NovelToon NovelToon
Pesan Masa Lalu

Pesan Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mengubah sejarah / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:833
Nilai: 5
Nama Author: aaraa

Seorang wanita yang hilang secara misterius, meninggalkan jejak berupa dokumen-dokumen penting dan sebuah jurnal yang penuh rahasia, Kinanti merasa terikat untuk mengungkap kebenaran di balik hilangnya wanita itu.

Namun, pencariannya tidak semudah yang dibayangkan. Setiap halaman jurnal yang ia baca membawanya lebih dalam ke dalam labirin sejarah yang kelam, sampai hubungan antara keluarganya dengan keluarga Reza yang tak terduga. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Di mana setiap jawaban justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.

Setiap langkah membawanya lebih dekat pada rahasia yang telah lama terpendam, dan di mana masa lalu tak pernah benar-benar hilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surat Tersembunyi

Ruangan kerja Prof. Handoko di Universitas ternyata jauh berbeda dari yang dibayangkan Kinanti. Alih-alih dipenuhi tumpukan buku berdebu, ruangan itu justru tampak modern dengan komputer dan scanner canggih di setiap sudutnya. Di dinding-dindingnya terpajang foto-foto lokasi bersejarah yang diambil dengan sangat artistik.

"Digitalisasi arsip sejarah," jelas Prof. Handoko sambil tersenyum, menyadari tatapan takjub ketiga remaja di hadapannya. "Cara terbaik untuk melestarikan dokumen-dokumen penting tanpa merusak fisiknya."

Ketiga remaja itu mengangguk sembari tersenyum takjub, kemudian Reza mengeluarkan kunci kuningan yang mereka temukan, meletakkannya dengan hati-hati di atas meja kaca profesor.

"Eyang Karso menyarankan kami untuk menemui Bapak dan bertanya tentang ini."

Prof. Handoko mengambil kunci tersebut, mengamatinya dengan seksama di bawah lampu meja.

"Wahh, sudah lama sekali saya tidak melihat kunci seperti ini," gumamnya.

"Ini mengingatkan saya pada sesuatu," gumam Prof. Handoko, ia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju lemari arsip besar di sudut ruangan. Tangannya yang berpengalaman dengan cepat menelusuri deretan map dan dokumen tua.

"Ya!" serunya sambil mengeluarkan sebuah kotak kayu berukuran sedang. "Saya mendapatkan ini dari seorang veteran beberapa tahun lalu. Katanya, ini berisi surat-surat yang tidak boleh dibuka sampai waktunya tiba."

Kinanti merasakan jantungnya berdebar lebih kencang. "Apakah... apakah kuncinya cocok dengan kotak itu, Pak?"

Prof. Handoko tersenyum penuh arti, menyerahkan kotak dan kunci pada Kinanti. "Coba saja."

Dengan tangan sedikit gemetar, Kinanti memasukkan kunci ke lubang kecil di sisi kotak. Terdengar bunyi 'klik' pelan ketika kunci itu diputar. Reza dan Nadia mendekat, mata mereka tak lepas dari kotak yang kini terbuka.

"Ini tulisan Kartika," kata Prof. Handoko tiba-tiba, mengambil salah satu surat dari tumpukan yang ada di dalam kotak tersebut. Kinanti langsung menegakkan tubuhnya, jantungnya berdebar lebih kencang.

Di bawah lampu UV khusus, tulisan tangan yang rapi itu berpendar kebiruan. Surat tersebut tertanggal 25 November 1946, sehari sebelum Kartika dilaporkan menghilang.

"Untuk adikku tersayang, Sariasih..." Kinanti membaca dengan suara bergetar. Sariasih adalah nama nenek Kinanti, adik kandung Kartika.

Dik Sari yang kusayangi, Jika surat ini sampai padamu, mungkin aku sudah tidak lagi berada di sisimu. Ada tugas besar yang harus kukerjakan. Dokumen-dokumen yang kami jaga selama ini bukan sekadar catatan perjuangan – ada rahasia yang lebih besar yang harus dilindungi.

Aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang, tapi percayalah, suatu hari nanti, kebenaran akan terungkap. Jaga dirimu baik-baik. Dan jika suatu hari kau memiliki cucu perempuan, ceritakan padanya tentang aku.

Kakakmu, Kartika

"Lihat tanggal di pojok kanan," Reza menunjuk.

"Itu bukan format tanggal biasa."

Prof. Handoko mengangguk. "Sepertinya itu kode koordinat. Dan ada serangkaian surat lain yang menggunakan sistem yang sama." Dia mengeluarkan beberapa surat lagi, semuanya menggunakan sistem pengkodean serupa.

Di bawah surat tersebut, terdapat tumpukan surat lain yang juga menguning dimakan usia, diikat rapi dengan pita merah yang sudah memudar. Kinanti mengambil surat lainnya dengan hati-hati, seolah takut kertas rapuh itu akan hancur dalam genggamannya.

"Ini ditulis dalam bahasa Belanda dan Indonesia," kata Reza, yang sudah terbiasa membaca dokumen-dokumen tua berkat penelitiannya. "Tapi ada juga simbol-simbol aneh di pinggirannya."

"Sepertinya itu juga kode rahasia," Prof. Handoko menjelaskan.

"Para pejuang kemerdekaan menggunakannya untuk berkomunikasi tanpa ketahuan Belanda. Yang menarik, sistem komunikasi ini tidak pernah sepenuhnya terbongkar."

Nadia, yang sejak tadi sibuk memotret (setelah mendapat izin dari Prof. Handoko), berhenti sejenak.

