Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Di perjalanan menuju rumah utama keluarga Wiratama, suasana terasa begitu sunyi. Keyra duduk diam di kursinya, memandang keluar jendela dengan pikiran yang tidak tenang. Bayangan tatapan tajam Alexio tadi pagi masih menghantuinya, membuat dadanya sesak setiap kali ia mengingatnya.
Ia menghela napas panjang, mencoba meredakan gemuruh di dalam dirinya. Namun, usaha itu sia-sia. Jantungnya tetap berdetak cepat, dan pikirannya terus berputar tanpa arah. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Alexio yang duduk di kursi pengemudi. Wajah pria itu tetap dingin dan tanpa ekspresi, matanya fokus pada jalan di depan.
Keyra kembali mengalihkan pandangannya, namun kali ini matanya tertuju pada jari-jari Alexio yang memegang setir mobil. Ia memperhatikan dengan saksama, dan rasa sesak di dadanya bertambah saat menyadari sesuatu.
"Ternyata dia tetap tidak memakai cincin pernikahan kami," gumamnya dalam hati. "Aku pikir dia akan memakainya, saat menemui orang tuanya. Tapi ternyata tidak." Pikiran itu menggantung, menambah berat beban yang sudah ia rasakan sebelumnya.
Keyra masih belum menemukan jawaban pasti, kenapa Alexio melepas cincin pernikahan mereka bahkan saat mereka akan bertemu dengan orang tuanya. Dia menghela napas sekali lagi, kali ini lebih panjang. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak mengatakan sesuatu yang mungkin akan memperkeruh suasana. Tapi jauh di dalam hatinya, pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, mobil Alexio terparkir sempurna di depan rumah utama keluarga Wiratama. Alexio turun terlebih dahulu, mengitari mobil dan membukakan pintu untuk Keyra. Pria itu dengan cepat menggenggam tangannya, menariknya pelan, masuk ke dalam rumah.
Clarissa yang hendak ke ruang keluarga, terkejut sekaligus senang dengan kedatangan mereka. "Keyra, kau datang sayang?"
"I-iya, mom," sahut Keyra.
Clarissa memeluk menantunya itu dan mengajaknya duduk di sofa. "Mommy senang kalian datang lebih awal. Jadi ... "
"Maaf, mom. Tapi kami tidak akan menginap," sela Alexio.
Terlihat kekecewaan di wajah Clarissa. Wanita paruh baya itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Kenapa kalian tidak menginap, hah? Apa kau tidak merindukan mommy dan Daddy?"
Alexio memutar kedua bola matanya. Bahkan, selama ia tinggal di luar negeri saja, mereka jarang menanyakan kabarnya. Setiap mereka menghubunginya, hanya untuk menanyakan apakah dia mempunyai kekasih atau tidak.
"Keyra, kau akan menginap, kan? Iya, kan?" Clarissa menatap Keyra penuh harap, namun wanita itu tidak langsung menjawab dan hanya menatap Alexio seolah meminta persetujuannya.
"Mom, sekali tidak, tetap tidak. Kami sengaja datang lebih awal karena akhir pekan nanti kami akan menghabiskan waktu bersama di rumah. Jadi, mengertilah." Ucapan Alexio, berhasil membuat Keyra terkejut. Alasan macam apa itu? pikir Keyra. Namun sepertinya, Clarissa berfikir lain. Wanita paruh baya itu seolah tahu kalimat ambigu yang Alexio katakan.
"Baiklah, kalau begitu mommy akan mengalah kali ini. Tapi jangan larang mommy untuk mengajak Keyra berbelanja," ujar Clarissa.
"Terserah mommy saja," sahut Alexio.
Clarissa tersenyum senang. Dia menarik pelan Keyra agar mengikutinya. "Ayo, sayang, kita habiskan uang suamimu," ajak Clarissa.
Keyra tidak mempunyai keberanian untuk menolak. Dia hanya mengangguk patuh, mengikuti langkah mertuanya.
Setelah Keyra dan Clarissa meninggalkan ruang keluarga, Alexio menyandarkan punggungnya di sofa, membiarkan keheningan menemani dirinya. Ia menghela napas panjang, melepaskan beban berat yang menekan dadanya. Pikirannya berkecamuk, antara pekerjaan dan hubungan rumit yang ia jalani bersama Keyra.
Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menghilangkan rasa lelah yang semakin menumpuk.
Setelah pengalaman pahit di masa lalu, membuatnya menjadi pria yang kaku, ia tidak bisa mengekspresikan diri dan perasaannya, bahkan pada orang terdekatnya sekalipun.
Tapi saat ini ia harus bisa mengubah pola pikirnya. Di depannya sekarang, ada Keyra, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Walaupun pernikahan mereka terjadi begitu cepat, tanpa rencana dan cinta, tapi Keyra sudah memberikan sesuatu yang paling berharga padanya. Dan itu membuatnya mulai membuka hati dan pikirannya, ia ingin membuat Keyra aman dan nyaman.
Tapi, di balik semua itu, ada satu pertanyaan yang terus menghantui Alexio. Bagaimana dengan hatinya?
"Alexio?"
Alexio tersadar dari lamunannya, saat mendengar suara yang sangat ia kenal, memanggilnya. "Dad!"
Alex duduk di sofa, memperhatikan raut wajah putra nya yang berbeda dari biasanya. "Ada apa, hah? Kenapa kau terlihat sangat lelah? Apa akhir-akhir ini pekerjaan mu sangat banyak?" tanya Alex.
"Pekerjaan ku tidak akan pernah habis, dad kecuali, kau membiarkan orang lain mengakuisisi perusahaan," ujar Alexio.
"Ck, jangan bicara sembarangan! Perusahaan itu adalah perusahaan keluarga kita, mana mungkin Daddy membiarkan orang lain mengakuisisi nya," gerutu Alex. "Oh iya, di mana Keyra?"
"Pergi berbelanja dengan mommy," jawab Alexio singkat.
Alex mengangguk pelan. Ia mengubah posisi duduknya, meluruskan punggung dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada, siap memulai percakapan yang lebih serius.
“Alexio, daddy ingin bicara sesuatu yang penting,” ucap Alex, menatap putranya dengan penuh arti. "Ini bukan soal pekerjaan atau perusahaan. Ini tentang hubunganmu dengan Keyra."
Alexio mengerutkan dahi, mencoba menebak maksud ayahnya. "Memangnya, ada apa? Hubunganku dengan Keyra baik-baik saja," jawabnya dengan nada bicara datar seperti biasa.
Alex menghela napas panjang, lalu berkata, "Daddy tidak bodoh, Lex. Daddy yang mengatur semuanya dan Daddy tahu jika kalian menjadikan hubungan kalian hanya formalitas saja. Tapi, Keyra istrimu sekarang, dan Daddy yakin kalian sudah melakukan hal lebih jauh dan mendalam. Jadi, Daddy ingin bertanya padamu, apa tidak ada cinta di hatimu untuk Keyra?"
Alexio terdiam, pandangannya beralih ke segala arah, mencoba mencari jawaban pasti atas pertanyaan dari ayahnya.
"Jangan salah sangka. Daddy bertanya seperti ini hanya ingin memastikan, jika kau tidak terjebak dalam bayangan masa lalu mu," lanjut Alex, nadanya lebih lembut namun tegas. "Daddy tahu, wanita itu adalah cinta pertamamu. Tapi, dia sudah mengkhianati mu, meninggalkan luka yang dalam di hatimu. Bahkan kau sampai membutuhkan waktu 10 tahun untuk menyembuhkan hatimu. Lalu, apa semua itu berhasil?"
"Itu sebabnya, Daddy mengambil keputusan besar ini dan berharap kau bisa hidup bahagia bersama Keyra." Alex menjeda ucapannya, menatap dalam putranya yang terdiam. "Alexio, jangan biarkan masa lalu mu menghancurkan masa depanmu, ingat itu!" Alex beranjak dari tempat duduknya, memberi ruang untuk putra nya berfikir sebelum mengambil keputusan.
Alexio mengeluarkan kotak yang selalu berada di saku celananya. Dia menggenggamnya erat, sampai buku-buku jarinya memutih. "Tidak, dad. Aku hanya menyesal karena melepaskannya begitu saja," geram Alexio