Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Teman Nolan
Malam sudah semakin larut, dan suasana kamar Elora begitu sunyi. Dia berbaring di atas ranjang, mencoba memejamkan mata yang tak kunjung terpejam. Namun tiba-tiba, sebuah ingatan menghantamnya seperti petir. Alden. Dia masih bersembunyi di ruang pakaian.
"Astaga," gumamnya panik, memandang pintu ruang pakaian yang tertutup rapat di sudut kamar. Bagaimana ia bisa lupa? Pria itu masih ada di ruang pakaian!
Elora segera melangkah dengan tergesa ke arah pintu itu. Ia membukanya, Alden berdiri di sana, bersandar pada rak pakaian dengan tangan menyilang di dada. Wajahnya tak menunjukkan kemarahan atau ketidaksabaran, melainkan sebuah seringai kecil yang membuat darah Elora mendidih.
"Bagus sekali, ya, kau bisa lupa aku di sini," ucapnya dengan nada menggoda. "Berapa lama lagi aku harus jadi bagian dari furnitur apartemenmu,?"
Elora berdecih keras, "Kenapa kau tidak keluar saja?"
Alden sontak tertegun, "Kau yang menyuruhku diam, ingat? Aku hanya mengikuti perintah."
Ia tak tahu apakah harus minta maaf, marah, atau langsung mengusir pria itu dari apartemennya. Satu hal yang pasti, malam itu rasanya begitu panjang.
Elora menuangkan segelas air dan memberikannya pada Alden, mereka sudah berada di ruang tamu. Alden menerimanya dengan santai, "hanya ini caramu berterima kasih?"
Elora sontak mengerutkan keningnya, "apa maksudmu?"
"Yang tadi bukan kedua orang tua mu, melainkan Nolan," ucap Alden. Sebenarnya dia hanya asal menebak, tapi melihat dari raut keterkejutan El, sepertinya memang benar.
"Jadi kamu ngintip? gitu bilangnya nggak keluar," Alden masih diam, kemudian dia tersenyum menyeringai.
Saat melihatnya El langsung menutup mulut, "Sial gue keceplosan, dia nggak tahu apa-apa, barusan cuma asal nebak aja.." batin El
"Kenapa kamu harus takut dengannya? dia kan pacarmu?"
"Siapa yang takut, aku enggak. aku cuma nggak mau dia salah paham. Dan satu hal, kalau dia tanya, jawab aja kamu kesini bareng Dani, pulangnya juga bareng,"
Alden menggeleng sambil tertawa, "Salah paham apa? hanya karena kita berduaan? Kau benar-benar bodoh. Segitu takutnya pacarmu marah,"
"Udah cukup ngocehnya, ini udah sangat larut, jadi Pak bos yang terhormat silahkan pergi,"
Alden tidak lagi mendebatnya, ia hanya mengangguk lantas melenggang pergi.
"Hah..." akhirnya Elora bisa bernafas dengan lega, dan tidur dengan tenang
***
Elora memandangi dirinya yang sudah tampak sangat sempurna dari pantulan cermin. ia memutar tubuhnya, melihat gaun hitam diatas lutut yang melekat pas ditubuhnya. Setelah menerima sebuah pesan, ia langsung menyambar tas dan bergegas turun.
Hari ini dia akan menemani Nolan, mereka harus menghadiri acara berkumpul dengan teman-teman semasa kuliah di US. Begitu melihat Elora turun, Nolan langsung menghampirinya, memberikan pelukan hangat, dan kecupan di keningnya.
"Sudah siap?" Elora hanya mengangguk
Tidak lama mereka sampai di tempat acara, ternyata tempat yang biasa mereka datangi rose pub and diner.
Elora mengapit lengan kekasihnya begitu turun dari mobil. Mereka langsung menuju ke tempat yang sudah di booking.
"Nolan, apa kabar.?" sapa seorang pria,
"Baik." Nolan memperkenalkan El kepada mereka, Nolan dan teman-temannya mengobrol dengan santai. Bahkan dia sampai melupakan Elora, hingga dia merasa bosan.
"Kak, aku mau ambil makan dulu ya," Nolan hanya mengangguk sekilas, lalu kembali pada teman-temannya
Elora duduk seorang diri, sambil memakan Cake yang dia bawa. Tiba-tiba Alden duduk di sampingnya, dan membuatnya terkejut.
"uhuk.uhuk.." dia langsung meraih segelas minuman di meja dan langsung menenggaknya.
