"Pergi dari sini...aku tidak ingin melihat wajahmu di rumah ini!!! aku tidak sudi hidup bersama penipu sepertimu." Bentakan yang menggema hingga ke langit-langit kamar mampu membuat hati serta tubuh Thalia bergetar. sekuat tenaga gadis itu menahan air mata yang sudah tergenang di pelupuk mata.
Jika suami pada umumnya akan bahagia saat mendapati istrinya masih suci, berbeda dengan Rasya Putra Sanjaya, pria itu justru merasa tertipu. Ya, pernikahan mereka terjadi akibat kepergok tidur bersama dikamar hotel dan saat itu situasi dan kondisi seakan menggiring siapapun akan berpikir jika telah terjadi sesuatu pada Thalia hingga mau tak mau Rasya harus bersedia menikahi mantan kekasih dari abangnya tersebut, namun setelah beberapa bulan menikah dan mereka melakukan hubungan suami-istri saat itu Rasya mengetahui bahwa ternyata sang istri masih suci. Rasya yang paling benci dengan kebohongan tentu saja tidak terima, dan mengusir istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan perasaan.
"Hari ini enggak, takutnya baby Faras rewel lagi dan kamu jadi kewalahan mengurusnya sendirian." jawaban Rasya mampu membuat Thalia tertegun mendengarnya. sampai sebegitu nya Rasya peduli pada anaknya padahal mengurus anak adalah tugasnya sebagai seorang ibu, begitu pikir Thalia.
Setelah sarapan Thalia kembali ke kamar sementara Rasya beranjak menuju ruang kerjanya. Ya, hari ini Rasya memilih bekerja dari rumah, meminta asisten Fadi mengirim beberapa file yang harus diperiksa olehnya melalui email.
"Makasih ya Bi, sudah menjaga baby Faras." kata Thalia tersenyum hangat pada bi Inah.
"Sama-sama, Bu."
"Sini biar bibi bantu, Bu." bi Inah menawarkan diri membantu Thalia untuk mengambil keperluan baby Faras saat Thalia hendak mengganti pakaian bayinya.
"Makasih ya, Bi."
"Sejak bayi saja wajah den Faras sudah seganteng ini, bagaimana kalau gedenya nanti, bisa-bisa den Faras jadi idola para cewek-cewek." kata bibi mengagumi ketampanan anak majikannya itu.
"Bibi bisa saja." Thalia pun ikut tersenyum bersama bi Inah.
"Dari hidung, alis mata, bibir, sampai raut wajah den Faras, semuanya mirip banget sama bapak, kayaknya ibu hanya kebagian ngidam sama melahirkan saja nih." celetuk bi Inah.
Thalia kembali tersenyum, secara tidak langsung membenarkan pernyataan bi Inah. mau di lihat dari segi mana pun wajah baby Faras memang sangatlah mirip dengan wajah ayahnya, Rasya.
"Kata orang tua ya, Bu, kalau seorang anak mirip banget sama bapaknya, itu artinya bapaknya cinta banget sama ibunya." sambung bibi yang sudah mulai akrab dengan majikannya itu.
Untuk pernyataan bi Inah kali ini Thalia tak berani membenarkan, ia hanya terdiam.
"Bener Loh, Bu...bibi nggak bohong....di kampung bibi banyak orang tua yang sering ngomong begitu." sambung bi Inah kala menyaksikan Thalia hanya diam saja, seperti sedang termenung.
Pada akhirnya Thalia meresponnya dengan seulas senyum tipis, seraya melanjutkan kegiatannya memakaikan pakaian pada baby Faras.
"Wah....anak ganteng papa sudah bangun ya...."
Menyadari kedatangan Rasya, bi Inah pun pamit kembali ke dapur untuk membantu bi Atun memasak.
Rasya memposisikan diri di tepi ranjang. "Nggak ketemu sebentar saja, papa sudah kangen banget sama anak ganteng papa ini." gumam Rasya mencondongkan badannya ke arah putranya, memposisikan jari telunjuknya ke dalam genggaman kecil putranya.
Mengingat matahari pagi baik untuk kesehatan, terutama untuk bayi seusia baby Faras, Thalia pun pamit pada Rasya untuk mengajak baby Faras berjemur barang sejenak di balkon kamar.
Sepuluh menit kemudian, Thalia kembali ke kamar, ia mendapati Rasya telah sibuk dengan laptopnya, di sofa. Ia menidurkan baby Faras di kasur, sesekali ia melirik pada Rasya yang terlihat serius menatap layar laptopnya. Dengan pakaian rumahan seperti itu saja suaminya sudah terlihat begitu tampan dan berkarisma, di tambah lagi dengan gurat serius yang menghiasi wajah Rasya di kala pria itu sedang fokus pada pekerjaannya, semakin menambah nilai plus dalam diri pria itu.
Thalia sontak menggelengkan kepala ketika otaknya sudah tidak bisa di ajak kompromi. Bagaimana tidak, di saat ia ingin menjaga hatinya, otaknya justru mengangumi sosok suaminya itu. "Sadar diri Thalia...jangan coba-coba mengagumi sesuatu yang mustahil kau miliki!!!." batin Thalia. maksud Thalia di sini mengarah pada hati dan perasaan sang suami kepadanya.
