NovelToon NovelToon
My Suspicious Neighbour

My Suspicious Neighbour

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Mata-mata/Agen / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Difar

Mbak Bian itu cantik.

Hampir setiap pagi aku disambut dengan senyum ramah saat akan menikmati secangkir kopi hangat di kafe miliknya.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku ingin membeli produk kecantikan terbaru, maka mbak Bian-lah yang selalu menjadi penasehatku.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku butuh pembalut, maka aku cukup mengetuk pintu kamar kost tempat mbak Bian yang berada tepat di sampingku.

Ah, mbak Bian benar-benar cantik.

Tapi semua pemikiranku sirna saat suatu malam mbak Bian tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. Dengan wajah memerah seperti orang mabuk dia berkata

"Menikahlah denganku Cha!"

Belum sempat aku bereaksi, mbak Bian tiba-tiba membuka bajunya, menunjukkan pemandangan yang sama sekali tak pernah kulihat.

Saat itu aku menyadari, bahwa mbak Bian tidaklah cantik, tapi.... ganteng??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Difar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Nama Panggilan Yang Sama

"Perasaan selalu gue yang ngurus ini. Bosan gue lama-lama!"

Raka menghentak-hentakkan kakinya kesal, memandang tak sabar ke arah seorang pria dan wanita yang saat ini tak sadarkan diri.

"Lagian si Suketi lama amat datangnya, keburu ketauan induk hantu mah kalau begini!"

Gerutuan Raka terus berlanjut.

Entah kenapa dia merasa masalah datang silih berganti seharian ini. Mulai dari panggilan mendadak dari Jems yang meminta bantuan hingga mobil mereka yang diikuti dua orang hantu.

"Sorry, gue telat"

Suara berat seseorang membuat Raka sontak memalingkan wajah ke arah samping. Di sana sudah berdiri seorang perempuan dengan seragam SMA. Wajah cantiknya berbanding terbalik dengan suara maskulin yang keluar dari bibirnya.

"Buset Suketi. Lo ganti baju dulu ngapa sih. Anak SMA keluyuran malem-malem, ditangkap satpol PP baru tau rasa lo!"

Ucap Raka sambil menggelengkan kepala.

Gadis yang dipanggil dengan sebutan Suketi itu hanya bisa mendengus kesal

"Besok-besok lo rasain jadi gue ya. Lo pikir enak cosplay jadi anak SMA begini setiap hari?"

Suketi lalu berjongkok tepat di sebelah Raka dan mulai membantunya membopong kedua orang tersebut dan membawa masuk ke dalam mobil.

"Tapi kita bisa ketahuan dong kalau begini"

Gerutu Suketi lagi setelah memasukkan kedua orang itu ke kursi penumpang.

Raka hanya mengangkat bahu acuh,

"Ya urusan lo sih Suketi. Dari dulu mah elu yang paling ahli berhadapan dengan induk hantu dan anak-anaknya."

"Intinya kerjaan gue sama Bian belum sampe lima puluh persen. Lo  harus bisa ngulur waktu buat kita."

Setelah memastikan kedua orang itu terikat dengan nyaman di dalam mobil, Raka lalu membanting pintu, tak lupa menepuk bahu Suketi dengan kekuatan bak kuli angkat beras di pasar.

Suketi hanya mengelus bahunya pelan, memanyunkan bibir yang memang sudah manyun dari sononya.

"Gini aja terus sampe nobita satu sekolahan sama upin ipin. Lagian elo gak ada akhlak banget sih. Sama anak SMA sekece gue pake tenaga badak begono!"

Gerutunya masih mengelus bahu.

Raka menghernyitkan alis kesal, tak lupa membentuk gestur muntah sambil menengadahkan tangan. Suketi yang melihat ekspresi menyebalkan Raka hanya bisa mendengus sebal sebelum akhirnya memasuki kursi kemudi.

"Lo yakin kan mereka bener-bener tepar sampai tiga jam kedepan?"

Tanya Suketi sambil menurunkan kaca mobil.

Raka menopang tangannya di pintu mobil, mengacungkan tangan, menjawab pertanyaan yang Suketi ucapkan.

"Oke."

Saat Suketi hendak menaikkan kaca jendela dan menyalakan mobil, dia tiba-tiba menjentikkan jarinya, seperti teringat akan sesuatu,

"Jangan lupa gue mau mie aceh, nyemek ya."

Ucapnya dengan nada memperingatkan ke arah Raka yang langsung menganggukkan kepalanya malas.

"Oke-oke. Jangan telat. Lo tau Icha kan? Kalau bungkus makanan bisa dimakan, udah dimakannya deh itu."

Ucap Raka sambil melambaikan tangan begitu Suketi mulai berlalu meninggalkan Raka yang hanya bisa menghela nafas berat.

"Oke, waktunya kembali"

***

"Lo kesini sendiri?"

Mas Arbian kembali mengulangi pertanyaannya, membuatku menghentikan pencarianku terhadap keberadaan ghaib mas Raka.

"Ah, nggak mas, bertiga"

Jawabku masih memfokuskan pandangan ke kerumunan orang lalu lalang, menggunakan jurus mata elang untuk melacak cakra mas Raka, eaakk berasa ninja aku tuh.

"Oh. Tapi kok lo sendirian di sini?"

"Hmm, bagi tugas mas. Aku kebagian nunggui sate."

