Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Bryan masuk ke ruangannya di ikuti asisten pribadi sekaligus orang kepercayaannya. Pria itu segera duduk di kursi kebesarannya dan langsung memeriksa berkas serta CV milik karyawan Daddynya yang akan menjadi sekretarisnya. Semalam Bryan mendesak Papanya agar mengirimkan berkas dan CV milik karyawannya.
Bryan membacanya dengan teliti, di sana tertera berbagai prestasi dan keahlian yang dimiliki oleh calon sekretarisnya. Membaca semua informasi tersebut, Bryan tidak heran kalau wanita itu menjadi karyawan terbaik selama 3 tahun berturut-turut.
"Annelise.?" Gumamnya membaca nama yang tertera pada biodata. Bryan lantas mengamati dengan seksama, foto berukuran 4x6 milik Annelise. Nama dan wajahnya tidak asing.
Bryan menyingkirkan berkarya dan CV itu ke tepi mejanya.
"Apa orang itu sudah datang.?" Tanyanya pada Felix, asisten pribadinya.
"Sudah sejak 1 jam yang lalu Pak."
"Panggil dia kemari." Titahnya. Felix mengangguk dan pamit undur diri untuk memanggil Annelise.
Dia menghampiri Annelise yang menunggu di ruang tunggu. Wanita itu cukup disiplin karna datang lebih awal dari jam yang sudah ditentukan.
Wanita berambut panjang itu berdiri ketika Felix menghampirinya.
"Annelise, Pak Bryan memanggilmu ke ruangannya. Mari saya antar." Ajak Felix.
"Baik Pak, terimakasih." Annelise sempat membungkuk hormat sebelum mengikuti langkah Felix.
Sampainya di depan ruangan Bryan, Felix langsung mengetuk pintu dan membukanya. Dia mempersilahkan Annelise masuk ke dalam dan menutupnya dari luar setelah Annelise masuk.
"Selamat pagi pak." Sapa Annelise seraya membungkukan badan di depan meja kerja Bryan.
"Saya Annelise, Pak Shaka menugaskan saya untuk,,"
"Tidak perlu kamu jelaskan, saya sudah tau." Potong Bryan datar.
Annelise mengangkat wajahnya untuk menatap Bryan. Tatapan mata keduanya kini beradu. Bryan menatap lekat wajah wanita di depannya, sepertinya dia tidak salah lagi, Annelise yang ada di hadapannya adalah Annelise yang pernah dirundung gara-gara di tolong olehnya. Bahkan keduanya pernah di gosipkan menjalin hubungan. Namun hanya berlangsung 2 hari, sebab Bryan langsung bertindak tegas untuk menghapus gosip ifu.
Sementara itu, Annelise rupanya pura-pura tidak mengenal Bryan. Padahal dia sudah tau bahwa Bryan adalah anak dari Shaka. Jadi ketika dulu diterima di perusahaan Shaka, Annelise sempat khawatir dipertemukan kembali dengan Bryan. Dia takut mendapat masalah lagi jika berurusan dengan pria yang satu itu. Perundangan beberapa tahun silam masih membekas di ingatan, jadi Annelise sedikit trauma kalau harus berada di sekitar Bryan.
Namun takdir seolah senang mempertemukan Annelise dan Bryan kembali setelah 9 tahun berlalu.
"Masa training kamu selama 1 bulan. Jika dalam 1 bulan saya tidak puas dengan kinerja kamu, maka kontrak kerja akan dibatalkan." Tegas Bryan.
"Baik Pak Bryan, saya mengerti."
"Apa saya bisa mulai bekerja hari ini.?" Tanyanya.
Bryan mengangguk dan menyuruh Annelise pergi keruangan kerjanya. Dia diminta menunggu di sana, karna Bryan akan menyuruh bawahannya untuk membimbing Annelise agar paham dengan tugas dan tanggungjawabnya. Bryan tidak bicara panjang lebar pada Annelise, sebab dia dan Annelise sudah sama-sama tau kalau Shaka yang mengutus Annelise untuk menjadi sekretaris diperusahaan ini.
Bryan menatap punggung Annelise yang hampir menghilang di balik pintu. Untuk penampilan dan cara berpakaian Annelise, Bryan tidak mempermasalahkannya. Sebab Annelise cukup rapi dan sopan dalam berpakaian. Tidak seperti kebanyakan kandidat sekretaris pada umumnya yang selalu berpakaian seksi. Mereka datang seperti ingin menggoda, bukan untuk mendapatkan pekerjaan yang halal. Bryan paling tidak suka dengan perempuan seperti itu. Menghargai tubuhnya saja tidak bisa, bagaimana akan menghargai orang lain ketika bekerja.
