NovelToon NovelToon
Takdir Alina

Takdir Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.

Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.

"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.

"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.

"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"

Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 20

Setelah cukup lama menangis, perlahan Alin pun mulai tenang dan tak lagi memberontak. Barulah pelukan itu di lepaskan. Al mengusap air mata Alin dan Alin menatapnya.

"Jangan lakuin hal bodoh itu lagi. Saya minta maaf, Alin, maaf." Lalu Al kembali memeluk Alin erat dan kali ini tak ada penolakan. Pelukan itu terbalas tak kalah eratnya.

Kemudian Al menggendong Alin keluar dari kamar mandi lalu membawanya ke ruang tamu kemudian mendudukkannya di sofa.

"Kenapa sama kening kamu?" tanya Al lembut saat melihat luka di kening Alin yang berdarah walau sudah mengering karena ulahnya semalam.

"Ini karena---"

"Kamu tunggu di sini sebentar, jangan kemana-mana. Oke?" Sebelum Alin menjawab, Al Sudais lebih dulu memotong ucapannya lalu segera berlari ke dapur untuk mengambil kotak obat dan dia pun kembali duduk di samping Alin.

"Kenapa Bapak lakuin ini? Kenapa nggak biarin aja saya mati tadi?" tanya Alin dengan suara yang sedikit parau.

Al tidak menghiraukan pertanyaan Alin dan memilih untuk mengobati luka di keningnya.

Setelah selesai, Al meletakkan kotak obat di atas meja di dekatnya kemudian membawa Alin kembali ke pelukannya.

"Maaf," ujar Al dengan lembut, membuat Alin mendongak menatapnya.

"Pak Al bilang apa tadi?"

"Saya minta maaf sama kamu atas semua yang udah saya lakukan sama kamu selama ini. Saya berharap kamu mau maafin saya."

"Berarti Bapak akan lupain dendam Bapak?"

"Nggak, saya nggak akan bisa lupain dendam saya. Tapi, saya akan berusaha melupakannya."

Al lalu melepaskan pelukannya kemudian menangkup pipi Alin dan mengusap air matanya dengan lembut.

"Maafin saya, Alin, maaf," lirihnya.

Sungguh Alin tak menyangka Al akan meminta maaf padanya. Pemuda yang selama ini selalu kasar bahkan sering berteriak padanya kini mendadak melembut dan membuat Alin merasa sangat bahagia.

Alin meraih tangan Al di pipinya lalu menggenggamnya. "Saya tau, Pak Al orang baik. Hanya rasa kehilangan yang mendalam yang udah buat Bapak jadi orang pendendam kayak gini. Sampai Bapak nggak bisa bedain mana yang salah dan mana yang enggak," ucap Alin.

"Kamu benar, jadi saya mohon maafin saya." Al mengusap rambut Alin yang acak-acakan itu. Seketika perlakuan tersebut membuat Alin merasa seakan terbang ke angkasa karena setelah sekian lama akhirnya dia bisa merasakan kelembutan dari seorang Alexander Graham.

"Saya udah maafin Bapak dari lama. Saya ingin bantu Bapak buat ngelupain semua dendam di hati Bapak untuk saya," ujar Alin tersenyum.

"Sekarang saya mau kamu jadi teman saya dan hapus semua sisi buruk dari diri saya, kamu mau, kan?" tanya Al yang di balas anggukan oleh Alin. "Iya, Pak, saya mau."

"Terima kasih dan maaf udah buat hidup kamu jadi kayak gini," katanya lagi yang kembali memeluk Alin.

Krukk! krukk!

Sesaat terjadi keheningan, keduanya sama-sama saling menikmati pelukan yang terasa hangat itu. Namun, dalam keheningan tersebut tiba-tiba saja terdengar suara perut seseorang yang tengah kelaparan.

"Pak Al lapar?" tanya Alin mendengar suara perut Al.

"Hmm, iya," jawab Al seraya mengurai pelukan mereka lalu tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuk lehernya.

"Kalau gitu saya siapin makanan dulu buat Bapak." Namun, sebelum Alin berdiri dari duduknya, Al langsung menahannya sehingga ia kembali terduduk.

"Nggak usah, kita cari sarapan di luar saja. Kamu ganti baju kamu saya juga mau mandi, setengah jam lagi, saya tunggu kamu di mobil."

"Tapi, Pak, saya malu makan di luar sama Pak Al, karena saya pelayannya Bapak," balas Alin sambil menundukkan kepalanya.

Al kembali tersenyum lalu mengelus kepala Alin lembut sehingga wanita itu mendongak kembali menatapnya.

"Kamu lupa, sekarang kita teman. Jadi, kenapa harus malu sama teman sendiri? Ya Udah, saya mau ke kamar, kamu cepetan siap-siap."

Al pun berlalu pergi ke kamarnya, meninggalkan Alin yang tampak kebingungan setelah melihat perubahan besar pada Al hari ini.

"Kenapa Pak Al jadi aneh gini semenjak kejadian semalam? Apa mungkin dia ... Aku mikirin apaan, sih? Nggak mungkin dia bisa suka sama anak orang yang udah buat adiknya meninggal, itu nggak mungkin terjadi. Apalagi dia punya Mbak Bella yang tad pacarnya." Setelah bermonolog dengan dirinya sendiri, Alin pun kemudian pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

Sesuai yang di ucapkan Al, setengah jam kemudian Alin menemui Al di depan yang sudah menunggu dirinya di mobil.

"Mari kita pergi sekarang."

Al pun masuk lebih dulu ke dalam mobil lalu Alin juga ikut masuk dan dudu di jok belakang.

