ENDING (Akhir Dari Cinta Dan Dendam)
London, Inggris
Beberapa pejalan kaki terlihat berlalu lalang di depan sebuah restoran mewah yang sering dikunjungi kalangan para muda-mudi di kota itu. Kebetulan lokasi restoran itu berdekatan dengan sebuah kampus ternama di London.
Seorang gadis muda berusia 23 tahun melangkah masuk ke dalam restoran dan langsung duduk di dekat kaca transparan yang menghadap kearah luar restoran. Ia bernama Catherine Aquila Jonas.
Catherine memperhatikan beberapa pengunjung yang masuk ke dalam restoran yang sering Ia datangi bersama kekasihnya. Dari dalam restoran, Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana situasi di luar restoran melalui kaca transparan di depannya.
"Mengapa Felix belum datang juga." gumam Catherine menatap keluar restoran dengan perasaan campur aduk. Catherine lalu melirik sekilas kearah jam tangannya.
"Tidak biasanya dia datang terlambat."kata Catherine dengan wajah gusar. Ia tidak bisa menunggu terlalu lama, karena ibu dan ayahnya sudah menunggunya di bandara.
Tiba-tiba ponsel Catherine berdering, Ia langsung mengangkat panggilan itu.
"Kamu dimana? Mama dan Papa sudah tiba di bandara."kata seorang wanita dari seberang sana.
"Catherine masih menunggu Felix, Ma. Erin mau berpamitan dengannya sebelum berangkat keluar negeri."jawab Catherine dengan wajah gugup.
"Erin! Bukankah Mama sudah bilang kalau kalian itu tidak cocok! Segera akhiri hubungan kalian! Mama tidak mau kamu berhubungan dengan pria yang tidak jelas asal-usulnya!" balas wanita itu sebelum menutup panggilan telepon itu dengan sepihak.
Catherine hanya bisa diam tanpa berani membantah mendengar perkataan ibunya.
Tak beberapa lama seorang pria muda berlari dengan napas ngos-ngosan kearah meja yang ditempati Catherine. "Maafkan aku datang terlambat."
Wajah dan pakaian pria itu dipenuhi dengan keringat yang membuat Catherine membisu beberapa detik sebelum angkat bicara.
"15 menit lagi pesawat yang kami tumpangi akan take off. Aku tidak memiliki banyak waktu berbincang denganmu."
Ucapan Catherine membuat raut wajah Felix berubah menjadi sedih. Rasa bahagia bertemu kekasihnya langsung sirna begitu saja.
"Mengapa begitu tiba-tiba?" tanya Felix berusaha menahan rasa ngilu dan sakit yang menusuk hatinya.
"Aku ingin mengabari mu lebih awal. Namun, kau selalu mengacuhkan panggilan telepon dariku. Aku tidak mungkin menolak tawaran kedua orang tuaku melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri."
Felix ingin menjelaskan alasan mengapa dia tidak mengangkat panggilan telepon dari Catherine. Namun, Catherine seakan tidak mengijinkan Felix melanjutkan ucapannya.
"Aku tidak bisa LDR. Jadi, mari kita akhiri hubungan kita dengan baik-baik. Aku tidak mau menyakiti mu lebih dalam lagi."
"Lagian sejak awal kedua orang tuaku tidak setuju dengan hubungan kita. Aku tidak mau lagi mempersulit mu ataupun membantah perkataan kedua orang tuaku."
Catherine dengan cepat menarik kopernya keluar dari restoran tanpa mendengarkan ucapan Felix.
"Rin! Jangan pergi! Aku tidak bisa hidup tanpamu!"
Catherine dengan cepat masuk ke dalam taksi untuk menghindari Felix. Ia tidak mu hatinya kembali goyah melihat wajah sedih sang pujaan hati.
Catherine berusaha menahan air matanya setelah mengakhiri hubungannya dengan Felix yang sudah terjalin sejak SMA.
"Maafkan aku."
Felix hanya bisa menatap kepergian Catherine dengan perasaan hancur.
