NovelToon NovelToon
Aku Hanya Wanita Biasa

Aku Hanya Wanita Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Wanita Karir / Careerlit
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Wanita, seorang insan yang diciptakan dari tulang rusuk adamnya. Bisakah seorang wanita hidup tanpa pemilik rusuknya? Bisakah seorang wanita memilih untuk berdiri sendiri tanpa melengkapi pemilik rusuknya? Ini adalah cerita yang mengisahkan tentang seorang wanita yang memperjuangkan kariernya dan kehidupan cintanya. Ashfa Zaina Azmi, yang biasa dipanggil Azmi meniti kariernya dari seorang tukang fotokopi hingga ia bisa berdiri sejajar dengan laki-laki yang dikaguminya. Bagaimana perjalanannya untuk sampai ke titik itu? Dan bagaimana kehidupan cintanya? Note: Halo semuanya.. ini adalah karya keenam author. Setiap cerita yang author tulis berasal dari banyaknya cerita yang author kemas menjadi satu novel. Jika ada kesamaan nama, setting dan latar belakang, semuanya murni kebetulan. Semoga pembaca semuanya menyukainya.. Terimakasih atas dukungannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Promosi

Setelah sehari Azmi beristirahat, ia kembali bekerja seperti biasa. Satu Warehouse dibuat gempar dengan kedatangan Azmi yang menebar senyum. Mereka mengira Azmi akan datang dengan wajah murung, tapi mereka salah.

“Bagus seperti ini, Non! Dunia tidak runtuh hanya karena perceraian!” Kata Budi.

“Iya! Siapa bilang perceraian itu tabu? Memang dibenci Allah, tetapi Allah lebih melaknat mereka yang mempermainkan pernikahan!” Kata Ipit.

“Segera move on! Masih banyak pilihan disini.” Kata Mas Pur.

“Terima kasih semuanya.” Azmi tersenyum.

“Oh iya!” Azmi mengambil tasnya dan mengeluarkan dua kotak bekal.

“Ini ada donat. Kemarin karena gabut aku belajar membuatnya dengan adikku. Maaf kalau rasanya tidak enak.”

“Kamu bisa masak, Mi?” Tanya Ipit.

“Masih belajar.”

Segera kotak bekal itu beralih tangan dan dibuka. Mereka menikamti donat yang dibawa Azmi bersama, termasuk Romi dan Awi yang baru saja bergabung dengan mereka. Komen mereka tentang donat Azmi hanya satu. Kurang banyak.

Kebanyakan dari mereka tidak pernah mengeluhkan makanan karena bagi mereka semuanya rezeki yang harus disyukuri. Tentu saja hal itu membuat Azmi tertawa, karena menurut Egi dibuatnya masih kurang lembut.

“Mi, dipanggil Bos!” Kata Pak Rudi yang baru kembali dari fuel station.

“Siap!” Azmi pergi keruangan Pak Suwito.

“Saya turut bersimpati atas perceraian kamu.”

”Terima kasih, Pak.”

“Pur akan dipindah ke Sungai Danau, kamu yang akan menggantikannya.”

“Menggantikan bagaimana, Pak?”

“Kamu naik jadi admin!”

“Tapi bukannya saya masih belum bisa naik sebelum masa percobaan asisten selesai, Pak?”

“Sudah berapa lama kamu jadi asisten?”

“Sekitar 5 bulan, Pak. Menurut peraturan, saya masih 1 bulan untuk bisa dipromosikan.”

“Itu sudah cukup! Aku yang akan mengurus semuanya. Yang penting kamu siapkan semuanya, minta Pur mengajari kamu sistem yang dia pegang! Kamu hanya punya waktu satu bulan!”

“Baik, Pak.”

Saat Azmi keluar dari ruangan, Pur sudah menunggunya. Segera Azmi disambut dengan senyuman kebapakan Pur yang memeng sudah sebaya dengan Pak Rudi. Pur mengajak Azmi untuk menyerahkan semua tanggung jawabnya.

“Kamu duduk dikursi ketiga.” Perintah Pur.

“Buka sistem, masukkan id kamu. Registrasi email disana.” Azmi mengikuti instruksi Pur dengan teliti.

“Sudah, Mas.”

“Kirim email perkenalan ke Bos Suwito dan Bos Rudi. Lalu keluar dari email, masuk ke sistem barang. Disana kamu bisa lihat transaksi terakhir dan bagaimana memesan barang.” Azmi mengangguk.

Azmi sebenarnya sudah bisa mengoperasikan sistem. Hanya saja sejak kesalahan yang pernah ia lakukan, ia tidak ada menggunakannya lagi karena Budi dan Pur yang mengambil alih pemesanan barang via sistem.

“Buka file dokumen. Dokumen disana hampir mirip dengan yang biasa kamu kerjakan, bedanya dokumen yang disini berisi rekapan semua pekerjaan kamu dan Budi.”

Pur mulai menjelaskan satu persatu file yang ada di dokumen. Mulai dari jurnal, rekap, laporan dan lain-lain. Pur juga mengajari Azmi membuat laporan akhir bulan dan cara menyusun rekapan order dengan cepat.

Azmi mengikuti semua instruksi Pur, sesekali ia akan mencatat hal-hal yang dianggapnya penting dan bisa ia lupakan. Tepat sebelum jam makan siang, Azmi sudah menyelesaikan semuanya. Yang tersisa adalah pekerjaan di luar sistem. Sehingga setelah jam istirahat selesai, Azmi kembali mengikuti Pur untuk melakukan review produk besar seperti, hose, suspensi, engine, part waranti dan part recycle.

Banyak mata yang memperhatikannya dari kejauhan, termasuk Priyo yang mengkahwatirkannya.

“Bilang saja masih cinta!” Seru Irwan, rekan Priyo.

“Sok tahu!”

“Kalau bukan cinta, lalu apa? Kamu sedari tadi memperhatikannya!”

“Aku mengkhawatirkannya.”

“Itu cinta!” Irwan merasa gemas dengan Priyo.

Laki-laki lurus seperti Priyo bisa bodoh jika berurusan dengan yang namanya cinta.

“Yo, kamu harusnya tahu kalau khawatir itu juga bagian dari rasa cinta. Kamu tidak bisa melihatnya menangis pun juga bagian dari cinta. Kalau cinta kenapa harus bercerai?”

“Cinta tak harus saling memiliki.” jawab Priyo.

“Gayamu sudah seperti pujangga saja!”

“Aku lebih suka dia bahagia tanpaku. Kalau denganku, dia hanya akan menangis dan kecewa.”

“Aku bisa mengerti itu karena kita sudah berteman lama. Tapi apa kamu tahu apa yang orang pikirkan? Azmi adalah orang yang bersalah dalam perceraian kalian!” Priyo terkejut dengan perkataan Irwan.

“Kamu tidak menyangkanya?” Priyo hanya diam.

“Memang banyak yang bersimpati, tetapi banyak juga yang menyalahkan Azmi tidak becus menjadi istri makanya diceraikan. Mind set orang ketika ada perceraian, maka pihak wanita yang salah karena kewajiban seorang istri adalah membahagiakan suami. Mereka tidak peduli dengan kebenaran dibalik perceraian kalian.”

“Benarkah?” Tanya Priyo dengan rasa nyeri di hatinya.

“Benar!” Seru Abei yang baru saja bergabung.

“Lalu…”

“Terlambat untuk menyesal!” Abei momong kalimat Priyo.

“Aku sudah memperingatkan mu sebelum kamu mengurus perceraian, kalau kamu akan menyesali keputusanmu. Dimana lagi kamu bisa menemukan wanita seperti Azmi, yang tidak tergoda dengan lingkungannya? Kecuali kamu dapat penggantinya dari luar pekerjaan kita, mungkin banyak. Tapi nasi sudah menjadi bubur, apalagi kamu menalak 3 dia!”

“Hah? Serius?” Irwan terkejut dengan apa yang dikatakan Abei.

“Gila! Talak 3 itu tidak ada kata rujuk!”

“Bisa.” Kilah Abei.

