan menatap jalan raya dengan wajah datar. Ia sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Yang ada hanya kehampaan dan kebencian yang sudah mendarah daging.
Tak butuh waktu lama, mobil yang mereka tumpangi tiba di bandara. Morgan langsung turun dari mobil dan mengeluarkan koper Catherine dan ibunya di jok belakang.
"Jangan lupa tiket, paspor dan visa kalian." ujar Morgan mengingatkan Catherine memeriksa tas berharganya.
Saat akan check in di bandara. Seorang petugas menghentikan langkah Catherine.
"Mohon maaf, Nona. Anda tidak bisa meninggalkan negera ini setelah nama Anda masuk dalam daftar pencegahan."
Morgan dan Catherine menautkan alis mereka mendengar penuturan petugas bandara.
"Maaf? Apa Anda salah orang? Saya tidak pernah melakukan kejahatan apapun! Lalu mengapa nama saya harus masuk ke daftar pencegahan, kecuali saya melakukan tindakan kriminal!"
Petugas imigrasi mengarahkan Catherine ke kantor mereka. Disana Ia bertemu dengan pria yang akan segera menjadi mantan suaminya.
"Sekarang apa lagi yang kau inginkan, Kalix? bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan! Lalu sekarang apa lagi! Apa yang ingin kau lakukan!" teriak Catherine dengan wajah merah padam.
"Mohon maaf, Nona. Kami harus membawa Anda ke kantor polisi atas keterlibatan Anda dengan kasus bunuh diri yang dilakukan Felix Marquez Albertus 3 tahun silam."
"Dari rekaman CCTV yang kami terima. Anda merupakan orang terakhir yang ditemui saudara kembar Tuan Kalix sebelum mengakhiri hidupnya. Bukti rekaman CCTV sudah diserahkan Tuan Kalix kepada kepolisian."
Deg
Catherine membisu mendengar penuturan 2 petugas polisi yang berdiri di samping Kalix.
Dengan wajah tegar Catherine menatap wajah datar dan dingin Kalix dengan tatapan penuh kebencian.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal dengan semua perbuatan mu padaku, Kalix. Hingga akhir hayat ku. Aku tidak akan pernah memaafkan mu!"
Deg
Deg
Deg
Kalix merasa seperti tersambar petir mendengar penuturan Catherine. Ucapan wanita itu terdengar seperti sebuah sumpah mati.
Catherine mengikuti langkah polisi keluar dari sana setelah berpamitan dengan ibunya. Sang ibu tidak tega melihat putrinya diborgol keluar dari bandara. Apa lagi banyak pasangan mata yang menatap mereka dengan bermacam tatapan.
Ibu Catherine tiba-tiba berlari kearah Kalix dan memukuli tubuh pria itu dengan membabi buta.
"Cukup suamiku dan putri bungsuku yang meninggalkan ku! Jangan bawa Callista bersamamu! Aku tidak ingin Callista menderita lagi seperti dulu!"
Ibu Catherine menangis tersedu-sedu mencakar dan menjambak rambut Kalix.
Morgan dengan cepat menghentikan tindakan ibu Catherine.
"Kau akan menyesal dengan perbuatan mu hari ini! Kau akan menyesal!" teriak ibu Catherine meronta-ronta di dalam dekapan Morgan.
"Bantu Callista Morgan! Aunty tidak mau Callista kenapa-kenapa."
Kalix menatap punggung Morgan dan ibu Catherine dengan dahi berkerut.
"Callista?"
"Sebenarnya informasi apa yang sudah dilewatkan oleh Aston?"