Hari berganti hari hingga tahun berganti tahun. Tak terasa waktu berlalu dengan begitu cepat. Tentu saja banyak hal yang berubah selama 2 tahun ini.
Tok
Tok
Tok
Seorang pria muda berjas hitam mengetuk pintu ruangan atasannya dari luar sebelum dipersilahkan masuk ke dalam ruangan mewah itu.
"Masuk!"
Pria itu langsung masuk ke dalam ruangan atasannya sembari membawa beberapa dokumen yang diminta atasannya tadi pagi.
"Tuan muda, Nyonya besar meminta Anda menghadiri acara keluarga besar Albertus nanti malam di hotel utama Albertus."
Atasan pria itu menghentikan pekerjaannya dan menatap pria itu dengan tatapan tajam dan dingin. Ia tidak merespon ucapan asistennya barusan.
"Tatapan tajam itu selalu membuat tubuhku merinding dan membeku. Terlalu banyak misteri tersembunyi di balik tatapan mata itu." gumam pria itu dalam hati saat bersitatap dengan tatapan tajam dan dingin sang atasan.
"Bagaimana dengan jadwalku?" tanya atasan pria itu mengalihkan atensinya ke layar komputer di hadapannya.
"Hari ini jadwal Anda sudah saya kosongkan atas perintah Nyonya besar."jawab pria itu dengan wajah gugup.
"Ternyata kau cukup patuh padanya." celetuk atasannya bangkit dari kursi kebesarannya.
#
#
Malam hari di sebuah hotel megah milik keluarga Albertus. Sebuah mobil Ferrari warna merah berhenti di depan lobi hotel. Seorang petugas dengan cepat membuka pintu pengemudi dan mempersilahkan pria itu turun dari mobil.
"Tuan Kalix." sapa petugas itu menunduk hormat kepada pewaris sah hotel tempatnya bekerja.
Siapapun yang bertemu dengan pria muda dan berkarisma seperti Kalix akan terpesona dengan ketampanannya.
"Parkiran mobilku ditempat biasa." kata Kalix menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas itu.
Petugas itu menerima kunci mobil Kalix dan memarkirkan mobil pria itu di parkiran khusus sesuai perintah sang atasan.
Beberapa wartawan dengan gercep mengabadikan moments kehadiran Kalix. Salah satu wartawan dari salah satu stasiun TV besar tiba-tiba menghampiri Kalix.
"Tuan Kalix! dengar-dengar anda sedang dekat dengan pewaris sah keluarga Winston. Apakah gosip itu benar?"
Kalix langsung masuk ke dalam hotel tanpa menanggapi pertanyaan wartawan. Ia merasa pertanyaan wartawan itu benar-benar tidak berfaedah dan tidak terkait dengan profesinya sebagai pengusaha.
"Kalix!"
Seorang wanita paruh baya berpakaian modis melangkah menghampiri Kalix. Ia tersenyum tipis saat sudah berdiri dihadapan putranya.
"Mommy pikir kamu tidak akan datang."
Kalix memutar bola matanya malas mendengar ucapan ibunya. Ucapan ibunya hanya sekedar perkataan basa-basi sebelum melancarkan niatnya yang sesungguhnya.
"Mommy akan memperkenalkan mu dengan beberapa rekan bisnis Mommy. Kebetulan mereka memiliki beberapa anak gadis yang masih lajang. Mana tahu salah satu dari mereka akan menarik perhatian mu."
Baru saja Kalix tiba, Ibunya langsung menarik tangannya kearah meja salah satu rekan bisnisnya.
Dengan wajah malas, dengan berat hati Kalix mengikuti langkah ibunya. Entah sudah berapa kali ibunya memintanya menikah. Namun, Kalix seakan enggan menikah, sebab Kalix merasa saat ini pernikahan bukanlah prioritas utamanya.
"Aku tidak menyangka kalau Nyonya Albertus ternyata memiliki putra setampan ini." celetuk salah satu istri rekan bisnis ibu Kalix memperhatikan wajah tampan Kalix.
