NovelToon NovelToon
Surai Temukan Jalan Pulang

Surai Temukan Jalan Pulang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Fantasi Timur / Spiritual / Dokter Genius / Perperangan
Popularitas:268
Nilai: 5
Nama Author: Hana Indy

[Sampul digambar sendiri] Pengarang, penulis, penggambar : Hana Indy

Jika ada yang menganggap dunia itu penuh dengan surga maka, hanyalah mereka yang menikmatinya.
Jika ada yang menganggap dunia penuh dengan kebencian maka, mereka yang melakukannya.

Seseorang telah mengatakan kepada lelaki dengan keunikan, seorang yang memiliki mata rubah indah, Tian Cleodra Amarilis bahwa 'dunia kita berbeda, walau begitu kita sama'.

Kali ini surai perak seekor kuda tunggangnya akan terus memakan rumput dan berhagia terhadap orang terkasih, Coin Carello. Kisah yang akan membawa kesedihan bercampur suka dalam sebuah cerita singkat. Seseorang yang harus menemukan sebuah arti kebahagiaan sendiri. Bagaimana perjuangan seorang anak yang telah seseorang tinggalkan memaafkan semua perilaku ibundanya. Menuntut bahwa engkay hanyalah keluarga yang dia punya. Pada akhirnya harus berpisah dengan sang ibunda.

-Agar kita tidak saling menyakiti, Coin-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Indy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Waktu Pulang

...“Segenap rasa lelah sudah binasa ketika kaki menyentuh tanah lapang yang engkau tinggali.” – Surai....

Seseorang telah memberikan surat paling dia nanti sepanjang hidupnya. Membuka cepat ketika pengawal itu pergi dengan hormat paling dalam. Matanya membinar, menyaksikan serangkaian kata peperangan telah dikobarkan. Malam ini akan ada sebuah bentrokan yang tidak pernah dia duga sebelumnya.

‘Lekaslah bersuka, tiga hari lagi pertarungan antar sekte telah dikobarkan. Penyergapan secara diam-diam yang dipimpin langsung oleh Pangeran Andreas. Segenap raga menghormati Putra Kedua Regen atas jasanya. Hendaklah menemui pribadiku di Pusat Kemiliteran esok pagi setelah menjelang siang.’

“Dari Pangeran Andreas ya,” lirih Tian.

Hanya menunggu sekitar 2 hari sebuah rencana akan tersusun matang mulai sekarang.

Bergeliat penuh senang dalam tidur. Tian tidak bisa memejamkan mata dengan benar. Pagi sesuai yang dijanjikan. Ada serangkaian upacara kecil menyambut Sang Pangeran. Putri Zilvia turut hadir dalam pertemuan militer ini.

Tian menuruni kereta kudanya, pagi ini sudah dijemput oleh pengawal pribadi Pangeran Andreas.

Menunduknya Tian kepada Sang Pangeran. “Angkat kepalamu. Kita setara.”

Tian tertawa kecil. “Begitu manis.”

“Salam hormat untukmu Tuan Muda Tian.” Putri sangat anggun dengan balutan gaun berwarna senada dengan kakaknya.

“Salam hormat untukmu, Putri Zilvia.”

“Ayahku tidak akan memimpin jalannya pertarungan.”

Tian sangat terhormat dengan itu. “Saya dapat memaklumi.”

Pangeran Andreas memasuki aula tempat perkumpulan militer kerajaan. Ada banyaknya murid yang masih dalam pelatihan berada paling belakang. Berurutan ke depan sejumlah prajurit berencana satu sampai lima. Mereka semua dikelompokkan berdasarkan kemampuan bertarung, memanah, strategi, dan kecepatan pergerakan. Paling depan akan diisi oleh komandan serta mayor.  Paling kanan dan kiri akan diisi oleh kepolisian.

Pangeran Andreas mempersilakan Tian untuk menunggu sampai dirinya selesai berbicara di atas forum.

“Selamat siang. Saya Pangeran Andreas sedang berbicara.” Menarik nafasnya mengatur sedikit kacau dalam otak. Banyak yang akan dia sampaikan rasanya semuanya seperti akan muntah dari mulutnya.

“Perjalanan Kerajaan Argania tidaklah semulus yang kita kira. Ada banyak bahaya menghalangi diri kita. Ada mereka yang ingin terus menjajah perekonomian dengan cara pembunuhan.”

Pangeran mengedarkan semua pandangan. Ketenangan itu membuat suaranya menggema dalam ruangan.