"Kenapa kamu duduk di situ? Ayo pindah ke depan," titah Al.

"Tapi saya nggak enak, Pak," jawab Alin menunduk saat melihat Al menatapnya tajam.

"Saya ini bukan supir kamu, jadi kamu harus pindah ke depan!"

"Iya." Sambil cemberut Alin lalu pindah duduk di samping Al.

"Udah nggak usah kayak gitu bibirnya, nanti saya cium kayak semalam baru tau rasa," ujar Al yang tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ish, kok, Bapak jadi nyebelin gini, sih? Lebih baik Bapak kayak kemarin aja yang dingin dan kejam dari pada jadi nyebelin gini," cerocos Alin, membuat Al yang awalnya tersenyum kembali merubah wajahnya menjadi datar dan dingin seperti dulu.

Melihat perubahan raut muka dari Al membuat Alin kembali ketakutan. "Ma---maaf, Pak, saya cu---cuma becanda kok."

Sebenarnya Al hanya berpura-pura karena ingin melihat bagaimana reaksi Alin saat melihat wajahnya yang kembali datar. Tawanya pecah melihat ekspresi ketakutan di wajah Alin yang menurutnya sangat lucu.

"Dasar penakut." Al mengacak rambut Alin gemesh.

"Bapak nggak berubah kayak kemarin lagi, kan?" tanya Alin yang merasa lega karena takut Al akan kem kasar pada sebelumnya.

"Nggak, tadi saya cuma mau lihat muka kamu ketakutan kayak gimana, teryata lucu juga kalau lihat orang ketakutan, ya," ujar Al yang sesekali tertawa.

"Saya kira Bapak tadi mau marah sama saya," tukas Alin.

"Ya udah. kita jalan sekarang, ya?" Sambil tersenyum Alin mengangguk.

Lalu Al menyalakan mobilnya dan kemudian memacunya untuk mencari restoran terdekat untuk tempat sarapan mereka.

Pagi itu setelah mencari cukup lama, akhirnya Al pun menemukan sebuah restoran yang cocok untuk di jadikan tempat sarapan mereka. Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran restoran tersebut lalu dia dan Alin memasuki restoran dan memilih meja dekat pintu masuk.

"Kamu mau makan apa?" tanya tanya Al sambil melihat buku menu.

"Terserah Pak Al," jawab Alin yang menunduk. Alin menunduk bukan tanpa sebab, dia menunduk karena dia merasa risih dengan para pengunjung wanita yang menatapnya tak suka.

Al adalah seorang CEO ternama dan sedang menjadi incaran para kaum hawa. Restoran yang ia dan Al kunjungi saat ini adalah restoran berbintang yang mana pengunjungnya tak sedikit dari kalangan berada. Semua wanita yang ada di sana begitu mengagumi ketampanan Al sehingga mereka merasa iri karena Alin lah yang menjadi wanita yang akan makan berdua dengan Al di mana kesempatan itu begitu diinginkan oleh para kaum hawa yang begitu memuja Al.

"Ya udah, bentar. Mbak!" Pelayan restoran langsung mendekati meja Alina ketika Al memanggilnya.

"Saya pesan ini dua sama teh hangatnya dua."

"Baik, Mas, silahkan di tunggu, ya?" Pelayan itu pun pergi setelah menerima pesanan Alina.

Tak lama setelah kepergian pelayan tersebut, tiba-tiba seseorang memanggil nama Al.

"Pak Al." Alin dan Al menoleh pada pria yang berjalan ke arah mereka.

Beda halnya dengan Al, Alin yang menatap pria itu tampak terkejut sekaligus terlihat gugup.

"Eh, Pak Leo ada di sini juga? Lagi ngapain, Pak?" tanya Al ramah.

"Saya ke sini mau sarapan juga, Pak, karena ART lagi pulang kampung. Pas saya lihat kalian di sini, jadi saya ke sini. Apa boleh saya duduk di sini juga? Soalnya saya duduk sendiri di meja saya."

"Oh, silahkan, Pak, silahkan."

Lalu Leo pun duduk di hadapan Alin dan Al setelah ia dipersilahkan untuk duduk.

"Apa Pak Leo sudah pesan makanan? Atau mau saya pesankan?" tawar Al.

"Tidak usah, Pak, saya sudah pesan kok."

"Oh!"

Hening!

Keheningan melanda mereka bertiga. Alin yang terus menunduk enggan menatap Leo yang sedang menatapnya. Sedangkan Leo terus menatap Alin, dalam tatapannya tampak jelas memiliki banyak arti. Ada sesuatu yang terpendam dalam hatinya. Al yang melihatnya merasa ada yang aneh dari cara Leo memandang Alin, tapi dia tidak tau apa itu.

Keheningan pun mencair di antara mereka saat pelayan menyajikan pesanan Al dan Alin juga Leo di ata meja.

"Terima kasih. Mbak." Leo mengelus selembar uang berwarna merah dan memberikannya pada pelayan itu sebagai tip. Kemudian setelah berucap terima kasih, pelayan itu pergi dari hadapan mereka.

"Silahkan," ucap Al lalu mereka pun makan dalam diam.

Saat sedang asik makan, tiba-tiba ponsel Al berdering, dia pun pamit untuk mengangkat telepon.

"Maaf, saya permisi sebentar, ada telepon penting soalnya."

"Tidak apa, Pak. Silahkan."

Sebelum pergi, Al menatap Alin yang juga sedang menatapnya. Al hanya mengangguk mengerti dengan tatapan Alin.

"Saya tidak akan lama." Al kemudian pergi mengangkat teleponnya, tinggallah Leo dan Alin di sana.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
Geby Baheo
bagus banget 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!