Jawabku tanpa melihat ke arah mas Arbian. Selanjutnya kami hanya diam. Mas Arbian tak melanjutkan pertanyaannya sementara aku masih memandangi kerumunan orang yang lewat.

"Kamu masih nggak nyaman terlalu dekat dengan pria asing?"

Tanya mas Arbian, membuatku langsung mengalihkan pandanganku ke arah mas Arbian dengan tatapan kaget. Darimana mas Arbian tahu tentang rahasia diriku itu? Perasaan aku nggak pernah cerita masalahku ini kepada siapapun. Bahkan sahabat dekatku saja tak ada yang tahu.

"Mas tau dari mana?"

Tanyaku.

Mas Arbian terlihat kaget saat mendengar pertanyaannku. Dia langsung meneguk segelas air dari ceret yang tersedia di meja.

"Ah, gue nyimpulin dari sikap lo. Itupun setelah mengamati sikap lo ke gue."

Jawabnya dengan tergugup, mencoba menjelaskan alasan dibalik ucapannya. Aku menghernyitkan alis, mencoba memastikan kebenaran ucapan mas Arbian sebelum akhirnya ber oh oh ria.

"Kelihatan ya mas?"

Mas Arbian menganggukkan kepalanya,

"But, it's okay. Rasa gue wajar kok kalau nggak nyaman sama orang asing. Lagian lo kan baru jumpa sama gue sekali"

Lanjut mas Arbian dengan senyum menenangkan, membuat perasaan bersalah muncul di hatiku karena sedari tadi bersikap acuh tak acuh kepadanya.

"Maaf ya mas."

Mas Arbian lagi-lagi memamerkan senyum menenangkan miliknya,

"Nggak apa kok. Lagian gue juga karena kebetulan lagi nungguin pesanan juga makanya ngajak lo ngobrol. Kalau akhirnya lo nggak nyaman bukan salah lo sih. Salah gue yang sok kenal sok dekat begini."

Aku hanya bisa menatap mas Arbian dengan tatapan haru, wajahnya yang memang glowing semakin terlihat bercahaya hingga aku harus menyipitkan mata saking silaunya.

"Lagian gue lupa, harusnya gue nanya ini dulu sebelum SKSD ke elo. Gue boleh nggak ngajak lo ngobrol?"

Tanyanya, dengan ekspresi serius yang entah kenapa terlihat lucu di mataku.

"Boleh kok."

Mas Arbian langsung mengepalkan tangannya senang dan kembali melanjutkan pertanyaannya.

"Lo sama siapa aja kesini?"

"Mbak Bian dan mas Raka"

"Mbak Bian? Mirip nama panggilan gue dong kalau gitu."

Aku langsung menganggukkan kepala cepat,

"Iya, itu yang tadi aku pikirkan. Nama panggilan mas itu mirip banget sama mbak Bian."

Jawabku semangat.

Mas Bian mengerutkan alis,

"Oh ya?"

"Ho oh"

"Mbak Bian orangnya gimana?"

Aku langsung mengambil ancang-ancang untuk menjelaskan berbagai kelebihan mbak Bian.

"Cantik, baik, pinter, sukses, paling asyik kalau diajak ngobrol. Pokoknya kakak terbaik yang selalu aku idam-idamkan deh!"

Jelasku panjang lebar.

Senyum lebar semakin terpampang jelas di wajah mas Arbian. Hanya saja entah kenapa, samar-samar ekspresi sedih terlihat di wajahnya.

"Lo seneng punya mbak Bian?"

Aku langsung menganggukkan kepalaku cepat. Tentu saja aku senang, siapapun di dunia ini pasti akan bahagia mendapatkan seorang kakak seperti mbak Bian. Bahkan mbak Bian adalah defenisi malaikat tanpa sayap yang selalu ada untukku kapanpun dan dimanapun.

Mas Arbian memainkan gelas yang ada di depannya,

"Kalau seandainya ternyata mbak Bian nggak seperti yang lo pikirkan bagaimana?"

"Maksudnya?"

Aku langsung memandang mas Arbian dengan tatapan bingung.

Mas Arbian menatapku dengan tatapan dalam, sampai rasanya dadaku terasa sesak karena tatapan matanya.

"Bagaimana, kalau ternyata mbak Bian berbohong dengan lo? Atau lebih tepatnya nggak sebaik yang lo kira?"

Tanyanya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Tapi yang pasti, mas Arbian terlihat seperti sedang menahan rasa sakit.

Aku memiringkan kepala bingung, mencoba memikirkan matang-matang pertanyaan yang mas Arbian lontarkan. Aku langsung mengangkat bahu cuek,

"Aku nggak masalah kok. Siapapun pasti punya masa lalu atau pernah berbuat jahat. Yang pasti bagi aku, mbak Bian kakak terbaik yang kupunya. Sesalah apapun mbak Bian aku cuma perlu menyadarkan mbak Bian agar kembali ke jalan yang benar."

Contohnya saat ini, aku sedang berusaha menyadarkan mbak Bian agar tidak menjadi pelakor. Ah, tapi kata-kata terakhirku barusan hanya kuucapkan di dalam hati saja. Mas Arbian hanya tergelak kecil, bersamaan dengan kemunculan mas Raka dan pesanan sate milikku yang telah selesai dibuatkan.

1
3d
iringan musik, thor🙏
emi_sunflower_skr
Kekuatan kata yang memukau, gratz author atas cerita hebat ini!
☯THAILY YANIRETH✿
Karakternya begitu kompleks, aku beneran merasa dekat sama tokoh-tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!