Sandra Harris adalah perawan tua kaya raya yang tidak pernah berminat untuk menikah. Ketika usianya 23 tahun, Sandra mengadopsi anak jalanan. Apa yang dia lakukan justru membuatnya dicampakkan oleh sang kekasih.
Sejak itu Sandra memutuskan untuk tidak menikah. Dia fokus membesarkan putranya tapi lambat laun, muncul gosip jika dia memilki hubungan gelap dengan putra angkatnya itu.
Takut gosip itu menggagalkan pernikahan putranya membuat Sandra memutuskan untuk menikah meski usianya sudah 51 tahun.
Sebuah situs jodoh mempertemukan dirinya dengan Daniel, mantan masa lalu yang berusia 52 tahun.
Daniel yang sudah duda dan memiliki 2 anak bersedia menikah dengan Sandra tapi hubungan mereka ditentang keras oleh anak-anak Daniel yang menginginkan ayah mereka rujuk lagi dengan ibu mereka.
Hal itu membuat Sandra dalam dilema. Antara mempertahankan Daniel dan mengalah, dia harus memilih antara satu.
"Kita tidak berjodoh, jadi bercerai saja!" Apakah Daniel akan melepaskannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Dion pulang ke rumah untuk bertemu dengan ayahnya tapi dia justru mendapati Linda sedang menangis di dalam kamarnya. Linda gagal membujuk ayahnya sehingga semua fasilitas yang diberikan tidak dia dapatkan lagi.
Mulai hari ini dia akan naik kendaraan umum untuk pergi ke sekolah. Dia juga mendapatkan uang saku yang kecil dan kartu kreditnya tak bisa dipakai lagi. Dia harus membawa minuman serta makanan di rumah. Rasanya sangat kesal karena dia sudah seperti anak TK saja.
“Papa Jahat!” Linda berteriak, melampiaskan kekesalannya tapi ayahnya sudah pergi karena dia tidak mau mendengarkan rengekan putrinya lebih jauh.
“Apa yang terjadi denganmu, Linda?” Dion masuk ke dalam kamar adiknya.
“Papa marah, kakak. Gara-gara kita tidak datang makan malam dengannya, Papa menghukum Linda. Sekarang Linda harus pergi menggunakan kendaraan umum dan tidak bisa lagi berbelanja. Papa hanya meninggalkan uang kecil itu untuk Linda!” Adiknya menangis sesegukan.
Sedari kecil dia sudah dimanjakan dengan harta yang bergelimang dan untuk pertama kali dia harus mengalami hal seperti itu. Bagaimana dia bisa menjalani hari?
“Mana Papa?” Rupanya tidak dia saja yang mendapatkan hukuman.
“Papa sudah pergi. Untuk apa Kakak datang? Apa kakak ingin menertawakan keadaanku?”
“Bodoh. Bukan kau saja yang mendapatkan hukuman. Papa menurunkan jabatanku, aku ingin berbicara dengan Papa. Tidak seharusnya dia memperlakukan kita seperti ini!”
“Kak, kau harus membujuk Papa agar Papa mengembalikan semuanya. Aku tidak bisa naik kendaraan umum. Aku juga sudah memiliki janji dengan teman-temanku jika kami akan pergi bertamasya. Jika aku tidak boleh memakai mobil lagi dan tidak memiliki uang lagi, bagaimana aku bisa pergi?”
“Aku akan mencobanya!” Dia tidak menduga ayahnya akan semarah itu.
“Linda mau mencari Mama!” Dia akan mengadu pada ibunya dan dia rasa ibunya dapat membujuk supaya ayahnya berubah pikiran.
Dion pergi terlebih dahulu. Dia pergi mencari Ayahnya di perusahaan. Dia memang mengelola perusahaan lain milik ayahnya tapi selama ini tidak ada kendala sama sekali.
Mungkin ayahnya sudah tua oleh karena itulah ayahnya jadi bersikap kekanak-kanakan dengan menghukum mereka dengan cara yang seperti itu.
Kedatangannya tentu saja tidak mengejutkan Daniel. Dia sudah memprediksi putranya akan datang apalagi dia tidak menjawab teleponnya. Untuk masalah seperti ini, tidak mungkin Dion tidak datang menemui dirinya.
“Aku tidak menyangka kau yang begitu sibuk bersedia mengunjungi ayahmu yang sudah tua ini. Apa istrimu tidak mencegah kau datang atau jangan-jangan dia tidak tahu? Sebaiknya kau berhati-hati karena sebentar lagi istrimu akan melemparmu dengan sepatu!” Daniel mencibir putranya dengan perkataan itu.
“Pa, tidak perlu menyindir sampai seperti itu!”
“Oh, jadi kau tersindir dengan perkataan Papa?”
“Ayolah, Pa. Hanya karena kami tidak datang untuk makan malam bersama dengan Papa, apakah harus memarahi kami sampai seperti ini?”
“Jadi kau menganggap sepele perasaan orang tua ini, Dion? Apa kau tidak peduli dengan apa yang Papa rasakan ketika Papa menunggu kalian berdua datang?”
“Bukan begitu, Pa!”
“Apanya yang bukan begitu?” Daniel menggebrak meja dengan keras, “Papa sudah mengajakmu berkali-kali untuk makan malam bersama tapi kau tidak pernah meluangkan waktu untuk Papa. Kau selalu beralasan. Kenapa, Dion? Apa kau takut dengan istrimu atau kau malu memiliki ayah seperti ini?”
“Jangan berbicara seperti itu, Pa. Bukan aku yang tidak mau tapi istriku yang tidak mau makan bersama dengan Papa!”