“Disinilah berjajar para komandan hebat, prajurit tangguh, juga mereka yang sedang belajar tentang sejarah. Pada tahun 1905, penyerangan terjadi di Perbatasan Paling Selatan Pulau Eudoria. Sewaktu itu, ada lebih dari 10 ribu orang meninggal, termasuk militer perbatasan dan penjaga perbatasan.”

“Kerajaan Argania sangat berterima kasih kepada pemilik Pulau Arash yang telah memberikan bantuan berupa, pasukan militer, pasokan senjata, tenaga medis berkualitas, guru pengajar, tenaga pendidikan, serta banyaknya obat-obatan. Sehingga, pada hari ini Kerajaan Argania telah pulih sepenuhnya.”

“Raja yang saat itu berdaulat, Raja Rodeo Laneaz memberikan tanda terima kasih atas dedikasinya Regen berupa perjanjian yang dimana isinya apabila terjadi penyerangan, maka, Kerajaan Argania segenap akan membantu.”

Pangeran Andreas melihat kepada Tian. “Sekarang, akan aku perkenalkan Putra Kedua Regen, Tuan Muda Tian Cleodra Amarillis.”

Suara tepuk tangan memerahkan ruangan. Tian berjalan tegap menaiki panggung aula. Berdiri di sebelah kanan pangeran Andreas. Memiliki pengeras suaranya sendiri.

“Salam hormat untuk semua yang berdiri dalam pertemuan ini. Saya adalah Putra Kedua Pemilik Pulau Arash. Tian Cleodra Amarillis.”

Semua Kemiliteran begitu dengan murid menundukkan kepala untuk memberikan penghormatan.

“Tepatnya, lebih dari setengah tahun yang lalu Pulau Arash tertutup jalur perdagangan, komunikasi, juga jalur persahabatan. Hal ini diakibatkan oleh Sekte Uno yang datang menyerang dan merebut kedamaian Pulau Arash.”

Ruangan lebar mendadak riuh dengan keterkejutan.

“Saya sangat mengerti jika berita ini tidak pernah sampai ke Kerajaan Argania. Atas nama Amarillis, saya mewakilkan permintaan maaf.”

“Sesuai dengan janji yang pernah diberikan oleh Raja Azalea. Dengan segenap harapan rakyat Pulau Argania meminta bantuan kemiliteran untuk membantu merebut kembali Pulau Arash yang dibombardir.”

“Setidaknya kejadian ini sudah menewaskan lebih dari sebagian penduduk yang ada. Membunuh orang tua saya juga Pewaris Pulau, Liam Payne Amarillis.”

Secuil kata berdoa sudah Tian dengarkan. “Saya memang berusia 13 tahun sekarang. Tetapi cukup mampu untuk memimpin.”

Pangeran Andreas merasa merinding mendengar berita itu. “Saya meminta kesediaan anggota kemiliteran bersama untuk membantu merebut kembali Pulau Arash!”

Seruan sudah dikobarkan.

Serentak memberikan salam kemiliteran sebagai tanda disetujuinya sebuah perjanjian perang.

...**...

Mengorbankan waktu tidur. Menyusun berbagai kertas berhamburan bagaikan menyusun beras dalam karung. Berlarian setelah banyaknya berdiskusi dengan kemiliteran. Tidak ingat waktu untuk makan, hanya mencuil beberapa potong kue sembari berencana. Mungkin dia orang paling sibuk di dunia akan disandang oleh Pangeran  Andreas dan Tian.

Kurang dari 24 jam setelah persiapan telah dipasang.

Malam ini, harus berlabuh.

Berlayarlah kapal-kapal perang.

Berlayarlah semua mimpi.

“Tian,” panggil Pangeran Andreas.

“Apa kita memiliki rencana cadangan yang cukup?”

Tian menoleh. “Aku memilikinya.”

Andreas merasa lega. “Katakan.”

“Ada dua rencana cadangan yang aku miliki.” Sembari menjelaskan seraut wajah keterkejutan selalu mampir dalam wajah Pangeran Andreas. Untuk lelaki yang berusia 13 tahun dengan pemikiran seperti itu sudah membuat Pangeran Andreas takjub.

Pangeran Andreas tersenyum kecut. “Itu sedikit ugal-ugalan.”

“Hanya itu yang aku pikirkan dengan keadaan yang aku terima dari Pulau Seberang.”

“Jika begitu, ayo lakukan. Itu terlihat menarik.”

Tian hanya tersenyum tipis. “Boleh juga,” seringaian mengiringi senyum.