"Maksud Bapak, jaringan komunikasi ini masih ada sampai sekarang?" Tanyanya penasaran.

"Tepat sekali," Prof. Handoko mengangguk.

"Beberapa veteran dan keturunan mereka masih menjaga sistem ini tetap aktif. Bukan untuk keperluan darurat seperti dulu, tentu saja, tapi lebih sebagai cara untuk menjaga warisan sejarah tetap hidup."

Kinanti mulai membaca surat pertama dengan suara pelan.

"Yogyakarta, 15 Augustus 1946

Kepada Saudara di Pos Timur,

Dokumen-dokumen sudah diamankan sesuai rencana. Kunci-kunci telah disebarkan ke lima pos utama. Hanya mereka yang memahami 'Jejak Garuda' yang akan bisa menemukannya..."

"Jejak Garuda?" Reza mengulang dengan penasaran. "Apa itu?"

Prof. Handoko tersenyum, "Itu adalah nama kode untuk rute rahasia yang menghubungkan pos-pos perjuangan. Dan jika dugaan saya benar, kunci yang kalian temukan ini adalah salah satu dari lima kunci yang disebutkan dalam surat itu."

Kinanti mengambil surat berikutnya, yang ternyata berisi deretan angka dan simbol yang tampak acak. Namun di bagian bawahnya, ada sketsa kasar sebuah peta.

"Ini..." Nadia mendekatkan wajahnya ke sketsa tersebut, "bukankah ini daerah sekitar Tugu?"

"Dan lihat ini," Reza menunjuk ke titik-titik yang ditandai di peta, "ada lima lokasi yang diberi tanda khusus. Salah satunya dekat dengan rumah Eyang Karso!"

Prof. Handoko mengeluarkan kaca pembesar dari laci mejanya. "Ada tulisan kecil di setiap titik ini. Sepertinya petunjuk tentang di mana kunci-kunci lainnya disembunyikan."

"Tapi kenapa sekarang?" Kinanti bertanya, lebih kepada dirinya sendiri. "Kenapa kunci ini baru ditemukan sekarang?"

"Mungkin memang sudah waktunya," jawab Prof. Handoko bijak.

"Kalian tahu, sejarah punya caranya sendiri untuk mengungkap diri pada generasi yang tepat."

Sementara mereka terus memeriksa surat-surat lainnya, Nadia menemukan secarik kertas yang berbeda dari yang lain. "Lihat ini! Ada daftar nama dan... sepertinya ini alamat-alamat."

"Tunggu," Kinanti tiba-tiba teringat sesuatu. "Eyang pernah cerita kalau dulu ada kelompok veteran yang rutin bertemu setiap bulan. Apa mungkin ini daftar anggota kelompok itu?"

"Dan lihat tanggalnya," Reza menunjuk ke sudut kertas, "ini ditulis tahun 1995. Tidak terlalu lama setelah Eyang Karso pensiun dari museum."

Prof. Handoko mengangguk perlahan. "Sepertinya Kartika dan para veteran lainnya sengaja menyiapkan semua ini. Mereka ingin generasi muda seperti kalian yang melanjutkan pencarian ini."

"Jadi," Nadia menutup notes di laptopnya, "apa langkah kita selanjutnya?"

"Kita harus mengunjungi lokasi-lokasi ini," Reza menjawab dengan mantap.

"Tapi harus hati-hati. Kalau benar jaringan komunikasi ini masih aktif, pasti ada yang mengawasi tempat-tempat tersebut." Lanjutnya.

"Dan kita harus merahasiakan ini," tambah Kinanti.

"Seperti kata Eyang kemarin, sampai kita tahu pasti apa yang sebenarnya disimpan dengan sistem kunci-gembok ini."

Ketiga remaja itu terdiam, menyadari bahwa mereka telah masuk terlalu dalam ke sebuah misteri yang jauh lebih besar dan lebih kompleks dari apa yang mereka bayangkan. Kinanti melirik jam tangannya – sudah hampir sore. Di luar jendela, matahari mulai condong ke barat, menciptakan bayangan panjang di halaman kampus.

Prof. Handoko memandang ketiga remaja di hadapannya dengan bangga. "Kalian telah menemukan sesuatu yang sangat berharga. Bukan hanya kunci dan surat-surat ini, tapi juga semangat untuk menghargai dan menjaga sejarah."

"Besok Sabtu," kata Prof. Handoko akhirnya. "Kita bertemu di sini pukul 9 pagi. Bawa jurnal itu, Kinanti. Dan Nadia, tolong siapkan kameramu. Kita akan memulai pencarian kita di perpustakaan kota lama."

Ketika mereka bersiap pulang, hujan di luar sudah reda. Kinanti memasukkan surat-surat itu dengan hati-hati ke dalam map khusus yang diberikan Prof. Handoko. Dalam perjalanan pulang, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Apa yang akan mereka temukan di lokasi-lokasi itu? Siapa saja yang masih menjaga jaringan komunikasi rahasia ini? Dan yang paling penting, apa sebenarnya rahasia besar yang tersimpan di balik semua ini?

Satu hal yang pasti, petualangan mereka semakin menarik, dan masih banyak misteri yang menunggu untuk diungkap.

1
Rezzy Ameliya
semangat selalu kaaa, terimakasih sudah mampir
Iramacinta
kak keren banget dilanjut terus ya karyanya...❣️❣️❣️
mndnll
keren kak ceritanyaa bagus sekalii semangat kak
salsa
bagus banget ceritanya aku suka /Scream/
Kandi
like
Riiiiee
yeayyy akhirnya ketemu
TENANG
keren ceritanya semngat terus melanjutkan ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!