Yaya_ gadis ceria dengan sejuta rahasia.
Ia selalu mengejar Gavin di sekolah,
tapi Gavin sangat dingin padanya.
Semua orang di sekolah mengenalnya sebagai gadis tidak tahu malu yang terus mengemis-ngemis cinta pada Gavin. Namun mereka tidak tahu kalau sebenarnya itu hanya topengnya untuk menutupi segala kepahitan dalam hidupnya.
Ketika dokter Laska memvonisnya kanker otak, semuanya memburuk.
Apakah Yaya akan terus bertahan hidup dengan semua masalah yang ia hadapi?
Bagaimana kalau Gavin ternyata
menyukainya juga tapi terlambat mengatakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Di rumah, Yaya makin tidak tahan dengan sikap Sara dan mama tirinya yang terus-terusan mencari cara agar dirinya kehilangan kepercayaan dari papanya. Papanya bahkan tidak pernah memberinya uang saku sampai sekarang. Tabungan yang ia pakai untuk ke sekolah selama ini pun hampir habis, kalau begini caranya bagaimana ia bayar hutangnya pada Bintang? Kakaknya juga malah memblokir nomornya. Yaya mengacak-acak rambutnya frustasi.
Gadis itu berpikir keras lalu bangkit dari kasurnya. Mau tak mau ia harus menemui kakaknya walaupun lelaki itu benci melihatnya sekarang. Ia hanya mau minta uang, tidak salah kan? Hanya sang kakak yang bisa memberinya uang sekarang. Ia terlalu gengsi minta pada papanya.
Yaya hanya memakai kaos lengan pendek dipadu dengan jins panjang warna biru ketika keluar rumah. Sara sempat mengancam akan melapor ke papanya kalau ia pergi keluyuran tapi gadis itu tidak peduli. Ia tetap pergi. Pokoknya ia harus bertemu kakaknya sekarang. Bodoh amat dengan ancaman Sara.
Gadis itu memandang lurus ketika sampai di sebuah gedung besar didepannya. Sekali lihat saja, Yaya tahu kalau apartemen itu pasti sangat mahal. Sampai sekarang dia masih penasaran apa sebenarnya yang dikerjakan kakaknya itu sampai bisa membeli apartemen mewah seperti ini.
Yaya ingat betul ketika kakaknya memutuskan pergi dari rumah, pria itu bersumpah didepan papa mereka bahwa ia tidak akan membawa uang sepeser pun. Tapi lihat sekarang, apartemen didepannya ini membuktikan bahwa kakaknya itu menghasilkan banyak uang entah darimana. Jangan-jangan... gadis itu mulai berpikiran ngawur .
"Yaya?"
suara itu mengalihkan perhatian Yaya. Ia berbalik dan mendapati seseorang telah berdiri didepannya. Seorang pria tampan seumuran kakaknya tengah memandanginya. Ia kenal pria itu. Namanya Putra, sahabatnya kakaknya.
Putra melangkah mendekati gadis itu.
"Kenapa ke sini? Ini sudah malam. " tanyanya.
"Aku mau ketemu kak Tama!" jawabnya ketus. Ia tidak begitu suka dengan pria bernama Putra itu. Itu karena tiap kali ia mau menemui kakaknya selalu saja pria itu yang muncul didepannya dan memberinya berbagai alasan kalau kakaknya lagi tidak ada di apartemennya, sibuk atau apalah. Intinya, keberadaan pria itu tidak Yaya suka.
"Kakak kamu lagi nggak ada."
tuhkan.
Yaya menatap Putra kesal. Tatapannya penuh permusuhan.
"Kak Putra nggak usah bohong deh. Tiap kali aku dateng, alasannya begitu terus. Aku butuh banget bertemu kak Tama sekarang, aku butuh uang tapi telpon aku di blok sama dia." tukas gadis itu langsung.
Putra cukup terkejut mendengar perkataan Yaya yang blak-blakan, namun sikapnya tetap tenang.