Kabut tebal masih enggan menyingkir. Beberapa kapal berhenti diperbatasan kabut. Tian berdiri di ujung kapal. Menggunakan kekuatannya untuk membuka jalan menuju Pulau Arash.

Sekte Uno adalah sekte yang akan menggunakan petir sebagai senjata utama. Sangat bertentangan dengan Pulau Arash yang menggunakan alam sebagai senjata.

Selagi satu kapal berlabuh ada banyaknya kapal yang menyebar sampai keseluruhan Pulau. Sekte Uno ditandai dengan jubah berwarna kuning gelap juga lambang dipunggungnya. Mereka menggunakan senjata laras panjang. Bom juga ketuanya yang memakai senjata petir.

“Pangeran Andreas, ijinkan aku membunuh kepalanya.”

“Tian, itu cukup berbahaya. Alangkah baiknya jika sesama pengguna supranatural khusus yang membunuhnya. Akan lebih mudah.”

Tian mengerti yang dimaksudkan. Pangeran Andreas berniat untuk menghabisi kepala sekte dengan kedua tangannya. Jajaran Pangeran akan menduduki peringkat teratas supranatural yang ada.

“Ketika aku sudah tidak bisa berdiri, barulah kamu membantu.”

Menelisik wajah Tian yang memiliki keseriusan. Tidak ada hal lain selain menyetujui.

Tian menuruni kapal. Setelah sekian lama menginjakkan kaki dinegeri orang kini negerinya yang akan dia renggut. Berdiri dengan lapang dada melihat beberapa sektor perumahan dibangun secara sembarangan. Ada anak yang dipecut karena tidak becus bekerja. Membuat mata Tia selalu memicing tajam.

“Akan aku buktikan kekuatan Regen yang sesungguhnya.”

Pangeran Andreas bergidik ngeri. Beberapa sekte yang melihat adabnya bendera Kerajaan Argania berkibar diujung pantai mulai tertarik.

Berkerumun beberapa diantara mereka. Mulai menyadari jika musuh segera datang.

“Dia putra Regen!”

“Bukankah kita sudah membunuhnya?”

Beberapa orang mulai menyerang. Sejumlah pasukan yang dibawa melawan. Memberikan celah untuk kedua pemimpin menembus kerumunan.

“Putra Regen tidak mati!”

“Ada penghianat diantara kita!”

Tian tidak memedulikan teriakan yang dilontarkan.

“Ungsikan semua sandera!”

“Cari warga sipil yang masih tersisa!”

Perintah dari Pangeran Andreas sudah ditegaskan. Ada banyaknya bangunan masih berdiri walau setengahnya sudah hancur. Dipakai oleh mereka yang diperbudak jabatan. Banyaknya perapian yang masih menyala, tempat sekte memberikan penghormatan menjijikkan kepada Dewa Petir yang mereka sembah.

Semua hanya omong kosong. Nyatanya mereka hanya mencari kekayaan, tempat, dan hasrat membunuh. Tian dan Pangeran Andreas menunggangi kuda sembarangan yang berada mereka. Menuju sebuah rumah yang sudah retak. Mansion yang biasa Tian bermain dengan kakaknya.

Rumah yang sudah dihuni oleh manusia hina.

Sejumlah pasukan menghadang. Dari mereka yang selalu memakai tudung. Merekalah yang disebut dengan penjaga ketat Sekte Uno

“Apakah mereka jajaran tertinggi?”

“Iya,” jawab Tian sembari menuruni kudanya.

“Selamat datang di penyangkalan, Tuan Muda Tian,” salam sejahtera dari sang pemimpin sekte. Namanya adalah Uno seperti nama sekte yang ada.

“Mendatangkan orang paling lemah yang pernah ada. Kerajaan Argania tidak memiliki apa-apa sekarang. Bukankah semua bantuan berasal dari Pulau Arash ini? Kini  Pulau Arash tidak memiliki bala bantuan. Bagaimana Kerajaan Argania bisa menang?”

Membiarkan cuitan busuk datang. Tian serta Pangeran Andreas hanya terdiam. Menunggu tanda dari prajurit sudah dilesatkan barulah bergerak.

“Aku sangat membenci genosida. Membuat kekacauan dimana-mana. Tetapi, jika itu adalah rakyatmu aku bersedia melakukannya.”

Uno merentangkan tangannya. Sudah duduk nyaman dalam kursi kebanggaannya membuat dirinya terlalu serakah dan sombong.