"Itu minumanku," ujar Alden
Elora mengelap bibirnya dengan kesal, "hanya segelas minuman kau mau perhitungan? gara-gara kau mengejutkanku, aku jadi tersedak," kata Elora menunjuk Alden dengan begitu geram
"Bukan perhitungan, apa kau sadar, apa yang baru saja kau minum?"
Karena terburu-buru, El tidak menyadarinya, di pun langsung meraih gelas itu dan memperhatikannya. "Cuma segelas wine kan, itu bukan masalah," balasnya remeh.
"Apa kau tidak tahu berapa buruknya kelakuanmu saat mabuk?"
El langsung terdiam, "bagaimana dia tahu?" pikirnya, lalu menatap Alden penuh tanda tanya.
"Hai El.." sapa Celine, dia pun ikut duduk di sebelahnya. "Kamu ternyata ikut, apa dia yang ngajak?" tanyanya menunjuk ke Alden
Elora sontak menggeleng, "nggak lah, aku sama pacarku,"
Celine nampak terkejut, "Benarkah? siapa pacarmu?"
"Dia ada di sana tadi," ujar El sambil menunjuk ke arah beberapa orang yang menggerombol. Lalu tiba-tiba, Nolan berjalan kearahnya. "Nah itu dia,"
Celine langsung mengikuti arah pandangan Elora, dan seketika itu juga matanya terbelalak. Begitu pula dengan Nolan, dia juga cukup terkejut melihatnya duduk bersebelahan dengan El.
Elora langsung menarik Nolan agar duduk di sebelahnya.
"Lama nggak ketemu ya," sapa Celine pada Nolan. "Aku nggak nyangka ternyata gadis cantik ini kekasihmu," ujarnya dengan senyum yang dipaksakan
"Iya, Elora adalah kekasihku,"
Entah mengapa, El merasakan hawa aneh antara mereka berdua. "Kamu dan pak Alden kan akrab, apa kamu juga akrab dengan kak Nolan?"
Celine dan Nolan tampak terkejut, lalu dengan cepat Celine buka suara, "tentu saja, kita semua teman baik," El hanya mengangguk, dan tidak berpikir terlalu banyak.
Elora, duduk dalam diam sambil mengamati gelas ditangannya, kepalanya sedikit pusing. Nolan yang pamit ke toilet, belum juga kembali padahal sudah cukup lama. Begitu pula dengan Celine. Kini hanya ada Alden, yang bersamanya. Dia kembali menyesap minumannya hingga tak bersisa.
"Sudah seperti ini, kau masih saja minum?" tutur Al
Dia tidak mengindahkan ucapan Al, namun justru meminta tolong. "Pak Al, mau nggak periksa ke toilet, apa kak Nolan masih di sana?"
"Dia bukan anak kecil, nanti juga kembali. Lagi pula, kau seperti ini, bagaimana kalau ada yang membawamu?"
Elora lantas tersenyum, "anda mengkhawatirkan ku? ternyata anda bisa juga perhatian, nggak cuma memarahiku dan mengataiku bodoh," ujar El cemberut
Alden ikut tersenyum, "kamu kan memang bodoh,"
"Tuh kan.. lagi-lagi bilang bodoh, kau sangat menyebalkan, aku benci kau Alden." Elora bangkit, dan berjalan dengan terhuyung
Alden segera mengejarnya, dan mengikutinya. "Mau ke mana?"
"Mencari pacarku,"
Dari kejauhan Alden melihat kedua temannya sedang berbicara serius, dia pun menarik lengan El dan membuatnya berbalik. Elora berusaha melepaskan cekalan Alden, namun sia-sia.
"Sial.. Kenapa lagi sih, jangan menghalangiku!" umpatnya kesal
"Aku akan mengantarmu pulang,"
"Nggak, aku mau pulang sama kak Nolan," karena terus meronta, akhirnya Alden melepaskannya. Dia mendekat ke arah Nolan, yang tengah berbicara dengan Celine. "Kalian sedang apa?"
Keduanya sangat terkejut melihat El yang tiba-tiba datang, "kami hanya mengobrol," jawab Nolan sedikit gugup
Elora menatap Celine yang terlihat sama gugupnya, "kenapa kalian kelihatan canggung?"
Celine tersenyum kecil, "iya, rasanya sedikit canggung karena lama tidak bertemu, maka dari itu kami berusaha mencairkannya,"
El langsung saja percaya, dia hanya mengangguk lantas meminta Nolan untuk mengantarnya pulang.
*
*