“Bisa darimana? Mau kamu rujuk setelah Azmi sudah jadi istri orang?” Abei tidak bisa membalas.

Sementara Priyo semakin miris mendengar perdebatan teman-temannya. Walaupun mereka berakhir talak 1 kemarin, Azmi yang tidak memiliki masa idah membuatnya tidak tenang. Egois memang, tetapi Priyo juga tidak bisa mengajak rujuk selama kondisinya belum membaik. Tanpa ketiganya sadari, ada yang mendengar percakapan mereka.

Azmi yang sudah selesai dengan review produk, merasa kepanasan hingga menyalakan kipas travelnya diruangan berAC.

“Nih!” Dino menyerahkan air mineral dingin kearah Azmi.

“Terima kasih, Kak! Kakak dapat minuman dingin, darimana?”

“Beli.”

“Kakak keluar?”

“Tidak. Ada yang jualan diatas.”

“Di atas? Plan maksudnya?”

“Iya.”

“Kamu belum pernah keatas, Non?” Tanya Budi yang dijawab gelengan Azmi.

“Diatas itu ada kulkas hasil iuran orang-orang plan dan diisi dengan segala jenis minuman yang diperjualbelikan. Kalau kamu mau air dingin bisa keatas untuk membelinya. Tapi sebaiknya menitip saja! Orang-orang diatas kurang bersahabat, terutama para wanita disana!” Jelas Budi.

“Kalau kamu mau, aku akan membelikannya!” Kata Dino.

“Terima kasih, Kak.”

Setelah melepaskan dahaga dan rasa panas di tubuhnya hilang, Azmi kembali bekerja dengan mengerjakan rekapan yang diberikan Pur tadi pagi.

“Mas Bud..” panggil Azmi yang sudah selesai rekapan dan hanya ada ia dan Budi diruangan.

“Kenapa, Non?”

“Apa tidak aneh aku naik menjadi admin?” Tanya Azmi lirih.

Hal ini sudah mengganjal di pikirannya sejak tadi pagi. Hanya saja ia tak tahu harus bagaimana mengungkapkannya.

“Tidak juga. Kesempatan orang itu masing-masing. Ada yang lebih cepat dari kamu.”

“Siapa?”

“Umi.”

“Umi orang Plan?”

“Ya. Dia memulai karir sebagai asisten admin 2 bulan dan langsung naik menjadi admin karena admin yang seharusnya dimutasi.”

“Oh.”

“Tenang saja. Promosi kamu sudah sesuai aturan. Kalau tidak tentu pihak manajemen dan HR tidak akan approval.”

Azmi bisa tenang mendengarnya. Bukan ia takut dicibir orang, ia hanya takut promosinya akan mendatangkan masalah. Ia paling malas berurusan dengan masalah di pekerjaan.

1
indy
sabar y azmi
indy
lanjut
indy
lanjut kakak
indy
semoga di tempat baru azmi bisa lebih sibuk sehingga dapat melupakan kenangan buruk
indy
semoga azmi nanti sukses
indy
selamat ya azmi
Meymei: Terima kasih kak (Azmi)
total 1 replies
indy
cepat move on azmi
indy
kasihan Azmi
indy
Ternyata priyo gak bisa mendaki, bukan karena prinsip
Sulfia Nuriawati
suami aneh, mw saling mengenal tp cm azmi yg ada usaha, lah priyo blm apa² cm tw marah aja, serem sm yg kyk gt sifatnya bs² anemia🤭🤭🤭
Meymei: Hehehe sabar ya kak..
total 1 replies
indy
sabar ya Azmi...
Meymei: Aq sabar kak (Azmi)
total 1 replies
indy
semoga azmi kuat
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
lanjut kakak
Meymei: Siap kak 😊
total 1 replies
indy
priyo sat set, semoga dia orang baik
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
telaten sekali azmi
Rian Moontero: kusuka ceritanya kak Mey👍👍
semangaaat🤩🤩🤸🤸
Meymei: Hihihi 🤭
total 2 replies
indy
semangat azmi
Meymei: Siap kak! (Azmi)
total 1 replies
indy
hadir
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
Dewi Masitoh
hadir kak😊
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!