Tian melihat sebuah panah dilesatkan dihadapan Tian. Ada yang mengganjal dari sudut matanya. Ada seorang lelaki dengan jubah berwarna hitam pekat dengan garis emas mengelilingi dadanya.

“Carol! Habisi lelaki dengan mata rubah itu!”

Perintah Uno kepada lelaki yang melesatkan panah.

Ada apa dengan lelaki sangat tanggap menyerang secara menyeluruh? Tian kualahan dalam melawan. Sedangkan, terus bertarung dengan senjata tajamnya. Lelaki itu bagaikan robot. Terus bergerak tanpa dia sadari. Seakan ada banyak benang yang mengatur langkah lelaki itu.

Tian menghindar hanya menghindarinya.

Tian menggunakan cahaya kehijauan untuk mengaburkan matanya. Ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Tian ketika langkahnya tiba saja terhenti. Lelaki yang dikenal dengan mata-mata paling kondang di sekte Uno. Yang mampu melululantahkan kerajaan Regen seketika adalah matanya yang menghipnotis.

Tian terperangah. “Jadi begitu caranya sekte ini tetap pada garisnya. Lelaki ini yang menjadi kuncinya.

Pangeran Andreas tidak tinggal diam begitu juga dengan pihak musuh. Yang dihadapi oleh Pangeran Andreas adalah Uno. Sang kepala. Sedangkan petinggi masih dengan komandan tertinggi.

Tidak pandai menghindari serangan Pangeran Andreas. Sekte Uno tidak sekuat yang dia pikirkan. Hanya saja begitu caranya merebut. Tenang dan menghancurkan segalanya.

Semoga rohmu selalu kekal dalam hitungan mundur.

Doa Pangeran Andreas kepada lelaki yang bergetar karena penjara Pangeran Idris. Es yang diletakkan mengelilingi halaman luas membuat pihak musuh kesulitan berdiri. Sedangkan, kemenangan akan berada di tangan Kerajaan Argania dengan benar.

“Sial! Anak ajaib itu sudah dewasa.”

Uno mengadakan tangannya. Secuil petir tercipta membara. Menghajar Pangeran Andreas. Mengejar dalam ledakan. Pagar rumah hancur. Tanah berhamburan.

Tian melindungi dirinya dengan pertahan yang dia miliki. Uno suda mengamuk begitu tidak dilepaskannya lelaki mengejar dirinya. Tanpa kata terus memburu Tian dalam kondisi apa pun.

Tian terpental jauh menabrak pohon membuat luka dalam yang serius untuknya. Tian tidak memiliki regenerasi seperti yang dimiliki oleh kebanyakan bangsawan lainnya.

Memang dia akui dia lemah.

Diinjaknya kepala Tian kasar oleh lelaki itu. Tian tidak terpengaruh. Diserangnya lelaki bisu. Sekuat sulur mengikat tubuhnya. Membuat lilitan erat.

“Dia sangat mengganggu.” Tian memegangi dadanya yang terasa sesak. Seperti tulangnya hancur seketika.

Tian memberikan sinyal terbang ke atas langit. Anak panah menusuk telapak tangan Tian segera. Lelaki itu masih enggan melepaskan Tian dalam segala sisi.

Tian meringis kesakitan. “Berengsek!”

Getaran hebat terjadi kembali. Pangeran Andreas terlempar dengan kondisi yang sama dengan Tian. Sekte Uno menggunakan ritual pemanggil petir. Dengan pemuja mereka mulai membaca doa.

“Apa-apaan itu.” Tian merasa kesal.

Lelaki bisu menggunakan ujung anak panahnya untuk memotong sulur. Berjalan pelan menuju Tian yang babak belur. Mencabut panah yang menancap ditangannya.

“Akrh,” erang Tian pelan.

“Kamu harus mati!”

Tidak menyangka bahwa lelaki itu bisa berbicara. Mata sendu Tian menatap maaf kepada lelaki. Tingginya juga hampir sama dengan Tian

“Selamat tinggal kawan. Jika kita bisa bekerja sama mungkin aku ingin menyambutmu dalam rumahku.”

Lelaki itu mengernyit. Seketika degup jantungnya melonjak drastis. Rasa sesak juga dirasakan. “Ada apa?”

“Lihatlah sekelilingmu.”

Lelaki itu melihat sekeliling. Ada setidaknya pilihan gadis serta lelaki berparas menawan berdiri berjajar dengan pakaian putih mereka sedikit menggunakan warna kehijauan mengeluarkan asap dari kedua tangan yang digosok.