“Kenapa, apa dia membenci Papa?”
“Tidak!”
“Jika tidak lalu kenapa? Apa karena dia berpikir semua sudah berada dalam kendalimu oleh karena itu orang tua ini sudah tidak diperlukan lagi?”
“Jangan asal bicara, Pa. Istriku tidak seperti itu!”
“Kau kepala keluarga, Dion. Kau yang mengambil keputusan dalam keluarga tapi kau terlalu patuh pada dirinya. Kau pun tidak menghargai aku sebagai ayahmu lalu bagaimana istrimu bisa menghargai Papa?”
“Aku selalu menghargai Papa, kenapa berbicara seperti itu? Aku bukannya takut dengan istriku tapi aku tidak mau bertengkar dengannya!”
“Jangan menjadikan itu sebagai alasan untuk menutupi rasa takutmu. Istrimu tidak menghargai aku karena kau sendiri tidak pernah menghargai aku sebagai ayahmu!”
“Oke, baiklah. Aku minta maaf dan aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan mengajak istriku pulang nanti malam untuk makan malam bersama dengan Papa tapi jangan menurunkan jabatanku!”
“Kenapa memangnya? Apa istrimu akan malu setelah aku menurunkan jabatanmu?”
“Ya ampun, Pa!”
“Sekarang papa jadi curiga, jangan-jangan istrimu menikah denganmu karena uang yang kau miliki.”
“Cukup, Pa!” Dion berteriak marah karena dia tidak terima apa yang Ayahnya katakan.
“Jika begitu nikmatilah peranmu sebagai karyawan biasa. Mulai sekarang aku akan memberikan gaji untukmu dan aku akan memperlakukan dirimu seperti karyawan yang lainnya. Kau akan mendapatkan tunjangan, dan kau akan naik jabatan jika kau bekerja dengan baik tapi mulai hari ini, kau tidak boleh memakai fasilitas perusahaan!”
“Pa, aku ini putramu. Kenapa Papa begitu tidak berperasaan menurunkan jabatanku dan memperlakukan aku seperti karyawan lainnya?”
“Dan aku ini adalah ayahmu, Dion!” Daniel berteriak perlu emosi. Mau Linda ataupun Dion hanya memikirkan perasaan sendiri sedangkan mereka tidak pernah memikirkan perasaannya sebagai ayah mereka.
“Apa hanya kau yang memiliki perasaan sedangkan orang tua ini tidak?” Daniel sampai beranjak dari tempat duduknya.
“Aku menghubungi kalian, mengingatkan kalian untuk tidak lupa karena aku ingin menghabiskan waktu dengan kalian tapi apa yang kau dan adikmu lakukan? Linda lebih mementingkan pergi bersama dengan teman-temannya dan kau tunduk pada istrimu padahal aku sudah mengatakan ajak istrimu serta. Kau bertanya padaku apakah aku memiliki perasaan atau tidak dan sekarang Papa akan bertanya padamu, apakah kau memiliki perasaan atau tidak karena telah membiarkan orang tua ini menunggu begitu lama sambil menahan malu?”
Dion menunduk, tak dapat berkata apa-apa. Seharusnya dia membujuk istrinya lebih keras agar dia mau pergi makan malam bersama dengan ayahnya.
“Apa yang telah Papa putuskan, tidak dapat diubah jadi bekerjalah dengan baik. Jika kau tidak terima, kau bisa mengundurkan diri. Setelah ini kita akan lihat, apakah istrimu mau menemui Papa atau tidak dan kita akan lihat apa yang akan dilakukan oleh istrimu saat tahu kau tidak lagi memiliki wewenang di perusahaan.”
“Jangan menguji hubungan kami dengan cara seperti ini!”
“Siapa yang menguji? Papa tidak menguji. Wanita yang baik akan selalu setia apa pun keadaanmu. Ini hukuman untuk kalian supaya kalian lebih menghargai Papa di kemudian hari. Jangan kau kira Papa tidak berani memberikan apa yang Papa miliki pada orang lain, Papa akan memberikan semuanya jika kalian begitu mengecewakan!”
“Tidak, Pa. Jangan lakukan!” Dia tidak akan rela harta milik ayahnya justru dimiliki oleh orang lain.
“Jika begitu kembali ke kantor dan bekerjalah dengan baik. Papa akan memerintahkan seseorang untuk mengawasi dirimu jadi jangan pernah membuat kesalahan!” Mungkin bagi Dion dan Linda dia sudah keterlaluan tapi Putra dan putrinya memang harus diberi pelajaran.
“Pa, tolong jangan lakukan hal ini. Aku minta maaf dan tidak akan mengulanginya.”
“Tidak ada kata maaf, pergi sekarang. Jika dalam waktu setengah jam kau tidak kembali ke kantor maka aku akan memotong gajimu!”
“Pa,” Dion memandangi dengan ekspresi memelas tapi untuk pertama kali, ayahnya benar-benar tidak peduli.
Dia meminta seseorang untuk membawa Dion keluar meski sesungguhnya apa yang dia lakukan bertentangan dengan apa yang dia rasakan karena bagaimanapun, dia begitu mencintai anak-anaknya.
ini kisah cinta saat usia sdh matang, dan mungkin agak terlambat. namun cinta mmg tak pandang usia. Hadirnya tiba² tanpa permisi, jika pergi tiba² bisa menyisakan luka walau tak berdarah....
aq jd curiga dg istri Dion...dan kenapa takut dan tunduk pd istri ..?
semoga aja Sandra tidak tertipu dg anak2nya Daniel