Ketika pintu benar-benar tertutup, ingatan Bryan tiba-tiba tertarik ke masa lalu. Dimana sekitar 9 lalu dia menyelamatkan Annelise dari perundungan yang disebabkan oleh Bryan sendiri.
Flashback,,,
Bell tanda berakhirnya sekolah sudah berbunyi. Semua murid sibuk mengemasi peralatan tulisnya ke dalam tas, begitupun Bryan. Dengan langkah tegap, Brian meninggalkan kelas setelah guru mata pelajaran keluar dari kelas. Memiliki wajah tampan dan postur tubuh yang bagus di usianya yang baru 16 tahun, tidak heran kalau Bryan menjadi idola yang di gandrungi kaum hawa. Namanya sudah dikenal diseluruh penjuru sekolah, meski baru 1 tahun lebih menjadi murid di sekolah internasional itu. Gerak gerik Bryan selalu menjadi pusat perhatian, tak jarang banyak siswi yang memotret dan merekam aktifitas Bryan di sekolah secara diam-diam.
"Bryan, Annelise di rundung Kakak kelas. Tolong selamatkan dia,," Seorang wanita dari kelas lain menghampiri Bryan dengan wajah panik.
Bryan menautkan alisnya karna merasa tidak punya alasan untuk ikut campur urusan siswa di sekolah ini. Lagipula kenapa harus dia yang dimintai pertolongan.
"Kamu minta bantuan pada orang yang salah, aku bukan penanggungjawab keamanan sekolah." Sahut Bryan sembari berjalan melewati wanita itu.
"Tapi Annelise di rundung kakak kelas gara-gara kamu. Kalau bukan kamu yang menolongnya, lalu siapa lagi.?! Kamu sangat tidak berperasaan.!",Cibirnya.
Mendapat cibiran yang tidak menyenangkan, Bryan menjadi kesal dan berbalik badan dengan tatapan tajam.
"Aku bahkan tidak mengenal siapa Annelise, bagaimana bisa aku menimbulkan masalah untuknya. Kamu sangat tidak masuk akal mengarang cerita receh seperti itu." Sahutnya menahan diri untuk tidak membentak dan memaki orang itu.
"Kamu menggendong Annelise ke klinik saat dia pingsan di lapangan. Gara-gara kejadian itu, Annelise di rundung habis-habisan oleh Kakak kelas yang mengidolakan kamu. Dia menuduh Annelise menggoda dan ingin merebut kamu darinya." Jelasnya dengan nada bicara yang kian meninggi.
Bryan terdiam beberapa saat, dia mencoba mengingat kejadian tadi pagi ketika upacara sedang berlangsung. Saat itu Bryan berdiri di barisan paling pinggir dari barisan kelasnya. Di sebelahnya ada kelas lain yang hanya berjarak beberapa senti. Secara tidak sengaja, Bryan melihat seseorang dalam keadaan lemas. Kejadian itu sangat cepat dan tiba-tiba seseorang itu terhuyung ke samping. Bryan hanya reflek menangkap tubuhnya karna melihat wanita itu jatuh pingsan. Dengan alasan kemanusiaan, Bryan menggendong wanita itu ke klinik sekolah, meski tidak mengenal wanita itu.
"Ck.! Merepotkan sekali." Umpat Bryan lirih. "Mereka ada di mana.?" Bryan sebenarnya malas terlibat urusan dengan orang lain. Tapi jika menyangkut nama baiknya, sepertinya dia perlu turun tangan untuk meluruskan kesalahpahaman.
"Annelise di seret ke gudang belakang." Sahutnya seraya berjalan cepat mendahului Bryan. "Cepat, aku khawatir mereka menyiksa sahabatku." Teriaknya panik. Bryan menghela nafas dan setengah berlari mengejar wanita itu.
Bryan sampai di area gudang belakang sekolah di antara gadis yang mengaku sebagai sahabat Annelise. Suasana di sana sangat sepi. Selain mereka berdua, tidak ada orang lain yang terlihat di sana. Posisi gudang belakang memang terbilang jauh dari gedung sekolahan. Terlebih gudang itu sangat jarang di datangi orang karna untuk menaruh barang-barang yang memang sudah tidak terpakai lagi. Berbeda dengan gudang samping yang masih sering di datangi petugas sekolah ataupun murid-murid untuk mengambil peralatan berbagai ekstra kurikuler dan pendukung kegiatan lainnya di sekolah.
"Gudang ini jelas tidak ada orang. Kamu yakin temanmu di seret ke gudang ini.?" Bryan menatap curiga, bisa jadi dia hanya di tipu dan sedang di kerjai oleh gadis itu.
"Aku berani bersumpah, Annelise benar-benar di seret di gudang ini." Jawabnya tegas.