Patah Tumbuh

"Jadi kamu yang namanya Senja? " Tanya Tiara saat mereka sudah duduk bersama di kantin.

"Iya Kak Nama saya Senja" Jawab Senja.

"Kenalin, nama gue Tiara, yang itu namanya Bastian, yang itu Cleo dan yang kemayu ini namaya Kenji" Tiara memperkenalkan teman-temannya satu per satu.

"Saya Senja. Salam kenal" Senja kembali memperkenalkan diri.

"Angga sudah cerita semuanya ke kami. Menurut gue lawan lo itu cukup sulit ya. Lo tau ngga mereka itu siapa? " Tiara bertanya.

"Aku ngga tau jelas siapa mereka kak, yang aku tau, mereka adalah kumpulan anak-anak orang kaya yang bahkan sangat kaya. " Jelas Senja jujur.

"Yupss. Benar. Hazel, Virgin, Dimas dan Boby. Mereka itu ibarat yang paling tinggi di Sekolah ini. Ya jelas saja, saat lo bermasalah dengan salah satu di antara mereka, itu berarti lo bermasalah dengan satu sekolah ini. Eitzzzzz.. Tapi kita ngga termasuk ya" Kenji menjelaskan.

"Katanya mereka udah terkenal bahkan populer sebelum masuk ke sekolah ini loh" Cleo lebih menjelaskan.

"Apaan sih. Ngga juga kali. Populeran Angga kali" Celetuk Bastian.

"Hahahaha benar juga ya. Satu-satunya yang bisa menandingi mereka cuma Angga" Cleo kembali celetuk.

"Apaan sih . Biasa aja kali" Angga sewot.

"Mulai sekarang, kalo lo lagi butuh apa-apa atau lo lagi kesulitan, lo bisa temui kita ya Senja." Tiara mengingatkan.

"Lo itu termasuk hebat loh. Masih bisa bertahan di posisi dan keadaan seperti ini. Keren" Bastian mengacungkan kedua jempolnya ke arah Senja.

Senja hanya bisa tersenyum karena dia tidak menyangka akan mendapat perlakuan yang begitu baik dari kakak kelasnya.

"Ternyata Hazel dan teman-temannya memiliki pengaruh sebesar itu. Aku cuma tahu, mereka memang anak orang kaya. Dan lagi, apa ya maksud dari perkataan ka Cleo kalau cuma ka Angga yang bisa menandingi mereka? Hhhhh... Dunia orang kaya memang sulit ditebak" Senja bergumam dalam hatinya.

Tanpa disadarinya, Tiara memperhatikannya dengan seksama.

"Ternyata dia, orang yang membuat Angga tiba-tiba menjadi orang yang peduli? Dari penampilannya, dia terlihat sangat sederhana. Tapi dia memang sangat cantik dan terlihat sangat polos. Sebenarnya, bagaimana mereka saling mengenal?" Gumam Tiara dalam hati, sembari melihat Angga dan Senja secara bergantian.

Karena bagi Tiara, ini adalah hal yang sangat langka dan mustahil bagi seorang Angga Ruby yang terkenal dengan ketidakpedulian dan sikap dinginnya.

.

.

Semenjak kejadian itu, Senja tidak terlalu dibully. Walaupun masih ada saja beberapa anak murid yang menjahilinya, namun tidak seperti sebelum-sebelumnya. Hubungannya dengan Angga dan teman-teman Angga juga semakin dekat. Senja sedikit menjalani masa sekolahnya dengan lebih tenang.

.

.

Senja sedang mengerjakan tugasnya ketika Ayahnya memanggil.

"Senja"

"Iya Ayah? "

"Kamu lagi ngapain? Keluar dulu sebentar" Ucap Ayahnya.

"Ada apa Yah?" Senja meninggalkan tugasnya dan beranjak keluar kamar.

"Itu...Di depan ada Nak Jansen (anak Pak RT. Muncul di Eps.3) Katanya ada perlu sebentar sama kamu. Coba kamu temui dulu" Ujar Ayah.

"Baik Yah."

"Hai kak Jansen" Sapa Senja saat bertemu dengan Jansen.

"Hai Senja. Maaf kalo aku ganggu. Ituu.. Aku mau diskusi sama kamu sebentar."

"Soal apa ya kak?" Senja penasaran.

"Jadi gini, bulan depan itu aku bakal dapat tugas Kuliah Lapangan selama 3 bulan sebagai Guru Magang. Dan aku ternyata dapatnya di sekolah kamu Galasky Highschool." Jansen menjelaskan.

"Oh ya Kak? Wah kebetulan ya"

"Hehehehe. Iya Senja. Jadi aku mau tanya, kira-kira kamu punya masukan atau gambaran tentang sekolah kamu? Soalnya aku agak gugup mau magang di sana"

"Hahahahaha. Kak Jansen ada-ada aja. Semua murid di sana sama kayak murid-murid pada umumnya kok. Mungkin bedanya karena mereka kebanyakan anak orang kaya aja." Senja menjelaskan.