Gadis ini datang mau minta uang? Alis Putra terangkat. Memangnya dia kekurangan uang? Kan papanya kaya, terus kenapa sia harus datang minta uang ke kakaknya?
"Aku mau ketemu kak Tama sekarang!" tegas Yaya sekali lagi dengan tatapan tajamnya. Ia tidak mau mendengar alasan lain lagi dari pria itu.
"Yaya, kakak kamu memang lagi nggak ada. Aku serius, dia lagi belum pulang kerja." jelas Putra tidak berbohong.
Yaya mendengus keras tidak percaya dengan perkataan pria itu, memangnya dia bodoh apa, sudah berkali-kali dirinya dibohongi, jadi jangan harap ia akan percaya sekarang.
"Atau begini saja, kamu pakai uang ini dulu, besok baru datang lagi hm? Aku janji kamu pasti bertemu Tama besok." ucap Putra menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan ke Yaya.
Yaya menatap uang itu dan Putra bergantian. Matanya menyipit mencari kebohongan di wajah pria itu tapi nihil. Sepertinya kali ini pria itu bersungguh-sungguh dengan janjinya.
"Kak Putra nggak lagi bohongkan?" tanyanya memicingkan matanya lagi.
"Iya." Putra mengangguk pasti. Mau tak mau Yaya percaya saja. Ia mengambil uang yang disodorkan Putra lalu berbalik pergi tanpa pamit sedikitpun. Alasan utamanya datang mau minta uang. Karena sekarang uang tersebut sudah ada padanya, dia akan pergi dulu dan kembali nanti.
Putra menatap kepergian Yaya cukup lama sampai gadis itu benar-benar sudah tidak terlihat lagi. Ekpresinya tak terbaca, entah apa yang dia pikirkan.
"Bang." panggilan seseorang membuat Putra bergeming. Ia menoleh kebelakang dan melihat Gavin yang sudah berdiri didekatnya. Lelaki itu adalah adik kandungnya.
"Lo kok disini?" tanyanya.
"Abang kenal cewek tadi?" bukannya menjawab, Gavin balik bertanya.
Putra mengernyit dan berpikir sebentar kemudian mengangguk mengiyakan pertanyaan sang adik. Ia tahu maksud Gavin pasti Yaya.
"Lo kenal juga?" Putra balik bertanya.
"Gav!"
Gavin hendak menjawab pertanyaan Putra tapi terhenti oleh Bintang yang tiba-tiba muncul.
"Hai bang, kok di sini juga?" tanya Bintang melihat Putra.
"Gue mau ketemu temen gue. Lo berdua ngapain di sini?" jelas Putra lalu balik bertanya
"Oh, kita tadi habis mampir di restoran sebelah." sahut Bintang menunjuk restoran mewah didepan gedung apartemen itu. Pandangan Putra berpindah ke Gavin.
"Bilangin ke mama gue nggak pulang." ujarnya. Gavin mengangguk mengerti. Putra memang jarang pulang rumah. Setahu Gavin, abangnya itu lagi bangun bisnis dengan temannya yang bernama Tama itu. Dan sekarang ini mereka lagi sibuk-sibuknya.
Bintang dan Gavin menatap kepergian Putra. Pria itu masuk ke apartemen didepan mereka. Gavin tahu apartemen itu milik Tama. Kakaknya dan Tama sudah terbilang sahabatan cukup lama.
"Eh Gav." Gavin menoleh melirik Bintang.
"Kayaknya gue liat Yaya deh tadi." seru cowok itu.
"Ngapain tuh cewek malam-malam gini keluyuran?
Gavin kembali mengingat apa yang dilihatnya tadi. Yaya bicara dengan kakaknya. Ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi kakaknya memberinya uang.
Apa hubungan mereka? Kenapa Andra memberi uang ke gadis itu? Ia juga ingat Yaya pernah pinjam uang ke Bintang. Apa segitunya tuh cewek butuh uang?