NovelToon NovelToon
PAMANKU SUGAR DADYKU

PAMANKU SUGAR DADYKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Anak Yatim Piatu / Dokter Genius / Beda Usia
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: AMIRA ARSHYLA

"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 18

Narendra kemudian langsung mengendong Alena masuk ke dalam mobil.

Alena menyandarkan kepalanya di bahu Narendra.

" jalan pak."ujar narendra kepada supir tersebut.

supir itu mengangguk dan langsung melajukan mobilnya.

"aduh....gatal...!"ujar Alena sambil menggaruk-garuk tangannya.

Narendra melirik ke arah Alena.

"gatal...gatal sekali...! Rasanya gak enak banget."ujar Alena sambil terus menggaruk-garuk tangannya.

"ada apa...?"ujar Narendra.

"gak tau, wajahku sangat gatal dan tanganku juga."ujar Alena sambil terus menggaruk-garuk wajah dan tangannya.

"sudah Jagan di garuk lagi."ujar Narendra sambil menarik tangan Alena.

"sini aku lihat."ujar narendra sambil memegangi pipi Alena.

wajah Alena penuh dengan ruam-ruam merah.

"ini alergi, kamu tadi makan apa saja di sana."ujar narendra sambil menatap wajah Alena.

"aku gak ingat, paman tolong aku, badanku sangat gatal sekali, rasanya gak enak banget...!"ujar Alena sambil terus menggaruk-garuk tangan dan wajahnya.

"tahan dulu ya nak, kita akan pergi ke institut paman akan memberikan kamu obat."ujar Narendra sambil memegangi tangan Alena.

"sudah Alena Jagan di garuk lagi...!"ujar Narendra.

Narendra kemudian langsung mengambil ponselnya.

"hallo Rendi, apakah kamu masih berada di institut...? tolong bantu aku siapkan sedikit loratadine."ujar narendra.

"iya, tolong hidupkan pendeteksi alergi juga ya."ujar narendra.

"oke terima kasih."ujar narendra sambil mematikan sambungan teleponnya.

beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di depan institut.

Setelah keluar dari dalam mobil, Narendra kemudian langsung membawa Alena masuk ke institut.

beberapa saat kemudian.

Narendra mengompres wajah Alena menggunakan es batu, Alena membuka matanya Perlahan-lahan.

"eh...! Ini di mana...? bukankah tadi kita ada di sebuah pesta ya...?"ujar Alena sambil menoleh ke sana kemari.

"kita berada di dalam institut, bagaimana keadaanmu apakah sudah baikan...?"ujar narendra sambil menatap wajah Alena.

"iya sudah agak baikan."ujar Alena sambil memegangi kepalanya yang terasa sedikit agak pusing.

"nih, minum air putih yang banyak."ujar Narendra sambil memberikan segelas air putih kepada Alena.

Alena kemudian langsung mengambil air minum tersebut dan kemudian langsung meminumnya.

beberapa saat kemudian.

"paman, aku mau pergi ke toilet sebentar."ujar Alena.

"iya baiklah."ujar Narendra sambil menaruh kompres berisi es batu itu di atas meja.

Alena kemudian langsung berjalan masuk ke dalam toilet.

Setelah selesai buang air, Alena tidak sengaja melihat pantulan dirinya di cermin.

"ahhhhh....!"ujar Alena berteriak keras.

Narendra terkejut mendengar Alena yang berteriak keras.

"Alena ada apa...?"ujar Narendra sambil berlari ke arah pintu toilet.

"tidak, tidak paman, tidak ada apa-apa...!"ujar Alena sambil terus memperhatikan wajahnya di cermin.

"ternyata yang di lihat paman sejak tadi, adalah wajahku yang sangat jelek ini."ujar Alena dalam hatinya.

"lihat saya mata yang bengkak ini, juga wajah yang bengak- bengkak dan penuh bintik-bintik merah ini, sudah seperti seekor b*b* saja."ujar Alena dalam hatinya.

Alena enggan untuk keluar dari dalam toilet tersebut.

"Alena, ayo cepat keluar, dan segeralah minum obat."ujar Narendra sambil mengetuk pintu toilet tersebut.

"tidak...! aku tidak mau...!"ujar Alena sambil memperhatikan wajahnya di cermin.

"apakah kamu mau, gatal terus...?"ujar narendra.