Sebenarnya dia sedikit khawatir mendengar jika Jansen akan menjadi guru magang di sekolah itu. Dia khawatir jika kehidupan sekolahnya yang cukup menegangkan akan diketahui. Bisa saja hal itu akan dilaporkan ke Ayah dan Ibunya. Jika hal itu sampai terjadi, kedua orangtuanya pasti sedih.

"Begitu ya. Oh makasih kalo begitu ya Senja. Semoga aja yang kamu bilang itu benar. Aku hanya benar-benar gugup"

"Aku kira Kak Jansen mau ajak diskusi apa. Hehe"

"Ngga kok, aku cuma mau nanya soal ini ke kamu. Ini, sekalian aku mau kasi beberapa buku pelajaran milik aku waktu SMA dulu. Mungkin saja bisa kamu gunakan" Jansen menyodorkan beberapa buku ke Senja.

"Wah Kak Jansen, ngga usah repot-repot. Terimakasih ya" Senja menerima buku-buku dengan senang.

"Ya. Sama -sama Senja. Semangat belajar ya. Kalau begitu aku permisi dulu." Ucap Jansen.

"Baik Kak Jansen. Hati-hati ya Kak"

"Permisi" Jansen kemudian meninggalkan rumah Senja.

"Nak Jansen sudah pulang?" Tanya Ayah yang baru datang dari belakang.

"Sudah Yah. Senja ke kamar dulu ya. Mau lanjut ngerjain tugas"

"Iya sayang"

Senja segera masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak ingin menceritakan kepada Ayahnya mengapa Jasnsen datang ke rumah mereka. Karena jika Ayahnya tahu, dia akan sering bertanya pada Jansen.

.

.

Hazel sedang makan malam bersama Mamanya. Mereka sambil bercerita tentang kehidupan Hazel di sekolah.

"Oh ya Hazel, apa kamu kesulitan dalam belajar? " Tanya Elena.

"Mmmm... Sebenarnya semakin ke sini Hazel mulai merasa beberapa pelajaran sulit untuk Hazel pahami"

"Begitu ya. Padahal ini baru beberapa bulan loh kamu masuk sekolah. Apa karena pelajarannya berbeda dengan saat masih di sekolah menengah pertama? "

"Mungkin juga Ma."

"Emm kalo gitu, menurut kamu baiknya gimana? Apa yang kamu mau biar kamu tidak kesulitan? Apa kamu les privat aja?"

"Less? Sama siapa? " Tanya Hazel.

"Untuk masalah itu, kamu ngga usah khawatir. Mama akan carikan guru les terbaik yang bisa bikin kamu cepat paham" Jawab Elena sambil meneguk air putih.

Hazel diam sebentar. Namun, tiba-tiba dia mendapatkan sebuah ide di kepalanya.

"Apa boleh Hazel yang menentukan siapa yang jadi guru lesnya?" Tanya Hazel.

"Sure baby. Kalo itu buat kamu lebih nyaman belajar, why not?"

"Tapi aku ngga yakin, apa dia mau menjadi guru lesku"

"Kenapa? Memangnya siapa yang kamu pilih ? Dan kenapa dia tidak mau menjadi... Oohhh wait wait wait" Elena memotong sendiri pembicaraannya karena dia tiba-tiba mengerti maksud omongan Hazel.

"Maksud kamu, kamu mau anak beasiswa itu yang jadi guru les privat kamu?" lanjut Elena.

Hazel hanya terdiam. Menandakan bahwa apa yang diucapkan Mamanya tidak salah sama sekali.

"Hmmmm.... Sepertinya anak Mama mulai tertarik dengan orang sekitar ya?" Elena menggoda.

"Bu... Bukan begitu Ma. Selain karena dia sangat pintar, dia juga mungkin sedang kesulitan ekonomi" Suara Hazel menjadi berat.

"Yaaa. Mama paham maksud kamu sayang. Tapi kenapa kamu tidak yakin dia mau menjadi guru les kamu? " Elena penasaran.

"Karena dia benci sama Hazel, Ma"

"Ooooo"

"Ya sudah. Kalo gitu, Mama akan coba dengan cara Mama. Kalau cara itu tidak berhasil, Mama tidak akan memaksanya. Dan kamu janji harus les sama guru yang Mama siapkan. Gimana?"

"Oke . Deal" Hazel menyetujui saran Mamanya.

Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia memikirkan Senja dan memilihnya menjadi guru les privatnya. Namun satu hal, dia pasti akan sangat senang jika Senja setuju menjadi guru les privatnya.

.

.

BERSAMBUNG