*
*
*
Tidak terasa sudah satu bulan mereka tinggal bersama, bahkan sejak satu bulan lalu mereka pun telah menempati kamar yang sama, mengingat baby Faras kerap kali rewel dan hanya akan tenang jika berada dekat dengan ayahnya. bukan hanya itu saja, Rasya pun semakin menunjukkan kasih sayangnya melalui tindakannya dan itu nyaris menggoyahkan pertahanan Thalia dalam menjaga hati dan perasaannya.
Tak jauh berbeda dengan malam-malam sebelumnya, malam ini Rasya kembali menunjukkan perlakuan manisnya dengan memasak makanan kesukaan Thalia. pria itu bahkan rela turun langsung ke dapur demi memasak makanan, guna dinner bersama sang istri. Semua di lakukan Rasya karena rasa cintanya pada sang istri. Sebenarnya, bisa saja ia mengajak Thalia untuk makan malam di luar tanpa harus repot-repot memasak, namun Rasya rela melakukan semua itu demi menunjukkan kasih sayangnya terhadap sang istri.
Jam tujuh malam di taman belakang, dengan di bantu oleh bi Atun dan bi Inah, Rasya menyiapkan acara dinner romantis untuk merayakan satu tahun pernikahannya dan Thalia.
"Kita mau kemana sih mas???."
Dengan di tuntun oleh sang suami, Thalia terus melangkahkan kakinya, sedangkan kedua matanya sengaja di tutup sebuah kain oleh Rasya.
"Nggak kemana-mana, mas cuma mau nunjukin sesuatu sama kamu."
Tidak ada persiapan yang berarti, bahkan pakaian yang dikenakan Thalia malam ini pun hanya sebuah piyama yang biasa ia gunakan sehari-hari, maka tak heran jika Thalia tidak menaruh curiga sedikitpun.
Setelah tiba di depan meja makan yang sengaja disiapkannya dengan nuansa romantis, Rasya pun segera membuka penutup mata istrinya.
"Happy anniversary....sayang." ucapan Rasya justru membuat Thalia terpaku seperti orang bengong. Thalia bingung harus bersikap seperti apa. Haruskah ia bahagia dengan kejutan itu, sementara selama ini ia tak pernah tahu seperti apa sebenarnya perasaan sang suami padanya. Apakah Rasya benar-benar menginginkan dirinya ataukah pria itu terpaksa bersikap baik padanya hanya karena adanya seorang anak di dalam pernikahan mereka???.
"Ayo duduk....!!!." Rasya menarik sebuah kursi dan mempersilahkan Thalia menepatinya.
"Ayo di makan sayang.....!!! Mas sengaja memasak semua ini spesial untuk merayakan satu tahun pernikahan kita, sayang."
"Terima kasih, mas."
Di saat mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya, secara bersamaan air mata Thalia berlinang dan hal itu tak luput dari perhatian Rasya. Tanpa bersuara, Thalia terus mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Sayang kamu kenapa??? makanan nggak enak ya????."
"Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk bersikap baik seperti ini padaku, mas!!! jangan paksakan diri kamu hanya karena adanya baby Faras di antara kita!!!." bukannya menjawab, Thalia justru melontarkan kalimat yang mampu membuat Rasya bangkit dari tempat duduknya.
"Sayang.....kamu bicara apa sih???." Rasya mendekat pada sang istri.
Rasya berlutut di hadapan Thalia. "Thalia.... Semua sikap yang mas tunjukkan selama ini sama sekali bukan karena terpaksa, apalagi hanya karena adanya baby Faras di antara kita, sayang."
"Mas melakukan semua itu karena mas mencintaimu, mas menginginkanmu, sayang...!!." Rasya merasa sudah saatnya ia mengungkapkan perasaannya dihadapan sang istri tercinta.
"Hiks ...hiks.....hiks...." Tangis Thalia semakin pecah, pengakuan Rasya seperti mimpi baginya.
Rasya menengadahkan wajah tertunduk Thalia agar menatapnya. "Mas mencintaimu bahkan jauh sebelum kita menikah, Thalia..." ungkap Rasya seraya menatap manik mata hitam istrinya. Perlahan Rasya menepis jarak di antara mereka, menge-cup bibir mungil istrinya dengan penuh kasih sayang.
"Jangan pernah lagi berpikir jika mas bersikap seperti ini hanya karena adanya seorang anak di antara kita!!." ujar Rasya sembari mengusap bibir istrinya dengan ibu jarinya.
Bi Inah yang tidak sengaja menyaksikan adegan di antara kedua majikannya itu, ikut terharu. "Bu Thalia adalah wanita yang baik, sudah sepantasnya ibu mendapatkan cinta yang luar biasa dari bapak." lirih bi Inah, sebelum kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
gak sabar nunggu Rangga tau kalo bosnya itu suaminya Riri
cie... aku yg jadi baper
lanjut thor, semangat
kisah Okta & Riri bagus