"berikan saja obatnya kepadaku...!"ujar Alena sambil mengeluarkan tangannya.

"Alena, kamu harus di tes alergi dulu, baru tahu obat apa yang akan kamu minum."ujar Narendra.

"enggak, aku gak mau di tes alergi."ujar Alena sambil kembali menutup pintu toilet tersebut.

"kamu tidak boleh bersikap seperti itu, alergi kamu itu parah banget lo, lain kali saat kamu sedang sendirian gimana kalo alergimu itu kambuh dan lebih parah gimana dong...?"ujar narendra.

"baiklah kalau begitu, balikkan badanmu itu paman dan Jagan lihat aku."ujar Alena sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Narendra tersenyum lebar mendengar ucapan Alena tersebut.

"ternyata ini yang kamu khawatirkan, Alena tenang saja, kamu selalu tetap yang paling cantik kok."ujar Narendra sambil tersenyum lebar.

Alena kemudian membuka pintu toilet, wajahnya tampak muram.

"sudah Jagan khawatir, ayo pergi."ujar Narendra sambil menggandeng tangan Alena.

Keesokan harinya.

"wah... penyebab alerginya ternyata alkohol ya...?"ujar Alana sambil membaca hasil laboratorium.

"hah...? Jadi aku gak boleh minum alkohol lagi dong...?"ujar Alena sambil cemberut.

"kalo iya lalu kenapa...? Anak perempuan ngapain minum minuman seperti itu...?"ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.

"ya gak apa-apa sih, cuman agak merepotkan saja..!"ujar Alena.

"gak lah...! Itu yang paling bagus...! Tidak merepotkan sama sekali...!"ujar Narendra.

"memangnya anak perempuan yang minum minuman seperti itu tidak baik ya paman...?"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.

"tentu saja itu tidak baik."ujar narendra sambil menghembuskan nafas panjang.

"tapi aku melihat jika hari itu Anna minum minuman itu."ujar alena.

"kamu dan dia mana bisa di samakan."ujar narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.

"iya sih paman benar, dia itu kan sangat cantik, bodynya juga bagus, kenapa kamu tidak jadiin dia pacarmu saja paman...?"ujar Alena sambil memanyunkan bibirnya.

"ngomong apa sih kamu Alena...? Kenapa aku harus menjadikan dia sebagai pacarku...?"ujar Narendra sambil merapikan buku yang berada di hadapannya.

"wanita yang sempurna seperti itu juga kamu tidak mau paman, jadi sebenarnya kamu Mau yang seperti apa sih...?"ujar Alena sambil memanyunkan bibirnya.

"bagiku wanita itu sedikit merepotkan."ujar Narendra sambil melirik Alena.

"merepotkan...?"ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.

"apa maksud dari ucapan paman...? apakah dia tidak suka dengan wanita...? lalu bagaimana denganku...?"ujar Alena dalam hatinya.

"jadi, jadi paman merasa jika aku ini sangat merepotkan ya...?"ujar Alena dengan bibir yang bergetar.

Narendra kemudian menatap wajah Alena.

"Alena, apa yang sedang kamu pikirkan...? Mana mungkin kamu merepotkan...?"ujar Narendra sambil mengelus kepala Alena.

"apakah yang di maksud paman itu aku ini berbeda dari wanita lain...? berarti di dalam hati paman aku ini berbeda ya...?"ujar Alena dalam hatinya.

"Alena kamu sekarang masih kecil, kamu tidak perlu menghawatirkan urusan orang dewasa oke."ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.

"tapi aku ini bukan anak kecil lagi paman."ujar Alena lirih sambil menundukkan kepalanya.

Narendra kemudian ingat dengan kata-kata Alena saat mereka berdua berada di dalam kastil.

"hahahaha...! iya deh iya, Alena sudah bukan anak kecil lagi, Alena sekarang sudah dewasa ya."ujar Narendra sambil tertawa.

"Alena ayo segera ganti baju, hari sudah malam, kau siap-siap dulu saja, Denis mau mentraktir kita berdua makan."ujar Narendra sambil mengelus kepala Alena.

"oke...!"ujar Alena.

"ah...percuma saja, aku tidak dapat info apa pun."ujar Alena dalam hatinya sambil berjalan masuk ke dalam kamar.

1
Jeonghan svt 🩷
benar itu kata dokternya Alena
ARMILA06: kayaknya Alena sengaja deh minum itu alkohol
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!