Dengan wajah bangga, ibu Kalix menjawab perkataan istri rekan bisnisnya. "Bukankah Saya juga cantik. Bibit unggul tuan besar Albertus sudah diwariskan kepada putraku sejak di dalam kandungan."balas ibu Kalix tersenyum lebar.
Sepasang suami-isteri itu tertawa kecil mendengar ucapan ibu Kalix. "Ya. Putra mu sangat mirip dengan tuan besar. Aku yakin putramu akan sukses melebihi tuan besar Albertus di masa depan."
Kalix Marquis Albertus merupakan putra tunggal satu-satunya yang dimiliki Alice Norin Albertus. Anak yang lahir dari buah cintanya dengan kekasihnya 26 tahun yang lalu.
"Bukankah kalian memiliki seorang putri yang masih lajang?" tanya Nyonya Albertus secara tiba-tiba.
"Ya. Lovely baru saja menyelesaikan pendidikan bisnisnya di Jepang. Ia baru kembali seminggu yang lalu."
"Apa putrimu sudah memiliki pasangan?" tanya nyonya Albertus dengan wajah penasaran.
"Belum. Belum ada seorang pria pun yang dekat dengannya." jawab rekan Nyonya Albertus dengan cepat.
"Baiklah. Minta putri kalian mengunjungi kediaman Albertus Minggu depan. Aku ingin mengajaknya makan malam bersama kami. Aku berniat menjodohkan putraku dengan putri kalian jika saja mereka merasa cocok bersama." celetuk Nyonya Albertus membuat rekan bisnisnya tersenyum tipis.
Kalix tetap diam tanpa menyela ucapan ibunya. Ia yakin wanita itu akan mundur dengan sendirinya setelah bertemu dengannya. "Baiklah, Alice. Aku ikut senang mendengar rencanamu ingin menjodohkan putra putri kita. Selain mempererat hubungan relasi bisnis kita, rencana perjodohan ini juga bisa mempererat tali kekeluargaan kita."
Keluarga mana yang tidak senang menikah dengan pewaris keluarga Albertus. Pengusaha kaya raya dengan segudang prestasi dan bisnis yang tersebar dimana-mana.
Kalix tiba-tiba ijin ke toilet setelah meneguk wine merah yang disajikan pelayan. Alih-alih pergi ke toilet. Langkah Kalix membawanya kearah sebuah balkon kosong yang ada di lantai 30. Ia ingin mencari udara segar dan menghirup udara segar malam hari di luar hotel.
#
#
#
Disisi lain
"Catherine! Hari ini kita akan bertemu dengan beberapa rekan bisnis Papa dan Mama. Kami harap kali ini kamu tidak akan mengecewakan kami." ujar kedua orang tua Catherine dengan tegas.
Catherine hanya bisa patuh tanpa berani membantah. Sama dengan kejadian 2 tahun lalu. Dia hanya bisa menuruti semua aturan dan perintah kedua orang tuanya.
Sejam telah berlalu. Catherine mulai bosan dengan suasana pesta itu. Ia memutuskan keluar dari Aula.
Saat akan melangkah menuju lift, tanpa sengaja Catherine melihat tubuh familiar seseorang yang sangat familiar di matanya.
"Aku tidak mungkin salah lihat. Aku yakin itu dia." gumam Catherine dengan yakin mempercepat langkahnya kearah lift yang sudah tertutup rapat.
Catherine menekan tombol pintu lift berulang kali. Namun, lift sudah tertutup sempurna dan naik menuju lantai selanjutnya.
Saat lift kembali terbuka, Catherine dengan cepat masuk ke dalam dan menekan nomor lantai yang dikunjungi pria itu.
Ting
Pintu lift terbuka. Dari kejauhan Catherine kembali melihat punggung familiar yang sebelumnya dilihatnya saat akan masuk ke dalam lift.
Catherine mempercepat langkahnya dan memeluk tubuh pria itu dari belakang.
"Felix..." gumam Catherine dengan suara lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments