Morgan & Emily,
Perjanjian bisnis orang tua Morgan, memmbuat Morgan & Emily harus menikah.
"Walaupun pernikahan kita atas dasar org lain, tapi aku tidak ingin ada org lain dalam rumah tangga ini ketika nanti kita sah menjadi pasangan suami istri". ucap Emily
Menjadi seorang Wanita karir sekaligus seorang istri, Emily selalu berusaha membuat suaminya bahagia dan menjaga rumah tangganya ditengah-tengah kesibukannya mengejar target menjadi kepala rumah sakit dan menyelesaikan proyek pembangunan rumah sakit miliknya sendiri.
"Aku hanya ingin kau fokus dengan Rumah tanggal & kandunganmu Emily, aku tidak meminta kau berhenti bekerja setidaknya kurangi beban pekerjaanmu". ucap Morgan frustasi sambil mengacak-ngacak wajahnya dengan telapak tangannya
Disaat Hubungan dengan Suaminya mulai terbangun sebuah peristiwa mengubah segalanya & membuat Emily keluar dari rumah dan meninggalkan segalanya dalam keadaan mengandung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GRACIA SYLIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 Malaikat Morgan
.
.
.
9 bulan tanpa kabar istrinya, Morgan benar-benar kehilangan arah. Setelah kembali ke jerman, ia benar-benar mengutuki dirinya. Dan bersumpah untuk tidak akan pernah menyakiti Emily.
Emily tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan perempuan lain, ia mempunyai tempatnya sendiri.
Morgan juga mengakui bahwa Emily adalah sosok perempuan yang cerdik, bagaimana tidak dalam setiap pergerakannya penuh dengan perhitungan yang matang.
Ia kewalahan mencari Emily, segala cara ia sudah lakukan termasuk melapor polisi, menghubungi Bianca dan beberapa sahabat Emily yang ia kenal, termasuk Menyuruh anak buahnya untuk terus mencari Emily.
Sejak 7 bulan yang lalu ia merasakan ada perubahan dalam dirinya, ia lebih sensitif, terkadang ia merasakan seperti ingin sesuatu, belum lagi ia sering merasakan mual. Pada hal-hal yang sebelumnya biasa-biasa saja.
Morgan sudah memeriksanya ke dokter namun tidak ada hal yang serius dalam kesehatannya, tidak puas dengan apa yang dokter sampaikan. Ia berkonsultasi pada dokter kejiwaan kali saja semua ini ada kaitannya dengan kesedihannya ditinggal istrinya.
Seandainya ia tau bahwa Emily sedang mengandung, mungkin Morgan akan menemukan jawabannya.
"Hallo...Mah." suara sambungan telepon terdengar suara seorang laki-laki.
"Apa kau baik-baik saja Nak?" Tanya perempuan tersebut khawatir.
"Apa sudah ada kabar dari Emily?" Tanya Morgan lesu
"Mama belum mendapatkan kabar nak, Mama sama Ayah Emily sudah memblokir akses komunikasi dengan mereka. Tapi jangan Khawatir Mama akan selalu mencari cara untuk bisa kembali dekat dengan mereka dan menyelesaikan masalah ini." ucap Mama Morgan lebut mencoba mengerti keadaan anaknya.
"Baik Ma, Aku bener-bener minta maaf ya Mah sudah biki kalian repot." Sesal Morgan
"Aku tutup dulu telpon ya, bye Mama" kata Morgan.
"Dengan cara apa lagi Emily aku harus menemukanmu, apa kau sudah bahagia?" Monolog Morgan dengan raut wajah yang sangat sendu.
Tokk....tok....tokkk
Suara ketukan seseorang dari luar ruangan Morgan. Sesaat kemudian seorang perempuan masuk dan mendekat pada kursi Morgan.
"ini berkas yang tadi Bapak Minta dari ruangan Pak rudi." ucap perempuan tersebut.
"Baiklah, taruh saja distu." Tunjuk Morgan
Perempuan itupun mendekat ke meja lalu menyimpan beberapa tumpukan berkas.
"Saya izin permisi Pak." ucap perempuan itu melangkah keluar.
Yang baru masuk tadi ialah Veronica, Sekretaris baru Morgan menggantikan Rudi. Rudi yang saat ini telah naik jabatan namun tetap sesekali merangkap menjadi asisten Morgan sebagai bentuk balas budi dan kesetian kawan pada Morgan.
Kini jam menunjukkan pukul 17.00, Morgan mulai membereskan barangnya lalu bergegas kembali ke rumahnya. Ia selalu ingat pesan-pesan istrinya untuk tidak pulang larut malam, meskipun Emily sudah tak disampingnya lagi.
Saat ini dirumah Morgan telah ramai, pasalnya Adik perempuan dan suaminya mulai kemarin akan tinggal dirumah Morgan. Morgan sama sekali tak keberatan justru ia sangat bahagia karena itu tidak akan membuatnya kesepian.
9 bulan ia hanya ditemani oleh Bi Hana, hidupnya benar-benad hampa. Semua keluarga Morgan benar-benar mengkhawatirkan psikis Morgan yang terus-terusan memikiran Emily. Beruntungnya suami jane memiliki urusan pekerjaan di Indonesia dan mengharuskannya menetap sampai waktu yang belum ia ketahui.
Jane telah menikah lebih dulu dari pada Morgan, kini ia sudah dikaruani 3 orang anak. Anak pertamanya kembar berusia 3 tahun dan satunya lagi berusia 1 tahun setengah.
Morgan tidak membutuhkan waktu lama untuk dekat dengan si kembar, Morgan seperti semangat berkerja dan pulang kerja ketika ada ada anak-anak menggemaskan menunggunya dirumah.
"yeaay..uncle Ogan cudah datang." ucapa Zora.
HAP!!!
Morgan menggedong tubuh gembul bocah itu, Zaranya mana uncle ada sesuatu sambil menunjukkan Jajanan yang tadi Morgan sempat beli sebelum sampai dirumah.
Melihat itu Zora langsung antusias "Zala cama Mimi...tuuu" ucap Bocah itu sambil memonyongkan bibirnya
"Kok dikasih lihat jajan dulu si kak, ga mau makan lagi nanti." ucap Jane protes
Morgan hanya menggaruk-garuk dahinya, sambil memasukkan Zoya kedalam kursi makan miliknya.
Zora dan Zara kembar yang memiliki karakter yang berbanding terbalik. Zora sendiri anaknya sangat aktif terlihat dari tingkah Zoya pada saat makan saja tidak betah terkurung dalam kursinya.
Ia mempunyai rasa ingin tau yang tinggi, sangat lincah sedangkan Zara ia sangat kalem, pemalu dan sensitiff. Ia lebih senang mengamati daripada berpatisipasi.
Selesai kedua bocah itu makan, langsung saja Jane membawa keduanya ke kamar mandi untuk mandi dan selanjutnya ia akan menitipkan ke dua batita itu pada kakaknya yang kini masih berada dalam kamarnya.
Satu lagi anak Jane Zain, sedang tertidur ditemani papinya dalam Kamar.
Semenjak kehadiran 3 anak-anak Jane meskipun baru terhitung belum ada seminggu sudah cukup membuat kehidupan Morgan kembali berwarna lagi setidaknya bisa menghibur dirinya walaupun tidak akan bisa menghapus kesedihannya kehilangan Emily.
...******...
Segini dulu deh!!!!!!!