Tian bersusah payah berdiri. Pangeran Andreas jika bangkit perlahan. Melihat kabur yang mulai meredup. Bersamaan dengan bertambahnya jumlah manusia cantik itu berdiri. Telinga panjang mereka sudah menggambarkan jika semuanya adalah bangsa Elf.

“Apa?” kebingungan melanda Sekte Uno. Saling merapat untuk menenangkan satu sama lain. Darah mulai keluar dari mulut lelaki bisu. Bersamaan dengan Uno yang sempoyongan. Asap yang mereka ciptakan berasal dari tangan , lalu memberikan racun mematikan untuk musuh dan mereka kehendaki.

“Se-jak kapan kamu menyiapkannya?” suara lelaki parau kini terduduk lemas.

Seseorang menghampiri Tian, membantunya dia berdiri. Lelaki yang berusia sama dengan Tian. “Baron,” panggil Tian. Baron memeluk Tian sekian lama tidak bertemu.

“Ini sangat cepat,” salamnya.

“Iya, sangat cepat.” Tian melega.

Tian masih melihat kebinasaan para petinggi. Sembari mengabsen ribuan burung tebang diatas mereka. Menuju sebuah kota yang sudah hancur sehancur hancurnya. Melemparkan batuan panas dibungkus dengan bom.

Pembinasaan Sekte Uno atas dasar persetujuan semua Kerajaan. Berterima kasihlah kepada Raja Rodeo yang membuat kesempatan mengerikan ini.

Tian mengambil panah yang dipakai oleh lelaki meletakkannya dihadapannya.

“Menang,” ujarnya kepada lelaki itu.

Setelahnya pejaman mata mengiringi kematian keduanya.

Tian menatap sekelilingnya. Begitulah yang menjadi akhir sebuah pulau telah direnggut. Ratusan manusia menuruni bukit. Dengan tunggangan mereka, dengan kuda liar mereka, dengan hewan yang ada, dengan semua isi hutan, dengan semua isi ras.

Bertekuk salam kepada seluruh prajurit Argania yang telah berjuang di garis depan.

Tian memberikan salam. “Terima kasih.”

Pangeran Andreas dibantu berdiri. “Ah, sama-sama.”

Melihat ada beberapa pasukan telah gugur. Mengumpulkan seluruh tubuh mereka dalam satu ruangan. Halaman Mansion Regen digunakan.

“Bagaimana Pulau Arash memiliki kekayaan seperti ini?”

"Sepertinya pangeran Andreas sangat penasaran dengan itu."

Andreas tersenyum kecil. Ya, aku hanya mengira jika Pula Arash hanya berisikan manusia saja."

"Putra Regen akan tahu jika memiliki kekayaan alam yang melimpah. Bukan harta yang kami maksudkan tetapi ras, yang bahkan tidak dimiliki oleh kerajaan manapun. Semua itu disembunyikan dalam kabut yang menjadi ciri khas pulau kami."

Tian berjalan keluar tenda darurat yang dipasang untuk mengamankan prajurit yang terluka. Menatap terik matahari siang hari. Merentangkan tangannya lalu mengangkat semua kabut yang menutupi Pulau Arash. Beberapa hewan yang berada dilokasi evakuasi mendongak, semua ras yang ada bahkan tidak ada yang menatap ke tanah.

"Akan aku bebaskan semua itu," ujarnya.

Tian menangkupkan tangannya ke atas. Menampakkan keindahan alam yang tidak pernah Andreas lihat. Bagaikan surga di atas tanah.

Udara begitu sejuk, bersih tanpa polusi apapun. Banyaknya ras yang muncul dari hutan telihat. Kuda bersurai perak indah, kuda bertanduk, manusia setengah hewan, elf, orc, dan segala jenisnya berada memenuhi matanya.

"Mereka atas nama Pulau Arash?"

"Begitulah Yang Mulia."

Pulau Arash dengan kesunguhan hatinya, Memimpin segala jenis kekayaan itu? Seorang anak berusia 14 tahun telah menyelesaikan tugasnya.

Namun, apakah ada janji selama 4 tahun yang dia sebutkan. Sekiranya apa gerangan?

...***...

...Bersambung......

1
Galaxy_k1910
ilustrasi karakternya keren
@shithan03_12: Wuahh makasih ya
total 1 replies
༆𝑃𝑖𝑘𝑎𝑐ℎ𝑢 𝐺𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
dia cewek apa cowok thor?
@shithan03_12: kalau Tian cowok..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!